The Love that Cannot Talk -28-

36.1K 2.4K 284
                                    

{REO's POV}

Sudah hampir dua jam lamanya aku menunggu di bangku ruang tunggu kamar ICU, dimana dokter masih melangsungkan penanganan untuk Aki. Lampu ruang ICU masih menyala, membuat ku semakin gelisah. Kenapa dokter begitu lama? Kenapa tidak kunjung selesai? Apa yang dilakukan dokter dan para perawat di dalam sana?!

"Sial!!" dengan kesal ku pukulkan tinju ku ke dinding rumah sakit.

"Re-chan..." Nagisa dengan lembut membelai punggung ku, mencoba menenangkan diri ku. Meskipun saat ini aku sama sekali tidak bisa tenang.

"Kau  tahu siapa yang berani melakukan ini semua pada Aki?" tanya Luca yang sedari tadi berdiri sambil menyandarkan punggunya ke dinding rumah sakit. Aku menggelengkan kepala ku sebagai jawaban.

"Sama sekali tidak punya clue?" tanyanya lagi. Mendengar Luca yang bertanya terus menurus membuat ku geram, merasa diejek meskipun mungkin sebenarnya ia tidak bermaksud begitu.

"KALAU AKU TAHU SIAPA, SUDAH KU BUNUH DIA!!" bentak ku ke arahnya. Luca menatap ku dengan mata terbelalak, sementara Nagisa yang juga terkejut mendengar ku membentak Luca, cepat-cepat mendekap ku. "Re-chan, semua pasti akan baik-baik saja" ujar Nagisa.

"Maaf... maafkan aku" balas ku sambil membenamkan wajah ku dalam dekapan Nagisa. "Semua akan baik-baik saja"  ujar Nagisa lagi dan lagi.

            Kemudian beberapa jampun berlalu lagi. Akhirnya setelah  hampir 4 jam lamanya, lamppu ruang ICU dipadamkan. Dokter dan beberapa perawat lainnya keluar dari ruang ICU. Aku bangkit dari bangku ku dan menghampiri dokter yang juga berjalan menghampiri ku.

"Bagaimana keadaannya?" tanya ku dengan gelisah dan gugup. Dokter memandang ku beberapa detik sebelum memberitahu ku, "Maafkan saya tuan Reo—"

"Tunggu! Anda tidak boleh minta maaf! Apa yang terjadi?! Apa Aki baik-baik saja?!!" tanya ku sambil mencengkram leher baju dokter. Dokterpun menatap ku dengan ketakutan dimatanya.

"Re-chan! Kau harus tenang!" Nagisa menarik ku, membuat cengkraman ku lepas dari baju dokter. "Bagaimana aku bisa tenang?! Nagi, Aki—!"

"Tuan Reo, saya tidak mengatakan bahwa kami gagal menyelamatkan nyawa tuan Narufumi—"

"Jadi Aki baik-baik saja?!" lagi-lagi aku memotong kalimat dokter. Ia mengangguk, aku merasa begitu lega mendengarnya. "Hal itu juga tidak berarti tuan Narufumi melewati masa kritisnya" tambah dokter. Baru saja bernapas lega, aku sudah menahan napas ku dan menatap dokter dengan kesal.

Apa dia main-main?!

"Jadi tuan Narufumi kehilangan cukup banyak darah, karena itu keadaannya masih kritis. Kami sudah melakukan yang terbaik, tapi saat ini kami masih belum bisa memberitahu anda kapan tuan Narufumi akan sadar dari komanya"

"A...Apa?"

"Koma?" Luca yang sedari tadi mendengarkan dengan tenang kini menghampiri ku dan dokter.

"Maksud dokter Aki...?"

"Saya benar-benar minta maaf. Kami sudah melakukan yang terbaik tapi entah kenapa tuan Narufumi sama sekali belum sadar"

"Berapa lama Aki akan seperti itu?!" tanya ku. Mendengar dokter membawa kabar seperti ini membuat jantung terasa perih. Kenapa harus Aki yang mengalami semua ini.

"Kami juga belum tahu sampai kapan tuan Narufumi akan berada di kondisi seperti itu" jawab dokter, aku langsung terhuyung kembali kebelakang dan terduduk lemas. "Re-chan..." Nagisa menghampiri ku, "Re-chan, kita masih punya harapan... Aki-chan adalah orang yang kuat, dia pasti bisa melampaui ini semua"

The Love That Cannot Talk [ 1 ]Where stories live. Discover now