Hanya sedikit deskripsi,
Keraguan Devan terus berlanjut hingga penantian Maura terbalaskan oleh si peragu.
Warning; author tidak bertanggung jawab jika pada akhirnya kalian begitu menyayangi kedua karakter yang disebutkan di atas.
Selamat membaca da...
Di dalam mobil Maura hanya diam saja, melihat pemandangan macet di depannya yang tak kunjung usai. Mobil hanya berjalan seperti kura-kura dan rumahnya masih jauh.
Dan di dalam mobil bersama dosennya yang kelewat tampan.
Maura lemah jika melihat cowok berkemeja dengan kerah lengan yang digulung setengah sedang menyetir. Makanya ia sama sekali tidak menengok ke Devan, ia takut salah tingkah. Dan Maura tidak tahu Devan sedang apa.
Ponselnya bergetar, Maura langsung mengeceknya. Oh, grup.
5h17 PSIKOLOGAUL
Ratu: Antara senang dan tidak senang
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Abdul: Bodoamat
Maura langsung menengok ke dosennya itu, "Pak kok kelasnya ganti lagi?"
Devan yang sibuk dengan ponselnya beralih menatap Maura, "Gak liat ini macetnya kaya apa?"
"Jadi salah siapa pak?" Maura menyindir. Padahal bukan Maura yang mau untuk diantar. Ia hanya ingin izin pulang, tapi dosennya itu malah mengantarkannya dan beralasan tidak percaya kalau Maura pulang ke rumah. Lagipula kalaupun Maura berbohong, apa urusannya dengan dosennya itu?
"Salah kamu." jawab Devan santai sambil masih mengetik di ponselnya.
"Kok saya?! Bapak dong, saya gak minta bapak untuk nganterin saya pulang!" kesal Maura tidak terima.
Jika ditanya siapa murid Devan yang sangat tidak sopan, jawabannya adalah Maura.
"Pak gorengan campur beli sepuluh," Devan menyembulkan kepalanya sedikit keluar, memesan ke tukang gorengan yang lewat samping mobilnya.
DIKACANGIN?!
"15 ribu mas," tukang gorengan itu memberi Devan pesanannya, "Itu kenapa mas pacarnya cemburut sampe begitunya?" tanya tukangnya sedikit tertawa.
"Bukan pak, itu anak saya disuruh kuliah gak mau." jawab Devan tanpa beban sambil mengambil uang di dompetnya.