7; Sakit

45.8K 2.7K 31
                                    

"Jadi ya Van?"

"Iya mah."

"Kirimin fotonya dong Van, mamah mau liat."

"Nanti aja ya mah pas ketemu, Devan mau meeting sebentar lagi."

"Cantik gak Van? Cantik lah ya pastinya, toh kamunya ganteng."

Devan menghembuskan nafasnya, "Iya mah."

"Jangan lupa ya nanti malam jam delapan! Inget! Jangan meeting mulu!"

Devan sedikit tertawa, "Iya mamah. Devan janji. Yaudah Devan mau meeting dulu ya mah."

Merekapun mengakhiri sambungannya.

Devan berbohong, ia tidak sedang ingin meeting. Ia masih merebahkan tubuhnya di atas kasur.

Hari ini Devan memutuskan untuk tidak bekerja dan mengajar. Tidak ada yang tahu bahwa Devan tengah tumbang saat ini. Tenaganya terlalu diforsir hingga ia tidak memedulikan kesehatannya.

Seharian ini Devan hanya ingin di apartemennya saja, tidak ingin ke mana-mana. Hanya istirahat dan menunggu jam delapan malam tiba.

***

Suara bell beberapa kali berbunyi, membuat Devan yang belum lama tertidur terpaksa bangun kembali karena hal berisik itu. Setidaknya biarkanlah ia beristirahat sampai sore sebelum ia makan malam bersama keluarganya, siapapun itu di luar sana. Devan benar-benar terlihat tidak baik.

Penglihatan Devan sedikit kabur, tapi ia bukan tipikal pria yang gampang mengeluh dan lebih tidak peduli dengan kondisinya.

Ia membuka pintu, jelas sekali wajahnya berubah menjadi kesal. Ia meninggalkan wanita itu di ambang pintu.

"Van, kok pucet banget?" tanya Kaila tercampur khawatir.

Devan menengok dan menjawab dengan suara serak dan berat, "Lo gak bisa baca pesan gue ya?"

Sebelumnya Devan bilang kalau ia tidak ingin diganggu. Devan ingin istirahat dan jam tujuh akan menjemput wanita itu. Tapi wanita itu malah datang ke apartemennya di siang bolong seperti ini. Untuk apa?

"Tadi aku dari ketemu temen, dekat apartemen kamu. Jadi aku ke sini sekalian bawa makanan buat kamu. Kamu sakit Van?"

Tidak ada jawaban. Devan masuk ke kamarnya, membiarkan Kaila sendirian.

Devan sebenarnya ingin sekali marah, tapi tubuhnya sangat tidak mendukung emosinya.

Devan baru saja berbaring dan menutup matanya. Sebuah tangan pun menempel di keningnya.

"Van? Ini panas banget Van ... Kamu demam tinggi." Kaila benar-benar khawatir.

Devan menepis tangan Kaila, "Keluar."

***

Langit siang menuju sore hari ini begitu cerah ditambah hembusan angin yang membuat rambut ketiga remaja ini meliuk-liuk tertarik ke belakang. Bukan hanya langit yang cerah, senyum mereka pun juga.

Maura, Lilly juga Nadine kini sedang berjalan meloncat-loncat kecil sambil berpegangan tangan. Mereka terlihat seperti anak kecil yang ingin membeli gulali.

"Yey kita bolos kita bolos," girang Nadine.

"Neng, kok bolos seneng?" tanya tukang telor gulung.

"Soalnya harpitnas bang hehe." jawab Nadine.

Mereka berempat tertawa. Tidak tahu apa yang lucu.

Seharusnya hari ini mereka mempunyai dua matakuliah, tetapi tadi pagi orang Tata Usaha datang ke kelas memberitahu bahwa pak Toto izin ingin menikahkan anaknya dan pak Devan juga izin untuk kedua kalinya, tanpa alasan. Tidak hanya itu, dua dosen tersebut memberikan mereka tugas kelompok dan harus menyelesaikannya di kampus. Tapi ketika orang Tata Usaha sudah pergi, anak-anak kelas langsung bubar. Alias bolos.

Mr. MelvianoWhere stories live. Discover now