9; Ngeselin Total

46.1K 2.8K 95
                                    

Di dalam mobil Maura hanya diam saja, melihat pemandangan macet di depannya yang tak kunjung usai. Mobil hanya berjalan seperti kura-kura dan rumahnya masih jauh.

Dan di dalam mobil bersama dosennya yang kelewat tampan.

Maura lemah jika melihat cowok berkemeja dengan kerah lengan yang digulung setengah sedang menyetir. Makanya ia sama sekali tidak menengok ke Devan, ia takut salah tingkah. Dan Maura tidak tahu Devan sedang apa.

Ponselnya bergetar, Maura langsung mengeceknya. Oh, grup.

5h17 PSIKOLOGAUL

Ratu:
Antara senang dan tidak senang

Ratu:Antara senang dan tidak senang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Abdul:
Bodoamat

Maura langsung menengok ke dosennya itu, "Pak kok kelasnya ganti lagi?"

Devan yang sibuk dengan ponselnya beralih menatap Maura, "Gak liat ini macetnya kaya apa?"

"Jadi salah siapa pak?" Maura menyindir. Padahal bukan Maura yang mau untuk diantar. Ia hanya ingin izin pulang, tapi dosennya itu malah mengantarkannya dan beralasan tidak percaya kalau Maura pulang ke rumah. Lagipula kalaupun Maura berbohong, apa urusannya dengan dosennya itu?

"Salah kamu." jawab Devan santai sambil masih mengetik di ponselnya.

"Kok saya?! Bapak dong, saya gak minta bapak untuk nganterin saya pulang!" kesal Maura tidak terima.

Jika ditanya siapa murid Devan yang sangat tidak sopan, jawabannya adalah Maura.

"Pak gorengan campur beli sepuluh," Devan menyembulkan kepalanya sedikit keluar, memesan ke tukang gorengan yang lewat samping mobilnya.

DIKACANGIN?!

"15 ribu mas," tukang gorengan itu memberi Devan pesanannya, "Itu kenapa mas pacarnya cemburut sampe begitunya?" tanya tukangnya sedikit tertawa.

"Bukan pak, itu anak saya disuruh kuliah gak mau." jawab Devan tanpa beban sambil mengambil uang di dompetnya.

Maura melongo. Anak?! Entah kenapa Maura tambah kesal.

Plastik gorengannya Devan kasih ke Maura, tapi Maura langsung taruh di atas dashboard.

"Ah bisa aja mas, keliatan gak beda jauh kok umurnya,"

Devan hanya tersenyum sambil menyerahkan uang lima puluh ribu, "Gak usah kembali pak, terimakasih ya pak."

"Ya Allah, terima kasih banyak mas!"

Pencitraan. Batin Maura masih kesal.

Devan memakan bakwannya sambil menjalankan mobilnya yang walau hanya berjalan sedikit-sedikit.

"Kalo mau, makan aja. Jangan jaim." kata Devan.

Tapi Maura hanya diam, tidak menimpali.

"Maura, maura. Sudah delapan belas tahun kok kaya anak kecil." Devan hanya berkata tanpa maksud, tapi bagi Maura itu sebuah sindiran.

Mr. MelvianoWhere stories live. Discover now