The Love that Cannot Talk -34-

44.8K 2.8K 416
                                    

{AUTHOR's POV}

Aki menggosok-gosokkan kedua  tangannya beberapa kali. Begitu keluar dari rumah ia sudah dipeluk oleh angin musim dingin yang membuatnya bergidik. Luca menutup bagasi mobil, mendorong koper miliknya, lalu menarik tangan Aki bersamanya, masuk ke bandara. Aki memanggul tasnya dan berjalan mengikuti Luca.

Ini akan jadi perjalanan pertamanya ke luar Jepang. Seumur hidupnya baru kali ini ia pergi dengan pesawat, baru kali ini melangkahkan kaki di bandara Narita. Ia tidak mampu menyembunyikan betapa takjub dirinya melihat bangunan bandara dan setiap komponen yang ada di dalam gedung kokoh itu.

"Apa kau sudah membawa paspor mu?" tanya Luca, Aki mengangguk sebagai balasan. Aki masih sedikit canggung, meskipun dia sudah mendapatkan kembali suaranya, tapi kebiasaanya menjawab dengan gestur masih belum berubah.

"Luca" panggil Aki, Luca menoleh ke arah Aki, "Ada apa?" tanyanya. "T-Tidak, hanya saja... aku merasa tidak enak meninggalkan Nagisa untuk menjaga rumah dan adik-adik ku" jawab Aki.

Sebelum meninggalkan rumah mereka memang sempat berdiskusi tentang siapa yang akan pergi dan yang akan tinggal. Luca dalam waktu singkat memutuskan Nagisa untuk tinggal di Jepang,

"Nagi, kau akan tinggal dan menjaga rumah bersama  Ryou dan yang lainnya" perintah Luca. Nagisa memberi hormat layaknya seorang awak kapal yang memberi hormat pada Kaptennya. "Yes, Sir!".

"Eh?! T-Tapi Nagisa, Luca pasti membutuhkan mu—"

"Jangan konyol" potong Luca dengan cepat, "Mana mungkin kau yang tinggal dirumah. Kali ini Nagi tidak akan berguna meskipun ia ikut kita ke Inggris" jawab Luca. Nagisa tersenyum geli dan mengangguk-angguk. "Benar sekali! Tidak ada gunanya kalau Aki-chan yang tinggal dan menjaga rumah!" jawab Nagisa.

"B-Baiklah kalau begitu. Aku mohon bantuannya, tolong jaga Ryou dan yang lainnya" ujar Aki dan membungkuk dalam-dalam.

Luca mencubit pipi Aki dan membuatnya mengerang kesakitan, lalu sambil mencubit pipi Aki, "itu bukan hal penting yang perlu kau pikirkan, saat ini kau harus fokus bagaimana kau akan menyeret Reo pulang bersama mu" jawab Luca. Aki mengangguk dengan pipi yang merah sebelah.

Ia menatap lantai bandara yang begitu putih dan bersih itu. Lalu menatap papan jadwal yang terbentang lebar dan luas. Pesawat mereka akan tinggal landas 30 menit lagi. 30 menit lagi mereka akan dalam perjalanan ke Inggris.

 "Kita harus bergegas" ujar Luca, Aki mengangguk dan mereka melanjutkan perjalanan mereka.

            Setelah menyelesaikan setiap proses yang ada dibandara, akhirnya mereka sudah berada di pesawat yang akan membawa mereka terbang ke Inggris. Aki tidak bisa berhenti tersenyum lebar saat berada di pesawat dan memandang keluar jendela. Seperti layaknya Yuuto yang begitu senang melihat kebun binatang, Akipun begitu senang bisa duduk di kursi empuk pesawat dan memandang keluar jendela pesawat.

Lucapun tidak bisa menyembunyikan rasa geli yang menggelitiknya. Melihat Aki begitu senang dengan pesawat membuat Luca tersenyum, ia merasa seperti seorang ayah yang membawa anaknya pergi berwisata untuk pertama kalinya.

"Kepada seluruh penumpang Japan Airline, kami mengucapkan banyak terima kasih. Sebentar lagi penerbangan dari Tokyo menuju London akan segera tinggal landas. Kepada seluruh penumpang dimohon untuk memeriksa sabuk pengaman anda. Mohon untuk memperhatikan instruksi yang akan dipandu oleh pihak kami—" Suara lembut dan ramah pramugari pesawatpun terdengar, Aki melihat kesekeliling tempat duduknya untuk memeriksa kelengkapannya, lalu menarik sabuk pengaman di kursinya, menarik sisi yang lainnya untuk mengunci sabuk pengamannya.

The Love That Cannot Talk [ 1 ]Where stories live. Discover now