XI. Ignored

15.9K 2.3K 238
                                    

Kedatangan penulis ke tempat syuting bukanlah hal aneh, tetapi juga tidak dibutuhkan sepenuhnya. Untungnya ini baru pertama kali, jadi Taeri masih mempunyai alasan. Hari ini dia harus bertemu Jungkook. Pria itu sulit sekali dihubungi layaknya superstar-yang mungkin sekarang memang seperti itu. Taeri mendengus kesal karena rasanya baru beberapa hari lalu di mana Jungkook menghubunginya terlebih dahulu, bahkan muncul tiba-tiba di manapun dia berada. Ia sempat mengira bahwa Jungkook mungkin memiliki kemampuan semacam teleportasi atau clairvoyant.

"Selamat pagi, Nona Kim!" sapa salah satu staff sambil membungkuk dan diikuti staf lainnya. Pun Taeri sendiri melakukan hal sama. Sementara matanya meliar mencari keberadaan Jungkook yang syukurnya tak sulit ditemukan. Salah satu peran pendukung yang terpenting.

"Koo!" panggil Taeri sambil melambaikan tangannya. Senyuman terbaik diberikan mengingat terakhir kali yang terjadi di antara mereka. Tapi sayangnya Jungkook hanya menoleh tanpa merespon apapun. Jelas sekali dia melihat, tapi malah mengalihkan pandangannya seolah Taeri tidak ada di sana.

Ia sukses melongo. Apa Jungkook gila? Padahal kalau mengacu terakhir kali pertemuan mereka, harusnya Taeri yang bersikap seperti itu. Marah besar. Dia bahkan sudah berbaik hati memberikan senyuman-seolah memaafkan-tapi yang dia dapatkan malah pengabaian. Berusaha untuk berpikir positif karena saat ini dia benar-benar membutuhkan Jungkook.

Pun dia memutuskan untuk menunggu istirahat syuting. Duduk manis di salah satu bangku. Menyaksikan jalannya syuting yang sejujurnya Jungkook memang memukau. Ketika berakting, Jungkook benar-benar melakukannya sungguh-sungguh. Sejak kecil Jungkook memang tidak pernah setengah-setengah melakukan sesuatu.

Menunggu tidak pernah menyenangkan-terlalu membosankan. Badannya seperti mau remuk karena hanya duduk diam saja membuatnya lelah. Setengah hari saat matahari sedang terik, akhirnya break berlangsung. Semua kru mengambil makan ataupun melakukan hal lainnya-bersiap untuk pindah lokasi. Tak menunggu waktu lama, Taeri langsung berlari kecil ke arah Jungkook. Seketika ia terkesiap, terdiam sebentar merasakan dejavu. Teringat mimpinya yang meninggalkan pilu dan sesak di dada di mana sang ratu berlari bertemu raja Jeongoo.

Tetapi melihat Jungkook yang sedang bersiap pergi, membuat dia menyingkirkan dulu pikiran itu. Buru-buru berlari menuju Jungkook sambil memanggil berkali-kali. Menyebalkan sekali karena seperti sebelumnya, Jungkook mengabaikannya dan terus berlari. Mungkin telinga Jungkook sedang tersumpal dosa-dosa sehingga tidak mendengarnya.

"Hei, Jungkook! Apa kau sedang berusaha mengabaikanku?" serang Taeri langsung tanpa basa-basi ketika berhasil berada di depan Jungkook yang berjalan sok keren sambil memasukan dua tangan ke kantung. Bayangkan saja, Taeri harus berlari hanya untuk menyamakan langkah kaki Jungkook yang panjang itu. Bagaimana jika Jungkook berlari?

Alih-alih tersenyum ramah seperti biasanya, Jungkook menatap Taeri begitu dingin. Kelewat tenang dengan cara yang menyebalkan. "Kau merasa seperti itu?" retorik sekali.

Taeri memutar bola matanya muak. "Aku sudah menunggumu dari tadi, Kook!" ujar Taeri dengan penekanan pada beberapa kata.

"Apa ada yang memintamu menunggu?"

Wow. Taeri sukses melongo mendengar itu. Bahkan bibirnya terbuka sedikit-kehabisan kata. Rasanya ingin sekali menendang kaki panjang Jungkook, tetapi sialnya dia membutuhkan bocah tukang merajuk-dengan alasan tidak jelas-itu. Benci sekali dalam keadaan seperti ini. Dia tidak suka direndahkan. Selalu begitu.

"Dengar, kita perlu bicara!"

"Kalau aku tidak mau?"

Jungkook benar-benar mempermainkannya. "Aku akan menciummu di sini," jawab Taeri sambil tersenyum licik. Sebut saja dia nekat.

LIMERENCE ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang