YTMHA : Bab 14

1.3K 185 82
                                    

Terkadang seperti kebetulan, terkadang juga seperti kesengajaan. Dan setiap bertemu, aku merasa kesal tapi juga nyaman.

-Krystal-

KRYSTAL sangat terkejut mendapati seorang pria di gerbang sekolah menyapanya. Pria yang akhir-akhir ini memenuhi isi kepalanya, dan membuatnya tersiksa dengan pilihan antara memaafkan atau melupakan. Atau mungkin ia lebih memilih untuk tidak melakukan keduanya saja.

Krystal berusaha menghindar meski pria itu sudah melihat kehadirannya. Ia tidak ingin menyapa seperti yang disarankan oleh sang bunda kemarin. Untuk apa? Apa yang Krystal harapkan dari seorang ayah yang sudah meninggalkan keluarganya.

"Krystal!" Panggil pria itu. Krystal masih terus berjalan menjauhinya. "Krystal, tunggu ayah!" Krystal berhenti berjalan lalu menoleh ke belakang.

"Ayah? Anda masih mau dipanggil Ayah?"

"Kalau kamu tidak mau memanggil saya dengan sebutan ayah tidak masalah, tapi saya perlu bicara. Sebentar saja saya mohon!" Mendengar permohonan pria itu akhirnya Krystal memutuskan untuk mengikutinya.

Dan di sinilah keduanya berada. Di dalam mobil milik Galih yang tak lain adalah ayah Krystal.

"Ayah senang lihat kamu tumbuh menjadi anak yang pintar dan cantik," ujar Galih menatap putri yang selama ini tak pernah dilihatnya. "Bagaimana kabar Bunda dan Mutiara?"

"Baik," sahutnya singkat.

"Ayah harap kamu bisa berteman baik dengan Sylvia," ujar pria itu. "Apa kalian satu kelas?"

"Anda nggak usah basa-basi, langsung aja bicara ke topik utamanya!" Krystal membuang wajahnya ke arah lain karena tidak ingin ditatap oleh pria itu.

"Ini, untuk kamu." Pria itu memberikan sebuah benda yang membuat Krystal melipat kulit dahinya.

"Ini apa?" tanya Krystal merasa tidak mengerti dengan niat pria itu.

"Ini untuk kamu, anggap saja ini permohonan maaf Ayah terhadap kamu," ungkapnya hati-hati.

Krystal menatap benda itu dengan senyum hambar. Bisa-bisanya pria itu kembali lalu datang dan menyuapnya dengan buku rekening.

"Kamu pikir dengan cara saya menerima ini, saya akan memaafkan kamu? Nggak bisa semudah itu, kamu nggak tau perasaan kami saat kehilangan penopang hidup. Kamu nggak tau, bagaimana kami hidup tanpa sosok laki-laki di rumah." Krystal sudah menitikkan air matanya. "Kamu nggak tau itu," lirihnya seraya mengusap air matanya. Walau bagaimana pun ia harus terlihat kuat di depan pria itu.

"Maafin ayah Nak. Ayah tau sebanyak apapun permintaan maaf yang ayah ucapkan, tidak akan sebanding dengan rasa sakit yang kalian alami selama ini."

"Anda udah pernah pergi sekali, jadi lebih baik nggak usah kembali. Kami yakin akan baik-baik aja tanpa kehadiran Anda!"

Krystal keluar dari mobil tanpa pamit, ia sudah tidak tahan lagi mendengar segala ucapan dari sang ayah. Hatinya terasa sangat sakit, setelah sekian lama pria itu kembali muncul dan meminta maaf dengan cara memberinya uang. Apa itu masuk akal?

Krystal tidak habis pikir dengan sikap ayahnya yang bisa berpikiran sedangkal itu. Tentu kebahagiaannya tidak bisa dibayar hanya dengan sebuah nominal angka.

Ketika sedang menunggu bus Krystal dikejutkan dengan bunyi ponselnya yang ia simpan di dalam saku seragam. Krystal melihat layar ponsel, di sana tertera nama cowok yang tidak pernah ia hiraukan kehadirannya.

"Halo cantik, lagi apa?" tanya suara di seberang sana.

"Nunggu bus," sahut Krystal singkat.

You Took My Heart AwayWhere stories live. Discover now