» p r o l o g

6.3K 688 34
                                    

Vancouver, Canada
5 tahun yang lalu


"Mark, jangan sampe ada yang ketinggalan."

Mark menoleh sebentar saat seorang wanita mengintip ke dalam kamarnya lewat pintu yang terbuka lebar.

"Udah masuk semua," kata Mark sambil melempar senyum. Dia menepuk-nepuk koper nya pelan lalu menyeretnya ke luar kamar.

"Tunggu di mobil, mama mau ke Aunty Sarah," kata wanita itu lagi—mama Mark, Irene.

Ngomong-ngomong, hari ini mereka akan pindah ke Korea. Yah, untuk bertemu dengan suami Irene, sekaligus ayah Mark.

"Kenapa gak dijual aja, sih?"

"Ribet!" Sahut Irene lalu menghilang dibalik pintu.

By the way, rumah ini akan ditinggalkan lama. Menurut Mark, lebih baik dijual. Tapi Irene berpendapat lain. Lebih baik dititipkan, siapa tahu suatu saat kembali lagi.

"Padahal lumayan buat uang jajan tambahan."

° Black Dog °






Seoul, Korea
waktu yang sama




"Lunaaaa baguuunnn!"

Gadis bersurai hitam itu menggeliat pelan mendengar teriakan melengking yang berasal dari lantai bawah. Kebiasaan ibunya pagi-pagi, teriak-teriak.

"Udah bangun dari tadi Maaaa," sahutnya, masih bergelung dibalik selimut.

"Bangun, jangan cuma melek! Bersihin rumah sebelah, nanti pemilik barunya dateng."

Gadis bernama Luna itu bangun—duduk, lalu menurunkan salah satu kakinya ke lantai.

"Uuuh, dingin," katanya sambil menarik kembali kakinya ke atas kasur. Padahal tidak benar-benar dingin, hanya malas.

"Dibilangin bangun!"

Luna berjingkat karena tiba-tiba kepala seorang wanita menyembul dari balik pintu kamarnya—yang sebenarnya dari tadi terbuka.

"Ngagetin Mama iih," protesnya. Untung belum sampai melemparkan jam waker ke muka wanita itu—ibunya, Celine Choi.

"Makanya, disuruh bangun tuh bangun."

"Iya ini udah bangun," dengusnya.

"Ya udah sana berangkat, keburu pemilik barunya dateng."

Luna menjulurkan kakinya ke arah selop di bawah ranjang lalu menapakinya, "Lagian ada Om Taeil juga," sungutnya. Ini hari Minggu, dan Luna ingin bersantai. Tapi sepertinya iblis—ah bukan, ibunya tercinta ini tidak akan memberinya sedikit waktu luang untuk sekedar menghirup udara segar akhir pekan.

"Ya bantuin kek. Gak kasian apa? Udah jomblo, bersih-bersih rumah sendirian," sahut Celine sambil berjalan menuruni tangga.

Luna mendecih. Sebegitu kejamnya Celine pada adik sendiri. Bukan adik secara biologis sih, tapi—yah, urusan orang dewasa.

Sedikit bocoran, Taeil menyukai Celine. Tapi wanita itu—ah, udah segitu aja bocorannya.

"Kenapa gak Mama bantuin?" Tanya Luna sembari mengekor di belakang ibunya.

"Terus kalo Mama bantuin, siapa yang mau jaga Floare?"

Fyi, Celine adalah florist, ya, penjual bunga. Padahal orangnya tidak begitu bagus dalam urusan tanam-menanam bunga. Tapi sayang kalau usahanya ditinggal begitu saja. Lagipula itu peninggalan suaminya. Satu-satunya, mungkin. Beliau dulu adalah tentara, tapi hatinya tidak setegas rupanya. Terbukti dengan hobinya menanam dan merawat bunga.

Mungkin itu juga yang akhirnya membuat wanita itu jatuh cinta.

Dan bisnis Celine yang sebenarnya adalah penginapan—termasuk rumah yang berada tepat di samping rumahnya ini. Sudah lama tidak berpenghuni, semoga tidak ada hal-hal mistis yang mungkin membuat klien gagal menyewa.

"Masih bengong?! Sana berangkat!"

Luna mendengus lalu mengambil roti di meja dan menjejalkannya ke mulut.

"Iya ini bewangkat," katanya sambil mengunyah. Luna segera memutar haluan menuju pintu depan. Setelah menggelung rambutnya asal, dia membuka pintu dan keluar.

Nice weather. Wish the new neighbor also be nice.

° Black Dog °





enjoying this story? masukkan ke library kalo iya hehe
aku maksa loh :v

gak, bercanda. tapi serius.

jangan lupa tinggalkan jejak yaa
see u ♡

tbc

[2] Black Dog ; Mark Lee ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang