Terang Sudah Terlihat tapi Belum Terungkap

90 46 0
                                    

Apa maksudnya ini. Ternyata sejak dari awal Valiant bukan semata mau mengajakku jalan dan main bersama tapi juga berusaha mendekatkanku dengan Richard dan kemudian pergi meninggalkanku begitu saja. Aku tahu kalau Valiant sudah sangat sering menjodohkanku dengan teman-temannya dan aku tidak menyangka kalau hari ini dia juga melakukannya. Tapi aku cukup terkesan ternyata Richard mau bertebal muka mengakuinya, tidak seperti laki-laki lain yang tidak mau mengaku kalau Valiantlah yang berusaha menjodohkanku.

"Kalau begitu katakanlah tujuanmu sebenarnya ke sini untuk apa" kataku dengan serius.

"Tidak ada. Aku hanya ingin jalan-jalan mencari udara segar" sahut Richard cuek.

"Ya udah kalau gitu aku mau pulang"

"Kau belum jawab pertanyaanku tadi" ujar Richard menahanku.

"Apa lagi yang mau kau katakan. Biar aku cepat pulang" gerutuku kesal.

"Seharusnya kau jawab pertanyaanku tadi. Aku boleh kan jadi temanmu?" Tanyanya membuatku semakin kesal.

"Kau datang ke sini karena ajakan Valiant kan? Aku tahu kalau Valiant berusaha menjodohkanku dengan teman-temannya termasuk kau. Jadi kurasa lebih baik jangan mengikuti lagi atau kau akan patah hati" kataku berterus terang menjelaskannya.

Tapi dia hanya diam dan kemudian tertawa setelah aku berkata seperti itu.

Pfft.. ha...hahahaha...ha..

"Kau kira aku mau memintamu jadi pacarku seperti kita bermain ToD siang tadi?" katanya yang masih tersenyum menahan tawa.

"Kalau bukan itu lalu apa?" Tanyaku bingung.

"Kau tahu tidak? Di dunia ini ada istilah yang namanya kege-eran. Yang artinya terlalu percaya diri, dan sepertinya istilah itu melekat padamu saat ini" ucapnya mengejekku.

"Terus tujuanmu apa mau mengikuti rencana Valiant?" selidikku yang mulai curiga. Jangan-jangan dia cuma mau mengerjaiku lagi.

"Yang pastinya tujuanku bukan untuk melamarmu. Aku cuma ingin melihatmu bersenang-senang dengan orang yang kau suka karena aku sudah mengawasi kalian sejak awal. Makanya aku sengaja beralasan terlambat datang pada Valiant padahal sebenarnya aku melihat kalian dari kejauhan" ujarnya meluruskan kesalah pahaman ini.

"Jadi kau benar-benar tidak ada niat lain selain itu kan?" Tanyaku yang masih tidak percaya.

"Ya, tentu saja. Kecuali kalau kau yang memintaku untuk melamarmu. Mana mungkin aku bisa menolaknya" crocosnya yang membuatku sangat ingin menamparnya saat ini. Kalau saja dia pelayan di rumahku mungkin wajahnya sudah berbekas oleh telapak sepatuku.

"Richard Oliver, sekarang aku sudah tahu tujuanmu ke sini. Kau mau mengejekku lagi kan?" Kataku mengeluarkan hawa paling menakutkan untuknya.

"Eits...santai dong! Jangan marah nanti cantiknya hilang. Tapi kayaknya memang sudah hilang deh" ejeknya lagi.

"Aku boleh kan jadi temanmu?" tanyanya lagi membuatku semakin muak. Dia bahkan sudah menanyakan itu berkali-kali.

"Dengar Richard! Aku belum meamaafkanmu. Jadi jangan seenaknya bertanya!" Jawabku ketus.

"Kalau nanti aku jadi temanmu boleh kan?"

"Kita liat saja nanti. Urusan kita akan menjadi teman atau tidak biar waktu yang memperlihatkannya" ucapku menatapnya sinis kemudian berjalan meninggalkannya.

"Mau kuantar pulang?" Katanya menawarkan.

"Tidak usah aku bisa pulang sendiri"

"Cindy, kau benar-benar perempuan yang berhati dingin" gumam Richard yang terdengar olehku.

Bahagialah CinderellakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang