XVI. Something Wrong

15.8K 2K 219
                                    

Pertanyaan, 'sudah makan atau belum' dari seorang Kim Jungkook untuk Taeri bukan sekadar basa-basi agar ada pembicaraan. Bukan juga perhatian sepele yangsekadar berniat menunjukan bagaimana manisnya romansa ketika sudah berpacaran. Untuk hal ini, Jungkook serius. Dia masih selalu ingat bagaimana Taeri kerap melupakan makan. Benar-benar lupa jika tidak diingatkan. Biasanya wanita itu lebih memilih sibuk pada laptop sambil menulis cerita atau apapun saja yang dapat dia lakukan. Dulu pernah Taeri sampai pucat sekali, Eunbyul begitu panik. Dia sampai menggendong Taeri ke rumahnya karena Eunbyul menangis melihat sahabatnya hampir pingsan—atau malah sudah. Alasannya adalah karena wanita yang mempunyai darah rendah itu lupa makan beberapa hari. Dia hanya meminum air putih dan menjalani aktivitas seperti biasa. Mungkin karena tekanan yang juga didapatkan Taeri dari keluarganya sehingga dia bahkan tak sempat memikirkan diri sendiri. Sekarang memang sudah berbeda, tetapi tetap saja Jungkook khawatir mengingat Taeri begitu sibuk dengan naskah drama yang sedang dia perankan. Jikas sudah fokus pada pekerjaan, kekasihnya sering lupa diri. Tidak mau berhenti sebelum menyelesaikannya.

Terdengar suara kekehan di seberang sana. Jungkook suka. Seakan seluruh rasa lelahnya karena syuting hari ini pergi entah ke mana. Cuaca menjadi lebih sejuk menyerupai musim yang tidak pernah ada sebelumnya. Sulit memilih kata yang tepat karena bahkan dia sendiri tak tahu bagaimana menggambarkan perasaan yang terdengar picisan sekali. Tapi ini nyata dan membuatnya bahagia. Itu cukup.

"Kau sudah bertanya saat menelponku tadi pagi dan tadi siang. Sudah. Aku sudah makan. Bahkan dua kali. Jangan bertanya lagi atau menyuruhku makan lagi atau malah aku akan tidak bisa berhenti makan sampai tubuhku membesar."

"Tidak masalah. Tidak ada yang salah dengan tubuh membesar. Aku suka. Sehat."

"Ya, sehat kalau tidak berlebihan. Lebih baik kau berlatih atau menghafalkan naskahmu. Berhenti menelponku setiap saat. Kita jadi terlihat seperti remaja yang baru berpacaran." Taeri bahkan menggelengkan kepala di ujung sana.

"Aku tidak peduli. Aku mau. Kalau bisa malahan aku ingin bertemu setiap saat."

"Tentu saja itu tidak bisa," jawab Taeri logis.

"Noona, aku tahu. Kau tidak perlu menjelaskannya. Ini kan ucapan manis yang wajar kepada pacar," protes Jungkook hingga Taeri kembali tertawa. Tidak masalah. Jungkook sudah mengatakan sebelumnya kan? Dia suka.

"Baiklah, aku tak masalah kau menelponku terus-terusan atau bertemu setiap saat. Tetapi pastikan kalau kau melakukan pekerjaanmu dengan baik. Jung, yang kau perankan itu adalah drama di mana aku penulisnya. Kalau kau mengecewakanku, awas saja! Kita putus!" goda Taeri.

Kedua mata bulat Jungkook langsung membelalak seketika. Bibirnya mengerucut protes dan melemparkan kalimat mengebu yang sedikit terpatah. "Tidak bisa begitu! Mana ada seperti itu! Tidak! Tidak adil!"

"Kenapa tidak adil?" tantang Taeri sengaja. Menggoda Jungkook memang selalu menarik sejak dulu. Namun saat ini tipe menariknya sudah berbeda.

"P—pokoknya tidak adil! Aku sudah susah payah mendapatkanmu. Belum lagi lama menunggunya. Mana bisa asal putus karena hal seperti saja!"

"Hal yang kau bilang 'seperti itu saja' adalah yang begitu berarti untukku loh. Menulis itu adalah nyawaku."

Jungkook sukses bungkam dibalas seperti itu oleh Taeri. Dia salah bicara dan tidak bermaksud seperti itu sebenarnya. "Bukan seperti itu. Aku tidak bermaksud menyepelekannya. Aku sendiri bangga dan kagum melihat kekasihku yang begitu passionate. Aduh, jadi salah bicara lagi kan." Ia jadi kesal dan bingung sendiri.

"Tenang, Jung. Aku hanya bercanda. Aku tahu itu." Taeri mengakhirinya dengan tawa. Tidak kuat karena kekasihnya itu menggemaskan sekali. "Lagipula bukankah kau sendiri akan berusaha sebaik mungkin? Kau suka berakting kan? Kau tidak mungkin tak serius kan?"

LIMERENCE ✓Where stories live. Discover now