XIV. Perks

15.6K 2.2K 258
                                    

Ketika Taeri mengatakan membutuhkan bantuan, dia benar-benar bermaksud seperti itu. Sebelumnya Jungkook sempat kecewa karena kekasihnya pergi terlebih dahulu tanpa perlu menjemput. Jungkook ingin merasakan seseorang bergantung padanya—tentu sang kekasih yang dimaksud. Namun mengingat bagaimana dia tahu jelas sifat Taeri sejak dahulu, dia memakluminya. Setidaknya diminta menolong untuk membereskan rumah saja sudah lebih dari cukup. Dia berarti mengambil andil dalam hidup Taeri. Yang ada di pikiran Jungkook sebelumnya hanyalah permintaan basa-basi karena di awal Taeri bertindak terlebih dahulu, tetapi kenyataannya jelas tidak seperti itu. Taeri memang benar-benar membutuhkan bantuannya. Rasanya tentu senang, tapi juga lelah secara bersamaan. Dia benar-benar harus mengangkat dan memindahkan barang dari satu ke yang lainnya karena mereka hanya berdua.

Taeri menatap Jungkook yang terlihat bersemangat menyingkirkan beberapa barang tak terpakai ataupun menata agar lebih rapi. Tetapi ia sadar bagaimana Jungkook kelelahan. Menghela napas berkali-kali dengan keringat mengalir dari dahi sampai leher. Jaket yang tadinya dikenakan, sudah dilepas dan diletakan pada salah satu sofa. Kaus abu-abunya sudah basah pada bagian dada dan punggung—hampir seluruhnya. "Koo, istirahat dulu." ujar Taeri yang ikut membereskan beberapa buku. Tentunya dia tidak hanya diam saja. Ia bukan tipikal yang bisa menunggu saja orang bekerja. Menurutnya melakukan bersama-sama akan cepat menyelesaikan pekerjaan.

Jungkook berhenti sebentar dan memberikan senyuman yang terlihat dipaksakan karena jelas wajahnya lesu—lelah sekali. "Sebentar lagi. Satu lagi. Ini tidak masalah kok, tidak seberapa." Jungkook berbohong. Terlihat dari saat dia mengangkat bangku, urat-urat yang berada di lengan menjadi terlihat lebih dominan. Taeri segera berlari kecil dan membantu Jungkook mengangkatnya.

"Noona, tidak perlu. Ini berat sekali," ujar Jungkook khawatir. Matanya membulat karena terlihat kaget dengan apa yang Taeri lakukan.

"Iya, sangat berat. Kalau kau sendiri akan lebih berat. Walaupun tidak membantu banyak, tapi setidaknya berkurang bebanmu." ujar Taeri susah payah ikut mendorong sofanya.

Senyuman tak dapat ditahan dari bibir Jungkook. Mungkin memang terdengar sepele, tapi untuknya begitu berarti. Salah satu alasan alasan mengapa dia begitu menyukai Taeri. Alasan lainnya? Tentu karena Kim Taeri adalah Kim Taeri. Singkatnya, dia suka semua hal yang ada di dalam diri kekasihnya itu. Semakin dia mengetahuinya, semakin dia jatuh cinta. Penantian panjangnya akhirnya berakhir manis.

"Baiklah! Selesai!" seru Taeri sambil menghela napas kelelahan. Jungkook langsung melempar tubuhnya ke sofa empuk sambil mengatur napas. Matanya terpejam dengan kedua kaki agak terbuka dan lengan direntangkan. Butuh waktu beristirahat. Taeri sendiri sama lelahnya, tetapi tahu jelas Jungkook lebih lelah. Maka dia bangkit untuk mengambil minuman kaleng di lemari pendingin.

Minuman kaleng diletakan di dahi Jungkook dan membuat pria itu terkejut, langsung membuka matanya. Di depannya sudah ada Taeri yang sedikit membungkuk sambil tertawa. Pelakunya tentu saja si pacar. "Noona! Kau sudah berani menjahiliku yang sekarang!" protes Jungkook tak terima. Bibirnya maju dengan pipi mengembung sementara Taeri masih tertawa girang sekali.

Begini, ia suka skali tawa itu. Tidak masalah dijahili terus-menerus untuk melihat tawa itu. Ya mungkin hanya akan berakhir dengan umurnya memendek karena kelelahan atau terkejut.

"Niatnya tidak begitu kok," ujar Taeri membela diri pada akhirnya. "Kau pasti gerah, ini akan mendinginkanmu dan juga kepalamu. Taruhan pasti pusing!"

Sekarang bertambah lagi di keranjang daftar alasan mengapa Jungkook sayang sekali pada Taeri. Kepalanya juga tidak sepusing tadi. Tetapi pertanyaannya karena minuman dingin yang ditempelkan di kepala atau karena perhatiannya Kim Taeri?

"Terima kasih ya Koo!" ujar Taeri sambil mengusak rambut Jungkook ketika mereka duduk bersampingan. Namun beberapa saat kemudian, ia segera berhenti dengan wajah menyesal. Cukup membuat Jungkook menoleh bingung. Alisnya menggantung sebelah mengisyaratkan pertanyaan. "Maaf, aku tidak bermaksud memperlakukanmu seperti anak-anak. Hanya saja sudah terbiasa," ujar Taeri.

LIMERENCE ✓Where stories live. Discover now