Mengungkap Tabir

66 16 0
                                    

Jika aku diberi pilihan hidup. Aku ingin menjadi manusia. Iya, manusia. Karena jika aku malaikat, aku tidak akan mencintaimu di dunia yang fana ini.~ unknown

################################

Cindy melangkahkan kakinya dengan cepat dan tergesa-gesa saat pulang menuju ke mansion ayahnya. Cindy tak tahu jika setelah ia turun dari halte bus sepulang sekolah, ternyata ada beberapa pria yang membuntutinya dengan menggunakan mobil. Sosok siapa yang sedang mengejar-ngejarnya kali ini Cindy tak tahu pasti.

Apa mungkin mereka polisi atau intel yang sudah mengetahui pelaku penembakan di sekolah kemarin. Tapi aku tidak meninggalkan jejak sama sekali waktu itu, aku harap mereka cuma penguntit, pikirnya harap-harap cemas.

Tapi kenapa mobil mereka tidak menggunakan nomor plat? Apa jangan-jangan mereka penjahat?, pikirnya lagi yang mulai ketakutan.

Sial! Aku bahkan tidak membawa pistolku karena tadi di sekolah ada banyak polisi, gerutunya merutuki kesialannya.

Cindy berlari mencari tempat untuk bersembunyi, tetapi mobil itu lebih cepat untuk mencegat Cindy. Cindy yang dicegat oleh mobil dihadapannya berusaha kabur, tetapi seorang pria yang ada dalam mobil itu dengan cekatan langsung menangkap dan membekap mulutnya dengan kain yang sudah diberi obat bius semprot.

"Mmmmph...mmmph"

Cindy meronta-ronta memohon untuk dilepaskan tetapi karena obat bius yang diberikan melalui kain yang membekap mulutnya, akhirnya Cindy pingsan tak sadarkan diri.
Setelahnya dengan sigap pria tersebut langsung membawa paksa Cindy masuk ke mobilnya.

Cindy dibawa ke sebuah tempat melalui ruang bawah tanah yang melewati gorong-gorong gelap. Mereka membawa cindy ke sebuah ruangan seperti kamar.

"Bos, kami sudah mendapatkan targetnya" kata salah seorang pria melalui telepon genggamnya.

Tak berapa lama kemudian datanglah dua orang pria bersetelan jas hitam memasuki ruangan itu. Semua orang yang melihatnya membungkuk memberi salam hormat kepada salah satunya.

"Yang mulia Pangeran Louis dan Bos Jack, kami sudah menangkap pelaku penembakan putri dari Alexis Greta" kata salah satu dari mereka.

"Yang benar saja. Apa kalian tidak salah? Bahkan polisi saja tidak dapat melacaknya dan kalian dengan sembarangan membawa gadis tidak berguna ini padaku?!" Bentak pria yang dipanggil Jack pada anak buahnya.

Dor!

Jack menembak kepala salah satu anak buahnya.

"Kalian tidak berguna sama sekali!" Hardiknya yang kemudian menginjak kepala anak buahnya yang sudah tewas tertembak.

"A..ampuni kami Bos. Ampuni kami tolong maafkan kami. Hanya dialah orang yang sudah terbukti menjadi tersangka"

Para anak buahnya memohon ampun sambil bersujud di lantai.

"Bukti apa?! Tunjukkan padaku! Alexis Greta membayar kita mahal-mahal untuk mencari pelaku teror di keluarganya, bukan untuk membuang-buang waktu!" Hardiknya seraya menyepak salah satu kepala anak buahnya yang bersujud.

"Kami punya beberapa bukti, Bos. Satu-satunya orang yang sering membawa pistol berjenis SIGP250 hanya dia. Hampir tidak ada yang tahu kalau gadis itu sangat licik dalam menyembunyikannya. Tadi pagi aku memata-matainya, dia menyembunyikan pistol ini di sebuah club malam kepada seorang bartender dengan imbalan uang tiga juta agar para bartender itu tidak memberitahukan kepada siapapun. Lalu aku mendatangi para bartender itu dan mengecek pistol ini sesuai dengan jenis peluru yang bersarang di tubuh putri Alexis Greta, dan gadis ini juga satu sekolah dengannya" ucap salah satu anak buahnya menuturkan kronologinya.

Bahagialah CinderellakuWhere stories live. Discover now