● 7

2.3K 462 68
                                    

"Aishh benar-benar anak-anak ini," gerutu Celine. Dia tengah membersihkan bunga-bunganya yang rontok di lantai. Bukan karena memang rontok secara alami, hanya saja pasti begitu kalau ada anak-anak pulang sekolah, berantakan.

Tangan mereka jahil sekali, saking jahilnya tidak bisa membedakan kalau bunga yang dipajang di sini itu dijual.

"Tante."

Celine menoleh, "Haechan? Udah pulang?" tanyanya.

"Dari tadi. Ini udah gak pake seragam," jawab Haechan sambil menghampiri Celine dan merebut sapu yang Celine pegang.

"Udah sana istirahat, capek, kan?" Celine hendak mengambil kembali sapu yang direbut Haechan, tapi anak itu keras kepala. Dan akhirnya Celine hanya memandangi Haechan dengan tatapan bertanya.

Anak itu murung. Btw, dia selalu begitu kalau datang ke Floare—toko bunga milik Celine.

"Udah makan?" tanya Celine. Haechan menggeleng.

"Kenapa gak makan?"

"Gak ada yang dimakan. Kak Erica pulang-pulang bawa obat, gak bawa makanan," sahut Haechan.

"Makan bareng yuk?" ajak Celine setelah beberapa saat terdiam.

Haechan menggeleng, dia menatap Celine lama, lalu tersenyum lebar, "Kalo misalnya aku minta beras sama telur aja.. gimana? Hehe.. kan aku udah bantuin Tante Celine bersih-bersih," katanya dengan tatapan memelas yang dibuat-buat.

Celine tersenyum, "Buat Mama, ya?"

Senyum di wajah Haechan semakin lebar.

"Tunggu deh, Tante ngambil kunci dulu di dalem."

"Loh, kok dikunci?"

"Sekalian ditutup, udah mau malem juga. Abis gini kita beli makan. Udah lama juga Tante gak ketemu sama Suzy."

° Black Dog °

"Ma?" Erica membuka pintu kamar ibunya yang tadi sudah sedikit terbuka. Senyum tipisnya muncul ketika melihat ibunya tengah duduk diam di kursi dekat jendela.

"Mama?" panggil Erica lagi. Tangannya bergerak mengusap puncak kepala ibunya yang masih diam tidak menanggapi.

"Mama laper gak? Hm?" tanya Erica lagi. Dan lagi-lagi tidak ada tanggapan.

Erica melepas senyum kecil bersamaan dengan nafas panjang. Sampai kapan pun kalau ibunya tidak ingin menjawab, maka tidak akan menjawab.

Fyi, ibu Erica mengalami mental illness. Dulu keterbatasannya hanya sebatas agak lambat dalam menerima dan mengolah informasi, tapi dalam hal lain, dia masih bisa meng-handle, buktinya dia bisa merawat Erica dan Haechan dengan baik. Akan tetapi, mentalnya mengalami gangguan karena stres berat akibat masalah yang menimpa keluarganya. Suaminya—sekaligus ayah Erica dan Haechan, menghilang entah kemana.

Polisi yang dimintai tolong pun tidak berguna. Hanya menguras tabungan keluarga Erica dengan hasil nol besar. Dan sebagai gantinya, berita tidak mengenakkan muncul dimana-mana. Sedangkan pihak kepolisian yang menangani masalah itu justru angkat tangan, tidak sanggup meneruskan investigasi mereka. Hell, setidaknya kembalikan uangnya kalau memang tidak becus mengatasi permasalahan ini.

Kembali ke ibu Erica. Sekarang, she can do nothing. Hanya diam sepanjang hari di kamarnya. Jangankan melakukan aktifitas rumah tangga, berbicarapun tidak pernah. Sebagai gantinya, Erica yang mengurus rumah—walaupun tidak sebagus ibunya.

[2] Black Dog ; Mark Lee ✔Where stories live. Discover now