The Love that Cannot Talk -26-

45.7K 2.6K 217
                                    

{LUCA's POV}

"Jadi mungkin seperti ini rasanya punya anak dan menjadi orang tua...?" gumam ku pelan, "Hmm?" Nagisa menatap ku sambil menggendong Rina bersamanya. "Tidak, bukan apa-apa" balas ku. Runa yang ku gendongpun sudah terlelap setelah ia dan saudari kembarnya, Rina terpesona melihat panda dan bayi panda di kebun binatang.

"Rasanya menyenangkan bukan?" tanya Nagisa, aku berpaling menatapnya. "Selama bersama Nagisa semuanya terasa menyenangkan" jawab ku. Nagisa memberi ku senyuman dan berjalan lebih dulu menghampiri Yuuto dan kakak-kakaknya yang lain.

"Nagisa-nii" panggil Arata, Nagisa menghampiri Arata dan bertanya ada apa. "Apa Aki-nii baik-baik saja?" tanyanya. Nagisa sedikit terkejut tapi ia cepat-cepat berjongkok di depan Aratadan tersenyum kearah Arata. "Tentu saja Aki-chan baik-baik saja. Jangan khawatir, Aki-chan pasti akan baik-baik saja, Reo ada bersamanya juga, bukan?" ujar Nagisa. Arata menatap Nagisa dan mengangguk sambil tersenyum lemah. "Hmph! Jangan khawatir Nii!" seru Yuuto menimpali dan diikuti dengan Ryou yang mengangguk setuju.

"Lebih baik sekarang kita makan siang dulu! Setuju?" tanya Nagisa yang mendapat balasan 'Setuju!' dari ketiga kakak beradik Narufumi. Aku berjalan disamping Aki, merasakan beberapa pasang mata memandang kearah kami. Mungkin terlalu mencolok ketika dua orang pria membawa 5 orang anak ke kebun binatang.

"Sejak dulu, aku ingin sekali pergi ke kebun binatang bersama Lu-chan dan anak-anak, seperti ini. Hehe, rasanya seperti mimpi yang jadi kenyataan saja ya?" ujar Nagisa. Aku menarik lengan Nagisa, hingga ia berhenti dengan terpaksa lalu berpaling dengan terkejut melihat ku.
"Lu—" Tidak membiarkan ia menyelesaikan kalimatnya, aku mengecup bibir Nagisa untuk beberapa detik. Nagisa terdiam dan hanya membuka mata besarnya tanpa berkedip. Selesai mengecup bibirnya, ia bertanya pada ku mengapa aku tiba-tiba melakukan hal itu di depan umum. Aku hanya tersenyum dan memeluknya, lalu berbisik pelan di telinganya.

"Akan ku lakukan apapun untuk mewujudkan semua mimpi mu, Nagi"

Nagisa tersenyum dan membalas pelukkan ku. "Mimpi ku sudah lama terwujud" ujarnya, melepaskan pelukannya dan menatap ku. "Mimpi ku untuk bisa mencintai orang yang tepat selamanya, sudah terwujudkan" tambahnya. Mata ku terbelalak menatap Nagisa yang hanya terkekeh geli. "Luca, ayo!" panggilnya. Aku tersenyum dan berjalan mengikuti Nagisa dan yang lainnya menuju deretan bangku taman.

***

{REO's POV}

Aku menghela napas panjang sambil menatap ke langit senja. "Baru pertama kalinya aku didorong dari ranjang gara-gara..." gumam ku yang terhenti ketika mengingat apa yang terjadi tadi bersama dengan Aki.

"Maafkan aku! Aku tidak bermaksud menyakiti mu—" Aku terdiam ketika Aki memeluk erat guling yang ada di sampingnya. "Maaf...sungguh" Aku mendecak kesal pada diri ku sendiri. Aki menggelengkan kepalanya dan menatap ku dengan mata merah dan masih sedikit terisak. "Reo...Aku..." tulisnya di telapak tangan ku, tapi ia tidak melanjutkan kalimatnya setelah itu. Aku menatap Aki penuh tanya. "Apa kau akan membenci ku?" tulisnya lagi setelah itu. Aku menggelengkan kepala. "Bagaimana mungkin aku bisa membenci mu?" ujar ku balik bertanya. "Aku sepertinya belum siap..." tulis Aki sebagai balasan. Aku menganggukkan kepala ku dan memeluknya.

"Maafkan aku" ujar ku, seraya dipeluk oleh ku, Aki menggelengkan kepalanya perlahan. "Aku kan berusaha dengan baik lain kali, karena itu, jangan membenci ku, Reo" tulisnya ketika aku melepaskan pelukan ku. "Kenapa kau berpikir aku akan membenci hanya karena ini?" tanya ku. Aki terdiam sejenak dan menuliskan sesuatu, "Aku dengar seperti itu..."

"Darimana dia mendapatkan ide seperti itu? Haah... Kalau bicara soal hubungan seks yang gagal, seharusnya yang dibenci itu aku" gumam ku sambil meniupkan asap rokok keluar dari bibir ku.

The Love That Cannot Talk [ 1 ]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora