● 15

1.9K 392 38
                                    

Belum sampai jauh Mark meninggalkan rumahnya, orang yang dicarinya muncul—atau lebih tepatnya memang akan menuju rumah Mark.

"Kok dis—"

"What did you do to Erica Lee??" sungut Mark, langsung meraih kerah kaos orang yang baru saja akan menyapanya itu—Jeffrey, siapa lagi?

"Wow.. calm down, dude.." Jeffrey mengangkat kedua tangannya, tersenyum tenang meskipun dia tahu persis Mark sedang dalam mood yang buruk.

"Sebenernya apa sih mau kalian??" Mark menghentakkan kerah kaos Jeffrey lalu mundur selangkah, membuang nafas kesal lalu kembali memandang Jeffrey dengan tatapan menuntut.

"Mau kami?" Jeffrey mengulangi pertanyaan Mark. "Of course we want our Queen safe," jawabnya kemudian.

"Terus? Rosé?"

Jeffrey mengernyit, menunggu Mark meneruskan pertanyaannya.

"Aku paham kenapa kamu ngebuntutin Erica, tapi—Rosé?? Kamu tau dia itu tukang memanipulasi pikiran—"

"Dia yang mau," potong Jeffrey.

"... what?"

"Erica Lee yang mau ingatannya dihapus," jelas Jeffrey.

"E-erica tau kalo kalian—"

"Enggak," tukas Jeffrey. "But her pain makes her want to erase all of her memories which remind her of the fact that she was born as Erica Lee," terangnya, mengulangi apa yang pernah Erica katakan pada Rosé.

Mark terdiam, tidak percaya dengan apa yang baru saja Jeffrey katakan.

"Listen, Mark. Erica is the one we should protect since the Queen's dead. She owns Queen's eyes, and.. she's also your sister, tho."

Mark mengacak rambutnya frustasi. Kenapa harus ada Erica? Dan kenapa gadis itu harus menjadi saudaranya? Padahal perlahan Mark sudah pasrah menerima konsekuensi apapun yang mungkin muncul—ya, Mark sudah memutuskan untuk memihak dirinya sendiri, bukan Daniel maupun Junmyeon. Mati pun sudah siap, karena hidupnya pun sudah terasa seperti mati. He has nothing to be a reason to live.

"Dan Haechan.." Jeffrey menggantung kalimatnya sampai mendapatkan atensi Mark.
"Dia sama kayak kamu, gak punya siapapun kecuali Erica," lanjutnya.

Mark masih membisu, hanya menatap Jeffrey hopeless. Kalau boleh jujur, dia dilema.

"Kalo boleh ngomong, aku juga sama kayak kamu," ujar Jeffrey, memecah perasaan Mark yang bercampur aduk.
"Aku juga takut mengkhianati UnderGround, mau gimanapun aku dibesarkan sama mereka. Tapi aku juga merasa harus melindungi Erica. Dia mungkin gak kenal siapa dan apa aku sebenernya, tapi.. aku tulus."

Mark menatap Jeffrey lamat, dan Jeffrey tersenyum hangat.

"I make her my reason to live. And I'll use my life to protect her."

Mark tertegun sejenak sebelum melepas tawa garing. Bukankah apa yang dikatakan Jeffrey itu terlalu mendramatisir? Persetan dengan cinta, siapapun pasti akan melakukan apapun demi menyelamatkan diri sendiri kalau merasa tertekan.

Memang begitu, kan? Manusiawi.

"Lakuin sendiri," kata Mark. Dia mengambil beberapa langkah menjauh lalu berbalik, hendak kembali ke rumahnya.

"Tell me that you care," seru Jeffrey, menghentikan langkah Mark dan membuat pemuda itu kembali menoleh padanya.

"I mean, I know you do care."

[2] Black Dog ; Mark Lee ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang