The Love that Cannot Talk -14-

51.1K 3.5K 510
                                    

{REO's  POV}


"Um... I-Ini bukan seperti kelihatannya!" ujar ku dengan keringat dingin mengalir. Ryou dengan pandangan 'I-know-what you're-doing' menatap ku, "Seperti kelihatannya juga tidak apa-apa" jawab Ryou. "Lanjutkan saja dulu Reo-nii" tambahnya lalu mengajak adik-adiknya yang lain untuk pergi dari kamar Aki. "Tunggu! Ini bukan seperti itu—" lalu pintu kamar pun ditutup kembali.

Memalukan... Apa yang kau lakukan Reo. Anak SD baru saja bersimpati pada mu...pikir ku dalam hati sambil menutupi muka ku. Aku menghela napas menatap Aki yang masih tertidur, "Ya sudahlah sekalian saja" ujar ku lalu mengecup bibirnya dan bangkit berdiri dari lantai, berjalan keluar dari kamar Aki menuju ke ruang tamu.

"Sempit sekali rumahnya... Rasanya aku tidak betah kalau tinggal disini" gumam ku dan berhenti di depan ruang tamu. "Sudah selesai, Reo-nii?" tanya Arata sambil tersenyum mengejek. "Ah, sudah. Terima kasih" jawab ku sambil duduk di depan Ryou. "Aku buatkan teh dulu" ujar Ryou lalu bangkit berdiri dan berjalan keluar. Arata menatap ku lalu ketika matanya bertemu mata ku, ia cepat-cepat mengalihkan pandangannya.

"Arata, apa yang terjadi?" tanya ku. Arata menatap ku lalu menundukkan kepalanya. "Haah, kau juga tidak mau membicarakan soal itu?" tanya ku lagi seraya melepas dasi ku dan melepas kancing kemeja ku. "P...Pa—paman yang menghajar Aki-nii..." gumam Arata. Aku menghentikan tangan ku dan menatap Arata. "Paman?" Aku mengulangi, Arata mengangguk perlahan. "Kenapa?" tanya ku lagi, "Paman ingin mengadopsi Yuuto, Rina dan Runa, tapi Aki-nii menolaknya. Lalu paman dan bibi marah besar dan membuat Aki-nii sakit seperti ini" jawab Ryou sambil membawa nampan dengan 3 gelas teh, lalu meletakkan segelas teh untuk ku. "Mengadopsi? Kenapa? Maksud ku, dengan alasan apa mereka ingin mengadopsi?" tanya ku. "Entahlah, paman bilang ia hanya ingin membantu Aki-nii. Tapi, kemarin Aki-nii bilang, paman hanya ingin warisan dari bagian Rina, Runa dan Yuuto" jawab Ryou, memandangi air teh yang tenang di gelasnya.

Aku jadi teringat perbincangan pegawai ku di ruang istirahat beberapa bulan lalu.

"Katanya pamannya mau mengadopsi adik-adiknya, tapi sepertinya dia tidak setuju"

"Kenapa?"

"Katanya keluarga itu harus selalu bersama"

"Memang benar, tapi kasihan juga—"

"Reo-nii?" Ryou memanggil ku, lamunan ku buyar. "Ya?" tanya ku. "Tidak, tidak ada apa-apa" jawab Ryou.

"Ryou"

"Ya?"

"Kenapa Aki bersikeras tidak mengijinkan mereka diadopsi?" tanya ku. Ryou menggelengkan kepalanya. "Aku tidak tahu... hanya saja Aki-nii bilang ia berjanji pada ayah dan ibu untuk selalu tinggal bersama" jawab Ryou.

Itu sama sekali tidak menjadi alasan yang kuat. Bagaimanapun juga Aki masih terlalu muda untuk merawat 5 orang adik-adiknya. Dengan ekonomi keluarganya yang seperti ini, pamannya punya alasan yang kuat, meski dibalik itu ada sebuah alasan lain.

"Oh" balas ku.

"Sebenarnya kami juga berpikir apa lebih baik kami membujuk Aki-nii untuk mengijinkn paman mengadopsi mereka. Karena aku sendiri tahu kalau Aki-nii kewalahan. Dia jadi sering pulang malam dan bekerja lembur" ujar Ryou sambil mengepalkan tangannya dengan wajah yang bingung dan cemas.

"Sebaiknya kalian tidak terlalu berpikir sejauh itu. Aki sendiri sedang berjuang untuk apa yang ia yakin itu lebih baik" jawab ku. Ryou mengangkat wajahnya dan menatap ku, lalu matanya berkaca-kaca, "Tapi, kami tidak...hiks...mau melihat Aki-nii hiks...dipukuli lagi...hiks" ujar Ryou disela-sela isakannya. Aku kehabisan kata-kata melihat Ryou mulai menangis. "Ryou-nii...jangan menangis...nanti aku juga ikut sedih" Arata membelai punggung kakaknya yang gemetaran karena menangis itu.

The Love That Cannot Talk [ 1 ]Where stories live. Discover now