19; Dilema

38.3K 2.2K 53
                                    

Hari ini adalah hari ketiga Maura dirawat di rumah sakit. Ia terkena DBD. Dokter menyarankan untuk banyaki minum air dan makanan penambah darah seperti jambu biji salah satunya jika ingin cepat sembuh.

Seminggu ini seharusnya Maura menghabiskan waktunya untuk belajar menghadapi UTS yang akan dimulai hari Selasa besok, tetapi karena terhalang galau dan sakit, ia jadi tidak memikirkan hal yang dapat memengaruhi nilai akhirnya itu. Semoga saja esok hari Maura sudah boleh pulang dan kembali sehat. Jika tidak, terpaksa Maura harus menyusul UTSnya yang tertinggal nanti.

Dan juga seingat Maura, Devan akan pergi ke Australia untuk bisnisnya hari ini. Ia samasekali tidak menghubungi Maura lagi sejak terakhir kali Maura mengiriminya pesan, menolak untuk menemaninya ke negara kanguru itu.

Kenapa sih Ra harus kaya gini? Maura terus menghakimi dirinya sendiri. Dia aja gak peduli! Perasaan lo sepihak doang, sadar! Sadar! Sadar!

"Kenapa ngelamun?" tanya Gerry yang duduk di sampingnya.

Maura menengok, "Aku mau jus." dalihnya.

Gerry tersenyum, "Aku beliin ya? Mau jus apa?"

"Jus jambu."

"Oke, gak apa-apa ditinggal sendiri?"

Maura mengangguk.

Gerry tersenyum lagi, lalu beranjak pergi.

Maura memandang ponselnya, mengharapkan sesuatu.

Sesuatu yang tidak kunjung datang hingga Gerry kembali.

"Kenapa nangis lagi?" tanya Gerry lalu mengecek suhu di kening Maura. Dirasanya badan Maura tidak sepanas kemarin walau masih tetap hangat. "Minum dulu," Gerry memberikan jus jambu pada Maura.

"Aku telpon Bunda kamu dulu," Gerry membuka ponselnya tapi Maura mencegahnya.

"Nggak, jangan. Bunda lagi sibuk."

Gerry memandang Maura, ia memutuskan untuk tidak menuruti Maura. Gerry pun langsung pergi ke luar untuk menghubungi Bundanya Maura.

Jika Maura sedang sehat, mungkin ia sudah memarahi atau menghampiri Gerry. Tapi ia tidak bisa, tulangnya terasa nyeri dan kepalanya masih berat.

Gerry kembali ke kamar Maura. Maura memutuskan untuk tidur membelakangi Gerry, ia malas melihat pacarnya itu. Tapi seperti biasanya, Gerry mengecup kepala Maura setiap kali Maura ingin terlelap.

-

Maura membuka matanya, kini yang ia lihat bukan Gerry melainkan Bundanya.

"Gerry mana Bun?"

Bunda yang sedang menonton tv menengok ke Maura, "Eh sayang udah bangun ..." Bunda mengecup kening Maura, "Dia katanya ada urusan, jadi balik."

Maura diam mulai berpikir, apa ini salahnya hingga Gerry memutuskan untuk pergi?

Ia menepis itu, mungkin Gerry benar ada urusan.

Maura kini memandang Bundanya yang kembali menonton tv, ia menimbang-nimbang apakah perlu menanyakan ini ...

"Bunda, pak Devan hubungin Bunda gak?"

Bundanya menengok lagi, "Nggak, emangnya ada apa Ra?"

Maura menggeleng.

Ternyata Devan memang tidak peduli pada Maura.

Apa harus Maura yang menghubunginya terlebih dahulu?

Mr. MelvianoWhere stories live. Discover now