● 14

2K 406 58
                                    

warning: 2200++ words
beware of typos
enjoy ♡
_________








Sebenarnya Mark belum dibolehkan pulang, tapi karena dia keras kepala, akhirnya pihak rumah sakit pun mengalah dan membiarkan Mark pulang dengan syarat akan rajin check up.

"Sorry, Mark, tante cuma bisa nganter sampe sini," kata Celine saat menurunkan Mark di depan rumahnya—dibantu oleh Luna yang sibuk mengeluarkan barang-barang Mark dari bagasi belakang setelah memastikan Mark bisa berdiri dengan kakinya sendiri.

"No problem, gamsahabnida," balas Mark kaku dengan bahasa Koreanya yang payah.

Celine tersenyum simpul lalu merendahkan kepalanya, melihat geli ke arah putrinya yang memasang wajah masam sambil menjinjing tas besar milik Mark.
"Lun, Mama tinggal ke Mr. Moon dulu, ya?"

"Ngapain?" tanya Luna, kerut di wajahnya tampak semakin dalam.

"Urusan orang dewasa," jawab Celine remeh.

"Ya udah kencan sana, gak usah balik kalo belum jadian," usir Luna.

Celine mendecih lalu melajukan mobilnya setelah melambaikan tangan pada Mark. Dan Mark hanya membalasnya dengan senyum kecil—karena lengan kanannya masih di-gips, jadi tidak bisa balas melambaikan tangan.

"Udah sana pulang," kata Mark sembari mengulurkan tangan kirinya, bermaksud meminta tasnya agar dikembalikan.

Luna melirik Mark tajam lalu berbalik dan berjalan masuk ke halaman rumah Mark dengan langkah berat.
"Ini tas isinya apa sih? Batu???" keluhnya.

Mark masih diam di tempatnya. Matanya lurus menatap Luna yang masih menggerutu. Tanpa sadar dia tersenyum, geli. Baru kali ini dia melihat gadis secerewet dan sesarkas Luna. Bahkan di Kanada pun sepertinya tidak ada yang seperti itu.

Dia mulai berpikir, apa mungkin gadis Korea memang ganas seperti itu, ya? Kalau diingat-ingat, Erica pun sangat ketus.

Wow.

Tidak sadar, bibir Mark meluncurkan kata itu tanpa suara, membuat Luna yang kebetulan menolehnya jadi mengernyit heran.

"Wow apaan?" tanyanya. Matanya mulai terlihat gusar, was-was kalau Mark memikirkab hal yang tidak-tidak saat memandang tubuhnya.

"Enggak," jawab Mark. Dia berjalan mendekati Luna yang semakin was-was.

"Kuncinya di tas," kata Mark sembari menunjuk tas yang dinjinjing Luna dengan dagunya.

Luna segera meletakkan tas Mark di lantai lalu menggeledah isinya.

"Ngapain sih, dikeluarin semua??" tanya Mark panik saat bajunya dikeluarkan sembarangan oleh Luna.

"Nyari kunci," jawab Luna.

"Kuncinya di depan ituuu, resleting kecil?!"

Luna menghentikan aktifitasnya, memandang Mark tajam sekilas lalu mengambil kunci di tempat yang Mark maksud. Bahkan caranya memasukkan kunci ke lubang pintu dan membukanya pun terkesan kasar. Mark sampai terkejut dan terheran-heran.

"Bilang dong, dari tadi," ketus Luna sambil kembali menjinjing tas Mark masuk ke dalam rumah lalu menyalakan lampu.

"Gak bilang, sih," cibir Mark. Dia langsung berjalan menuju sofa lalu duduk dengan hati-hati. Jujur saja badannya masih sakit semua, bahkan rasanya sangat lemas. Perawat rumah sakit bilang makanan yang dia makan itu makanan sehat, tapi yang ada Mark malah merasa semakin lemas seperti jelly.

"Mau makan apa??!" tanya Luna dari dapur.

Mark sedikit terkejut dengan suara itu—tidak menyangka juga kalau teriakan Luna akan sekeras itu.

[2] Black Dog ; Mark Lee ✔Where stories live. Discover now