The Love that Cannot Talk -11-

47.2K 3.6K 241
                                    

{REO's POV}

Aku bangun pagi ini dengan mood yang tidak menentu dan wajah yang mungkin bisa dijadikan penangkal setan.

"Ken...can...Kencan..." gumam ku dengan suara parau.

❤_❤_❤_❤­­_❤_❤_❤_❤

"Selamat pagi, Reo-sama! Hari ini cuaca nya cerah sekali, menurut rama—HUH?! REO-SAMA! APA YANG TERJADI?!" Tsukishima mendadak berteriak di depan muka ku dengan ekspresi panik dan khawatir.

"Aku hanya...kurang tidur saja..." jawab ku dengan suara parau. "Anda yakin anda baik-baik saja?!" tanya Tsukishima lagi tanpa menghilangkan ekspresi khawatirnya. "Yah... kita harus segera...ke kantor" perintah ku lagi, tapi suara ku tidak bisa keluar dengan tegas.

"B-baik! Silahkan, Reo-sama!" Tsukishima segera membuka kan pintu mobil yang biasa ku gunakan, dengan hati-hati aku masuk ke dalam dan membaringkan badan ku di kursi mobil yang kosong itu.

Sial... Gara-gara Kuro yang bicara seenaknya, aku jadi kepikiran ide konyol nya.

"Reo-sama, anda yakin anda ingin pergi ke kantor?" tanya Tsukishima sambil menarik seat beltnya. "Berisik sekali.. Cepat jalakan mobilnya!" seru ku dengan kesal. Tsukishima tersentak kaget dan dengan gugup mulai menjalankan mobil, melaju menuju ke kantor.

            Setelah sampai di halaman kantor, Tsukishima membuka pintu mobil untuk ku dan mempersilahkan ku keluar dari mobil. Aku bangun dari kursi empuk mobil, berjalan masuk ke gedung kantor. Beberapa pegawai yang melihat ku berjalan masuk membungkukkan badan mereka dalam-dalam dan menyapa ku, "Selamat pagi, Reo-sama" Karena kurang tidur, kepala ku jadi sedikit pusing, aku jadi tidak fokus dan hanya menggangguk sebagai balasan. Lalu berjalan menuju lift dan berdiri dengan wajah yang tidak karuan di depan lift. Bayangan diri ku yang dipantulkan dinding stainless steel membuat ku ingin muntah.

Ding!

Pintu lift pun terbuka dan aku masuk dengan langkah gontai ke dalam lift. "S-Selamat pagi, Reo-sama" sapa Takahiro yang masuk ke dalam lift setelah aku masuk. "Ah" jawab ku singkat. "Anda terlihat pucat, apa anda baik-baik saja?" tanya Takahiro, lalu entah ia iseng atau memang sengaja membuat pusing ku semakin parah, Takahiro menempelkan telapak tangannya yang hangat di dahi ku. Spontan ku tepis tangannya dengan kesal. "Jangan menyentuh ku seenaknya" ujar ku. Dengan canggung Takahiro meminta maaf dan menundukkan kepalanya. Beberapa lantai pun dilewati dalam keheningan.

Ding!

Pintu lift kembali terbuka ketika aku sudah sampai di lantai dimana ruangan ku berada.
"Re...Reo-sama" panggil Takahiro dengan ragu-ragu. "Apa?" balas ku tanpa membalikkan badan. "Saya benar-benar minta maaf" ujar Takahiro. Tanpa memberikan balasan ataupun jawaban, aku melangkah menjauh dari lift.

"Selamat pagi, Reo-sama" sapa sekretaris ku, Miyuki. Ia membungkuk dan tersenyum secarah mentari pagi ini. "Ah" sahut ku dan berjalan memasuki ruangan ku. "Ayah anda akan datang pukul 10 pagi ini. Saat ini Beliau sedang sarapan di hotel" lapor Miyuki seraya meletakkan beberapa dokumen di meja ku. "Miyuki" panggil ku setelah duduk di kursi direktur milik ku. "Ya, Reo-sama?" Miyuki menghentikan tangannya dan menatap ku.

"Rekomendasikan tempat kencan yang menarik" ujar ku seraya memijat-mijat dahi ku yang bisa-bisa berkerut dan menjadi keriput. "Maafkan saya, tapi tempat kencan? Apa anda akan pergi kencan?" tanya Miyuki. "Miyuki, aku hanya menyuruh mu untuk memberitahu ku tempat kencan, bukannya ikut campur" jawab ku dingin yang mana membuat Miyuki bergidik. "M-maafkan saya, Reo-sama" ia membungkuk, "Kalau begitu saya akan memberikan daftar tempat kencan yang menarik setelah ini" jawabnya lalu meninggalkan ruangan ku

The Love That Cannot Talk [ 1 ]Where stories live. Discover now