The Love that Cannot Talk -06-

46.3K 4K 153
                                    

{Aki's POV}

Entah mimpi atau kenyataan, sikap Reo berubah. Dia lebih sabar dan juga tidak lagi membentak-bentak diri ku. Rasa nya sulit dipercaya, tapi ini kenyataannya. Aku tersenyum sambil mengamati sapu tangan yang diberikan Reo untuk ku. Pertama kali mengusapkan sapu tangan ini, aku dapat mencium bau parfum yang biasa ia kenakan. Wangi nya sungguh khas.

"Aki—"

Sebaiknya tidak usah dicuci saja ya... nanti bau parfum Reo hilang

"A—ki"

Tapi kalau tidak dicuci, nanti ingus ku menempel terus di sapu tangan ini...

"AK—I"

Ngomong-ngomong sapu tangan ini boleh aku simpan selamanya?

"AKI!"

Aku tersentak kaget dan lompat kecil dari kursi ku. Dengan jantung yang masih berdegup kencang aku membalikan badan. Lalu ku lihat Takahiro berdiri di depan pintu kantor OB, ia melipat kedua tangannya, dan menatap ku kesal

"Dipanggil berkali-kali malah asyik senyum-senyum sendiri" komentar Takahiro. Aku mengambil kertas dan pulpen lalu menuliskan sesuatu diatasnya

"Maafkan saya, Takahiro-senpai* "

Takahiro membaca note ku dan menghela napas. "Kau kenapa sih? Tidak biasanya kau melamun sambil tersenyum sendiri" ujar Takahiro. Aku menuliskan sesuatu lagi, "Tidak ada apa-apa! Oh ya, ada perlu apa?" tanya ku di kertas note yang sedang dibaca Takahiro. "Kau diminta membersihkan ruang direktur" jawab Takahiro. Aku sempat kaget dan mengangguk cepat.

"Hei Aki" panggil Takahiro. Aku membalikan badan dan menatapnya penuh tanya.

"Jangan melamun waktu kau membersihkan ruang Direktur ya" Ujar Takahiro seraya  melambaikan tangannya berjalan meninggalkan ruangan.

            Setibanya di depan ruang direktur, aku mengetuk pintu beberapa kali dan tidak lama setelah itu, aku mendengar suara Reo. Rasanya seperti digelitik kembang api dari dalam, aku begitu senang hingga jantung ku berdegup dengan irama yang aneh. Aku mendorong peralatan kebersihan masuk ke ruangan Reo, tetapi belum sempat membersihkan ruangan, Reo menatap ku dengan pandangan aneh.

Spontan aku dengan gugup menatap balik dirinya. "Kenapa bawa alat kebersihan?" tanya Reo dengan pandangan bingung. Ku kira bukan hanya Reo saja yang bingung tapi aku pun juga ikut menjadi bingung. "Biarkan alat kebersihannya di situ saja. Kemarilah Aki" panggil Reo. Tanpa membuang waktu aku mendekati Reo dengan gugup.

"Aku tidak tahu kenapa kau bawa alat kebersihan tapi aku tidak menyeruh mu untuk membersihkan ruangan ku—" ujar Reo seraya ia membolak-balik sebuah catalog. Aku mengamati dengan hati-hati apa yang sedang ia baca dan ternyata itu daftar menu sebuah restoran.

"Sebentar lagi makan siang kan? Aku mau kau pesan kan ini untuk ku" ujarnya lagi, kali ini ia mengambil pulpen dan kertas dari meja kerjanya. Menuliskan sesuatu diatas kertas itu dan menyodorkan nya ke arah ku begitu ia selesai menulis. Aku mengamati tulisan tangan nya, dalam hati berkata 'Wah, tulisan nya rapi untuk seorang laki-laki'

"Restoran ini biasanya ramai kan? Jadi kau harus bergerak cepat" tambah Reo sambil menopangkan pipinya di tangan kanannya yang bersandar di meja kerja nya. Aku mengangguk paham. "Kalau kau bisa pesankan semua menu dan kembali sebelum jam makan siang usai, nanti akan ku beri bonus" kata Reo lalu tersenyum

"Apa sebenarnya Reo orang yang baik ya?" tanya ku dalam hati dengan tersnyum lemah.

"Tapi kalau kau gagal, besok adalah hari terakhir mu bekerja di sini" katanya lalu tersenyum lebih manis dari sebelumnya

The Love That Cannot Talk [ 1 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang