The Love that Cannot Talk -07-

45.1K 3.7K 202
                                    

[Takahiro's POV]

Aku mengamati Aki yang kembali ke ruang OB dan terburu-buru mengambil kotak bentou yang biasa ia bawa, aku pikir ia akan makan siang disini tapi sungguh mengejutkan, ia berlari kecil dan memegang erat kotak bentounya. Aku bangkit dari kursi ku dan berjalan beberapa langkah dibelakang nya. Aku pikir ia tidak menyadari ku, jadi aku bersikap natural selayaknya seorang stalker. Langkah ku terhenti secara paksa saat Aki berhenti di depan ruang direktur, "Mau apa dia disana?" tanya ku dalam hati. Ekspresi Aki pun berubah ketika Reo menjawab ketukannya. Ia tersenyum dan dengan hati-hati melongok ke kanan dan ke kiri, lalu masuk ke dalam ruangan.

"Apa-apaan dia... Kenapa membawa bekal makan siang nya ke ruangan Reo?" Aku berdecak kesal lalu menendang mesin penjual minuman otomatis di samping ku. "Sial!"

Untuk memastikan apa yang dilakukan Aki di dalam sana, perlahan aku berjalan mendekati ruangan Reo. Pintu ruang direktur terbuat dari kayu pohon mahoni yang indah, dengan hiasan kaca yang membuat pintu ini terlihat semakin indah. Pegangan pintunya terbuat dari besi alumunium mahal yang nyaman ketika dipegang.

Aku mengintip kedalam melalui kaca di pintu, dari luar aku melihat Aki duduk di depan Reo, mereka tampak membicarakan sesuatu. Aki terlihat ragu-ragu dan bingung, ia mencuri-curi pandang ke Reo, lalu kedua pipinya sedikit merona, aku mengamati apa yang dilakukan Reo, sungguh sayang suara mereka tidak terdengar. Maksudku, suara Reo. Aki kan bisu, mana mungkin ia membuat suara.

Keterkejutan ku tidak berhenti sampai di situ saja, Reo menatap Aki dengan gugup dan ia cepat-cepat membuang muka nya ke arah lain, aku benar-benar kehabisan kata-kata, kedua pipi Reo pun tidak kalah merahnya dengan Aki.

Menyebalkan... Menyebalkan... Menyebalkan...

Bagaimana mereka bisa jadi dekat seperti itu? Seharusnya Reo membenci Aki, seharusnya Aki pun membenci Reo! Kenapa ini malah sebaliknya...

Percuma saja usaha ku siang ini, aku pikir Reo akan mengusir Aki keluar, percuma saja aku sengaja memberikan perintah palsu. Sial...Sial!

Karena amarah ku yang meluap-luap aku tidak menyadari bahwa seseorang sedang berdiri di belakang ku. Aku baru menyadari hal itu ketika napas hangat orang yang berdiri di belakang ku itu bergesekkan dengan kulit leher ku. Seperti disengat listrik, aku terperanjat kaget dan berbalik cepat.

Ternyata dibelakang ku berdiri Kurosawa. "Apa yang sedang kau lakukan disini, Taka-chan?" tanya Kurosawa seraya menatap ku. "Jangan memanggil ku seperti itu! Dan bukan urusan mu juga apa yang sedang ku lakukan!" balas ku. Sial, kenapa di saat seperti ini malah bertemu pria gay seperti dia, apa lagi dia sahabat Reo. Bisa dalam masalah besar aku nan—

"Oh, kau sedang mengintip Reo, huh?" potong Kurosawa, aku langsung diam dan menginjak kakinya. "Jangan salah paham!" balas ku. Kurosawa memegangi kakinya dan menggerutu sakit. Aku membalikkan badan, mengamati Reo yang kali ini tersenyum konyol dengan kotak bentou Aki ditangan nya.

"Hmm... Bukan kah itu Aki?" tanya Kurosawa, entah sejak kapan ia berdiri dibelakang ku sambil mengintip kedalam ruangan melalui kaca pintu. "Heeeh... waktunya tepat" ujar Kurosawa, aku membalikan badan menatap nya. Kurosawa lebih tinggi beberapa senti dibandingkan ku, sementara Reo sejajar dengan Kurosawa, sedangkan Aki lebih pendek beberapa senti dibandingkan diri ku.

"Mau masuk?" tanya Kurosawa dengan senyum konyol, tanpa menjawab pertanyaan konyolnya aku menarik lengan Kurosawa dan berjalan menjauh dari ruang direktur.

"O—i, Taka-chan, kita mau kemana?"

❤_❤_❤_❤­­_❤_❤_❤_❤

Aku melepaskan cengkraman ku dari lengan Kurosawa. "Taka-chan, apa-apaan kau? Kenapa kita di atas atap gedung!?"

The Love That Cannot Talk [ 1 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang