VIII. Dangerous Man

18K 2.4K 493
                                    

Di Album Wings, Lagu solo dari Vocal line yang paling kamu suka apa? Lie, Awake, Stigma atau Begin?

.

.

Akhirnya—Kim Taeri dapat bernapas lega setidaknya untuk beberapa saat ke depan. Bertemu dengan edior yang hobinya meraung dan mendapatkan pujian yang memang pantas untuknya. Setelah segala sesuatunya mulai membaik, rasanya menulis menjadi hal yang kembali menyenangkan. Masa lalunya masih menyeramkan tetapi setidaknya dia dapat menghadapi dan tidak lagi lari. Memiliki alasan untuk menorehkan kembali kata dalam ceritanya. Rasanya langkah yang dia ambil berdasarkan surat yang dia terima benar-benar tepat. Sekalipun ada beberapa hal di luar dugaan yang masih Taeri tidak mengerti—pertemuannya kembali bersama Park Haejin.

Tidak begitu mempermasalahkan hal tersebut untuk saat ini. Taeri memilih menghubungi temannya, Eunbyul, untuk bertemu. Matahari masih terlihat sekalipun berada di balik awan. Langit belum gelap dan itu berarti Eunbyul belum pulang bekerja. Ditambah wanita itu mengatakan kalau dia akan pulang agak telat karena akhir bulan yang mengharuskan bekerja lebih keras. Taeri mengerti akan hal itu. Eunbyul sendiri meminta Taeri untuk ke rumahnya duluan saja karena ada Jungkook di sana. Bukan hal baru untuk mereka seperti ini dulunya. Taeri mengiyakan karena sejujurnya ada beberapa hal yang ingin dia tanyakan ke Eunbyul. Tentunya perihal surat yang dia dapatkan

Entah siapa yang lebih terkejut saat ini, Jungkook karena kehadiran Taeri yang berada di depan pintu rumahnya atau Taeri dengan sosok Jungkook yang membuka pintu tanpa pakaian. Terulang—kedua kalinya dia melihat bagian tubuh atas Jungkook yang terekspos. Lebih dekat dan lebih detail. Enam—bukan, delapan bagian pak di perut. Otot-otot yang terlihat begitu dominan namun pinggang yang memiliki lingkaran ramping sekali. Jangan lupakan bagaimana vein memanjakan mata. Pikirannya kacau sekarang ditambah rambut Jungkook yang baru saja dikeringkan sehingga menampilkan sedikit dahi juga alisnya yang menukik. Berantakan dengan cara yang seksi.

"Suka dengan pemandangannya?" tanya Jungkook menghancurkan lamunan Taeri. Membuat wanita itu melongo butuh beberapa saat mencerna pertanyaan retorik yang jelas sekali menggoda—sarkastik.

"Euw!" respon Taeri walaupun telat beberapa detik tapi sangat khas dirinnya. Mata memincing bergidik jijik seolah itu sangat memuakan. Cocok sekali jika disajikan perat antagonis dalam drama. Pantas saja dia dapat menulis skenario misteri begitu lancar. Kolerasi yang sulit dideskripsikan lebih lanjut.

Kekehan lolos dari bibir Jungkook dan lalu mengubah posisinya. "Ayo, masuk. Tidak mau menunggu depan pintu saja kan?" Taeri hanya mendengus dan lalu masuk ke dalam rumah. Jalan terlebih dahulu menuju ruang tengah seakan semuanya sudah kembali seperti dulu kala—yang mungkin memang begitu kecuali satu hal, Kim Jungkook. Pria itu bukan lagi bocah seperti dulu. Cukup mengganggu dirinya ketika Taeri terlalu tenang masuk ke rumah begitu saja padahal jelas mereka hanya berdua di dalam rumah.

"Noona tahu kan kalau Eunbyul noona belum pulang?" tanya Jungkook memastikan sambil melirik jam diniding.

Taeri mengangguk santai sambil meletakan roti yang dia bawa di ruang tengah setelahnya beralih ke dapur untuk mengabil minuman. "Tentu saja, aku sudah menelpon Eunbyul. Dia bilang aku bisa ke rumah terlebih dahulu karena sepertinya dia akan lembur. Dan ya, dia bilang ada kau. Jadi aku datang. Kupikir kau juga lapar. Aku membawa itu," jelas Taeri panjang lebar sambil menunjuk makanan yang dia bawa di meja.

Benar dugaan Jungkook. Mendengar itu membuatnya tertawa miris—menertawakan dirinya sendiri. Taeri menyadari hal itu, memandang Jungkook bingung. "Ada apa? Kau tidak suka akan kedatanganku? Atau marah karena aku mengambil minuman begitu saja? Maaf, aku hanya mengikuti apa yang Eunbyul bilang. Lagipula dulu seperti ini kan biasa. Aku juga tidak mau merepotkanmu menyediakan. Kau yang sekarang pasti sibuk, kan?"

LIMERENCE ✓Where stories live. Discover now