The Love that Cannot Talk -17-

47K 3.1K 292
                                    

{Aki's POV}

Aneh sekali... Reo-sama tiba-tiba bertanya tentang suara ku, lalu tiba-tiba ia terkejut ketika aku menyentuh tangannya. Biasanya juga aku menuliskan sesuatu di telapak tangannya, tapi tiba-tiba ia menepis tangan ku lalu pergi pikir ku, sambil mendorong kereta dorong alat kebersihan, aku terus memikirkan reaksi Reo-sama tadi.

"Aki, bisa  membantu ku merapikan file disini?" panggil Fujita. Aku mengannguk dan mendorong kereta alat kebersihan, lalu memarkirkannya di depan pintu ruang penyimpanan dokumen.

"Akhir-akhir ini aku masih bingung bagaimana cara mengatur semua map-map dokumen ini" gumam Fujita, Aku mengambil beberapa map besar dari atas kabinet penyimpanan berkas, memindahkannya ke box yang sudah disiapkan Fujita.

"Bagaimana menurut mu Aki?" tanya Fujita sambil meletakkan kedua tangannya di pinggulnya, matanya menatap ke tumpukan dokumen-dokumen itu. "Aku harus tanya Reo-sama bagaimana menangani semua berkas-berkas ini" ujarnya lagi. Aku hanya bisa tersenyum ketika mendengar Fujita menjawab dan memberi solusi pertanyaannya sendiri.

"Aki, kau bisa kan memindahkan semua map ke dalam box itu sendirian?" tanya Fujita, aku mengangguk, menyakinkannya bahwa aku sanggup menyelesaikan tugas ini. "Baiklah, aku minta tolong ya" dan dengan itu dia meninggalkan ruang penyimpanan dokumen.

Sebelumnya aku pernah membantu petugas perpustakaan di sekolah dulu. Dia mengajari ku cara merapihkan buku-buku sesuai dengan tanggal, bulan dan tahun terbit, lalu berdasarkan genre, alphabetikal dan lainnya. Aku pikir ini sama menariknya dengan merapihkan buku-buku perpustakaan. Bedanya aku tidak boleh membaca-baca apa yang tertulis di dalamnya.

Setelah beberapa jam bergelut dengan kertas-kertas, tumpukan kertas, akhirnya hampir ½ dari pekerjaan ku merapihkan dokumen sudah beres. Aku beristirahat sebentar sambil menyapu lantai yang kotor karena debu-debu dari map-map usang.

"Ternyata kau sudah masuk kerja hari ini" tegur seseorang. Aku menghentikan tangan ku dan melihat Takahiro berdiri di ambang pintu ruangan. Aku mengangguk untuk memberinya respon. "Sudah sehat?" tanyanya lagi. Akupun mengangguk lagi sebagai jawaban.

"Hari ini aku bermaksud untuk menjenguk mu" ujar Takahiro. Belum sempat merespon ia berkata lagi. "Tapi ya sudahlah, kalau kau sudah sehat, aku juga senang" ia berbalik dan berjalan meninggalkan pintu ruang penyimpanan.

Aku pikir Senpai tidak menyukai ku...

            Setelah selesai dengan semua dokumen yang ternyata memakan hampir setengah hari, seharian ini aku hanya membersihkan dokumen saja! Aku menyapu debu-debu yang ada di lantai lalu mengeruknya dan membuang kotoran debu itu di tong sampah, lalu membawa tong sampah itu keluar bersama dengan kereta dorong alat kebersihan.

Aku menekan tombol lift dengan segera sambil bersenandung dalam hati, lalu ketika tombol lift terbuka aku mendorong masuk kereta itu dan menekan tombol untuk lantai dasar.

Setibanya di lantai dasar, pintu lift terbuka dan aku mendorong kereta itu keluar, berbelok pada belokkan pertama dan berhenti di tong sampah yang lain di lantai dasar itu. menuangkan sampah yang ada di dalamnya ke tong sampah yang lebih besar. Aku mendorong kereta dorong itu menuju bak-bak sampah lainnya.

Selesai dengan semua tong sampah yang ada berada di dalam, aku mendorong kereta itu keluar untuk membuang semua sampah yang ada di tong yang lebih besar ke tempat pembakaran sampah. Sebuah bangunan kotak yang di dalamnya semua sampah dibakar menjadi abu. Berusaha menarik tong sampah yang lebih besar itu dengan sekuat tenaga.

"Ini lebih berat dan lebih besar dari pada kelihatannya" gumam ku dalam hati. Lalu berhasil menarik sedikit maju tong sampah itu membuat ku bangga dan senang

The Love That Cannot Talk [ 1 ]Where stories live. Discover now