13; ke Perusahaan Devan

43.9K 2.6K 24
                                    

Maura baru saja menyelesaikan kelasnya, sekarang sudah jam lima sore. Ia berpikir pasti Devan sudah menunggunya di luar kawasan kampus.

"Pulang bareng gue, Ra." Gerry menghampiri Maura yang keluar kelas sendiri.

"Umm, kapan-kapan ya Ger." tolak Maura secara halus.

"Lo bareng Nadine?"

"Nggak, gue pesen ojek online." bohongnya.

"Kenapa gak bareng gue aja? Gue gak minta beliin bensin kok, Ra." bercanda Gerry.

Maura tertawa, "Apa sih suudzon aja."

Saat mereka bercanda dan tertawa seperti itu, tak sengaja mereka berpapasan dengan Devan yang baru saja keluar dari kelas 3h17

Maura tentu terkejut, ia kira Devan sudah menunggunya. Ternyata Devan masih ada kelas. Maura tahu Devan tadi melihatnya dan Gerry sedang bercanda, tetapi Devan malah jalan seperti biasa melewati mereka tanpa tegur sapa.

Maura mengirimi Devan pesan,

Maura:
Sombong.

"Jadi bareng gak, Ra?" tanya Gerry saat mereka sudah di luar fakultas.

"Nggak sekarang deh Ger, kapan-kapan aja ya. Btw makasih!"

Gerry mengerti, ia akhirnya memutuskan untuk ke kantin, nongkrong bersama teman-temannya. Sebelumnya ia mengatakan pada Maura untuk berhati-hati di jalan. Maura menanggapinya dengan senyuman, sebelum berlalu keluar kawasan kampus.

Sebenarnya Maura juga tidak mengerti mengapa mereka berdua bisa saling dekat seperti ini. Karena seingat Maura sejak awal mereka masuk kuliah, ia merasa biasa saja terhadap Gerry, Gerry dulu juga sering mengisengi Maura. Tapi sekarang Gerry lebih mengikis keisengannya terhadap Maura. Tanpa Maura tahu alasannya apa.

Maura sengaja berjalan santai, ia pikir mungkin Devan belum keluar kampus. Karena tadi berpapasan dengan Maura, pasti dosen tampannya itu ke ruangannya dulu.

Tapi perkiraannya salah, tiba-tiba sebuah mobil mengklaksoninya dari belakang. Maura menengok, itu mobil Devan. Astaga, bisa-bisanya Devan mengklakson Maura di dalam kawasan kampus. Jika ada yang tahu bagaimana?

Maura memutuskan untuk tetap berjalan. Ia tidak mau ada yang melihat jika ia masuk mobil Devan.

Klakson Devan tambah bertubi-tubi.

Gila kali ya?!

Maura melihat sekelilingnya, memang tidak banyak mahasiswa di sekitarnya tapi jelas saja suara klakson mobil Devan mencuri perhatian yang mendengarnya.

Maura diam di tempat, menutup matanya juga menggigit bibir bawahnya untuk meredam emosi.

Mobil Devan kini tepat di samping Maura. Jendelanya terbuka otomatis.

"Sudah diklakson berkali-kali tapi gak masuk-masuk juga, gak punya kuping ya?" kata Devan dingin.

Maura sakit hati mendengarnya. Tapi akhirnya dengan terpaksa Maura masuk ke dalam mobil. Maura bersumpah akan mendiamkan Devan jika ia diajak berbicara nanti.

Di perjalanan, mobil terasa lebih hening. Tidak ada yang bersuara.

Oh, ada! Suara radio.

Devan menghembuskan nafasnya pelan, "Maura?" ia mulai memanggil saat sedang terjebak macet, seperti biasa.

Maura tidak menanggapi, ia terus menatap luar jendela.

Devan kembali diam. Ia mengetik sesuatu di ponselnya,

Mr. MelvianoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang