38; Resmi

58.9K 2.6K 137
                                    

Aldo ditetapkan menjadi tersangka, dia dituntut dengan pasal berlapis atas penganiayaan, penculikan juga penyebab kebakaran Dealer Mobil Yoga Pramana. Ia dihukum 20 tahun penjara dan denda beberapa ratus juta rupiah. Dan ia juga diketahui memiliki gangguan Eksplosif Intermitten.

Sejak kejadian malam itu, Maura harus dirawat di rumah sakit selama satu minggu. Banyak sekali luka memar dan juga cedera pada tulang di beberapa bagian tubuhnya.

Maura bangkit dengan cepat, ia tidak ingin lama terpuruk, tidak ingin membiarkan rasa trauma menguasai tubuhnya. Ia langsung menyelesaikan skripsinya, melakukan sidang dan telah merampungkan semua itu dengan mendapatkan nilai yang sempurna. Gadis ini benar-benar kuat. Biasanya rasa trauma akan menyulitkan seseorang dalam beraktifitas, tapi tidak dengan Maura, ia dapat menyelesaikannya sampai ia lulus jenjang S1 Sarjana Psikologi dan menjadi lulusan terbaik se-Universitasnya. Keluarga, orang-orang terdekat juga tercintanya terus memberinya semangat dan sangat bangga padanya.

Maura bersyukur Allah masih memberinya kesempatan untuk memulai hidupnya yang baru dan akan memiliki tanggungjawab yang baru juga ke depannya. Doakan semua itu lancar.

-

Devan merenung dalam setelan jas putihnya, ia sempat menyesal dengan apa yang ia lakukan dulu terhadap Maura. Ia dapat mengambil pelajaran dari semua ini, bahwasanya tidak baik menarik ulur perasaan orang lain, jika tidak bisa serius dalam pendekatan itu, lepaskan. Jika ingin lanjut, perjuangkan, beri ia kepastian. Jangan maini perasaan wanita yang sudah menaruh harap padamu. Setidaknya, cepatlah ambil keputusan. Ia hanya tidak yakin pada perbedaan status di antara mereka. Ia terlalu ragu untuk terus mendekati mahasiswinya (yang terjadi dengan tidak sengaja dan bukan rencananya), ia selalu berpikir, apakah itu pantas? Seorang dosen mendekati anak didiknya? Itu terus yang berputar dalam pikiran. Dan sekarang ia tersadar, bahwa jodoh adalah aturan dari Tuhan yang sudah tercatat sejak awal, tidak ada yang tidak mungkin jika Yang Maha Kuasa menghendaki.

Maura menatap kaca yang ada di hadapannya, memandangi pantulan dirinya yang sedang diriasi oleh dua wanita profesional dalam bidangnya. Maura memerhatikan bekas-bekas lebam yang lalu berwarna biru, sekarang menjadi menghitam di wajahnya.
Juga leher, yang dulu mulus tidak ada garis sedikitpun, sekarang ia memiliki satu di sana. Dia tidak tahu itu akan berada di sana sampai berapa lama, tapi yang pasti, yang ia syukuri adalah ia sudah terlepas dari benalu yang hampir merusak hidupnya.

Maura teringat, saat ia tidak percaya diri dengan luka yang tergambar di wajahnya, Devan berkata,

"Gak apa-apa, bisa ditutup pakai bedak. Anggap itu dosa aku yang sudah kurangajarnya biarin kamu kutitip ke dia, aku terima segala kurangnya kamu, itu bentuk penebusan dosaku, ya? Lagipula setelah ini, kamu milik aku seutuhnya Ra. Jangan khawatir."

Mengingat itu, Maura langsung tersenyum kembali.

Devan menjabat tangan seorang pria paruh baya yang sebentar lagi akan menjadi orangtua keduanya dengan penuh keyakinan, pria paruh baya bernama Yoga Pramana itu pun memulai,

"Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau, Devan Melviano bin Alfredi Melviano, dengan putri saya, Maura Anindira binti Yoga Pramana dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan emas mulia 100 gram dibayar tunai ..."

"Saya terima nikah dan kawinnya, Maura Anindira binti Yoga Pramana dengan mas kawin tersebut tunai." jawab Devan jelas, lugas, dan lancar penuh keseriusan.

Para saksi menganggap ijab kabulnya sah dan para hadirin berkata, "SAH!!"

Di sinilah letak dimana semua beban Devan terangkat dan rasa gugup yang ia rasakan beberapa hari ini terbayar dengan rasa yang penuh syukur dan kebahagiaan yang memuncah. Saat mendengar semua orang berkata sah, Devan tak kuasa untuk menghentikan senyumnya, senyumnya terus terukir dari wajah tampannya itu. Sampai ia menuturkan janji atas tanggungjawabnya pada Maura, bahkan saat penghulu menghaturkan doa selanjutnya pun senyum Devan tetap ada di sana.

Di ruangan lain, tepatnya di samping ruang dimana para saksi dan Devan melakukan ijab kabul, hati Maura bergetar saat Devan mengucapkan ijab kabul dengan lancar. Bukan senyum kegembiraan yang Maura timbulkan melainkan senyum dihiasi setitik air mata yang jatuh ke pipinya, air mata haru yang diberikan pria yang dulu sering menyusahkan hatinya.

Abel mencondongkan tubuhnya, menyamai tubuh Maura yang sedang duduk lalu menghapus air mata kakaknya itu dengan perlahan, "Kakak, jangan nyusahin orang dong. Masa nangis? Nanti luntur, suaminya lari loh, yang dilihat malah badut. Ayo, smileee." hibur Abel dengan cara yang sangat berbeda itu.

Maura bersemu menunduk, lalu terkekeh. Suami ... Alasan dia terkekeh.

Maura menunduk, tersenyum tak hentinya di saat orang-orang sudah terdengar makin membising menghampiri ruangannya, dia lupa kalau suaminya akan menghampirinya, dan sekarang di hadapannya sudah ada tangan yang terulur membuat Maura sedikit terkejut dibarengi detak jantung yang cukup berpacu.

"Istriku." panggil Devan dengan senyuman yang sedari tadi masih terpatri.

Maura mendongak, ia tersenyum dengan malu-malu mendengar langsung Devan menyebutnya sebagai istri. Ia langsung menyambut uluran tangan Devan, kedua tangan itu saling mengait. Devan mengecup tangan Maura dengan lirikan matanya yang tidak lepas ke sepasang bola mata cantik Maura.

"Asikk." bising anggota keluarga mereka. Banyak sekali yang mencondongkan ponsel juga kamera ke arah mereka, untuk mengabadikan momen ini.

Devan membawa Maura keluar, di luar ruangan mereka tambah disambut dengan sukacita. Teman-teman kampus Maura tidak menyangka Maura bisa berakhir bersama dosen yang dulu sering membuatnya jengkel. Mereka terus meledeki dua insan yang baru saja resmi sebagai suami-istri tersebut dengan seruan-seruan konyol mereka.

"Gak nyangka oyy gak nyangkaa!" teriak Angga.

"SEMOGA ANAKNYA SEBELAS YA UR." teriak Abdul. Yang membuat semua orang tertawa.

Devan dan Maura sudah berdiri di hadapan selurug keluarga serta kerabatnya, Devan memasangkan Maura cincin berbandul mutiara lalu mengecup punggung tangan Maura lagi.

Semua orang bersorak meminta Devan mencium Maura, tapi Devan hanya mencium kening dan pipi Maura saja, lalu berbisik, "Selebihnya nanti malam saja ya," ia menyeringai.

Maura terkekeh lalu memukul pelan dada Devan.

Hari-hari berat telah dilewati. Lika-liku kehidupan menjadikan banyak pelajaran. Sekarang dan seterusnya harus terbayar dengan hari-hari yang bahagia, berharap tidak ada lagi kesengsaraan yang menimpa mereka berdua. Hanya kebahagiaan, itu saja.

🌸THE END🌸
.


.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Terimakasih untuk kalian semua yang mau menyempatkan untuk baca cerita fiksi pertamaku ini huhuhuhu terhuraaaa. Makasih juga udah vote dan komen, it means a lot to me guys😭💜

See you in my other stories guys, semoga kalian masih setia bersama ku wkwkwk love you💜

Mau extra part? Komen sepuluh orang mau extra part nanti ku kabulkan😂😂

Mr. MelvianoWhere stories live. Discover now