● 13

2K 411 49
                                    

"Oh MY GOD, what happened, broooo???"

Mark meringis mendengar sapaan melengking Lucas. Bukan hanya suara, tangan besar pemuda itu menepuk-nepuk pundak Mark hingga rasanya tulangnya akan jatuh berserakan di lantai.

"Lucas, dia sakit!" kata Luna sambil menarik pundak Lucas muncur.

"Kok bisa gini, siapa yang ngelakuin?" tanya Lucas masih dengan tampang syok yang terlihat seperti—dumber?

Mark jadi tertawa melihatnya.

"Family conflict," jawab Mark setelah tawanya reda.

"Seriously? Wah." Lucas menggelengkan kepalanya sambil berkacak pinggang. "Bahkan segarang-garangnya my Mom gak pernah bikin aku sampe kayak gitu."

"Yes, cuz you're weak," canda Mark.

Mark kira Lucas akan sedikit tersinggung, tapi ternyata Lucas malah mengangguk setuju sambil tertawa hambar, "I am. Even a cockroach can make me cry. Oh my god.." diakhiri dengan sebelah tangan besarnya menyapu rambut ke belakang.

Luna menghela nafas panjang. Sepertinya membiarkan Lucas ikut tadi adalah sebuah kesalahan. Tapi Luna juga kasihan melihat pemuda itu sangat merindukan sahabatnya.

Ya, setiap hari selama Mark absen Lucas selalu bertanya pada Luna, Mark dimana, kenapa bolos terus, blablabla.

Karena lelah menjawab, akhirnya Luna membawanya kesini, walaupun timing nya kurang tepat. Bagaimana pun, menunjukkan kondisi fisik Mark saat ini sama saja menunjukkan masalah Mark yang bisa jadi sebenarnya hanya ingin disimpan sendiri sebagai privasi.

"Udah makan?" tanya Mark.

"Kamu mau makan? Ayo, aku laper," sahut Lucas. "Makanan rumah sakit enak gak sih? Keluar, yuk?"

"Cas," Luna menatap Lucas datar. "Mark lagi sakit, ya. Gak usah minta macem-macem!"

Lucas mendengus, "Kapten, kamu tuh jangan galak-galak sama aku, kenapa sih?"

Luna tidak menyahuti, hanya mendengus lalu mengeluarkan ponselnya dari dalam saku dan memberikannya ke Mark.

"Apa?" tanya Mark bingung.

"Pak Taeil minta nomor hp mu, katanya mau ngobrol."

"Pak Taeil siapa—oh, Pak Taeil??" Mark meringis karena sempat lupa dengan nama wali kelas sendiri, dan takut kalau Luna akan marah akan hal itu.

"Buat apa?" tanya Mark lagi sambil mengambil ponsel dari tangan Luna.

"Ya pikir aja sendiri buat apa wali kelas minta nomor hp mu setelah beberapa hari kamu ngilang gak ada kabar?!" ketus Luna.

Mark tersenyum hambar lalu mengembalikan ponsel Luna, "Kapan-kapan aja, sekalian mau pamitan," katanya.

"Pamitan?" Lucas mengernyit. "Kamu mau kemana?"

"Somewhere over the rainbow~"

"Ck, seriuuuuus!"

"Family business," sahut Mark sambil mengangkat bahunya sekilas. Matanya beralih pada Luna, dan saat itu juga bulu halus di lengannya meremang.
"Apa?" tanyanya.

"Nope." Luna memalingkan muka.

Pintu terdengar terbuka, semua orang yang ada di sana serempak menoleh. Seorang pria masuk dengan langkah tenang. Detik-detik awal saat dia menyadari ada orang lain di dalam—selain Mark, wajahnya tampak agak terkejut. Tapi kemudian sebuah senyum mengembang, menampakkan lesung pipit di kedua pipinya.

[2] Black Dog ; Mark Lee ✔Where stories live. Discover now