Bagian 3

153 76 52
                                    

Sendiri bukan berarti menyepi.

-------------------

Satu minggu lagi lomba drama diselenggarakan. Maka dari itu, ailve benar-benar sibuk dibuatnya.

Mulai dari memperhatikan gerakan anggotanya, mengatur mimik wajah anggotanya, mengatur intonasi suara anggotanya, hingga menata jalan ketika peserta masuk untuk memulai dan selesai, pokoknya hampir semua gerakan tubuh ailve yang mengatur, kecuali kostum, make up, properti dan yang lainnya itu sudah ada bagiannya.

"Oke sampai disini dulu latihannya, pokoknya kalian harus betul-betul menghayati peran masing-masing, menurutku latihan kalian sudah cukup baik, pertahankan, karena keringat kalian tidak akan mengkhianati hasil" pesan ailve mengakhiri kegiatannya hari ini.

"Baik kak" jawab mereka serentak padahal tidak semua anggotanya kelas sepuluh sebagian kecil kelas sebelas ikut main drama.

"Kalau gitu, silahkan kembali ke kelas masing-masing" semua menggangguk dan satu persatu keluar dari ruang teater hingga tersisa ailve sendiri di dalam ruangan itu. 

Semakin dekat dengan perlombaan, latihan pun menjadi lebih sering menggunakan waktu jam pelajaran. Dispensasi senjata mereka.

"Ay lo gak balik?" tanya orang terakhir yang belum keluar dari ruangan teater. Laurin, salah satu teman seangkatannya kelas XI IPS 1 artinya teman sekelas Althaf.

"Gak rin, duluan aja, gue perlu sendiri bentar" laurin menggangguk. Ia mengerti. Karena tak sedikit orang yang tahu sifat ailve. Ketus dan gak suka basa basi, itu sedikit bocoran sifat ailve.

Setelah kepergian laurin. Ailve mendudukkan dirinya di lantai dengan sebuah air botol mineral di hadapannya. Duduk dengan kaki dilipat bersila. Saat ini ailve butuh waktu untuk sendiri.

Ia ingin menyibukkan diri dengan pikirannya. Namun, belum mulai ia terbuai dengan pikirannya matanya menatap objek yang berada di atas meja dihadapannya, setumpuk kertas milik siapa? ahhh iya, ailve ingat milik pak edy, tadi beliau sempat kesini untuk melihat perkembangan dramanya dengan membawa setumpuk kertas yang sepertinya buku absensi.

Belum lama ailve menatap tumpukkan kertas itu, terdengar ada suara decitan pintu pertanda ada orang lain yang akan masuk ke dalam ruangan ini.

Ailve menatap ke arah pintu bertepatan dengan itu sorot matanya terkunci dengan sosok yang akan memasuki ruangan ini.

Tak hanya ailve yang terkejut, althaf pun sama halnya ia pikir tidak ada siapa-siapa di ruangan ini.

"Gue mau ambil buku absensi pak edy" izin althaf refleks, memutuskan kontak mata dengan ailve. Ailve diam saja, matanya terus mengikuti althaf.

Jarak meja yang dekat dan sejajar dengan pintu, membuat ailve sempurna menatap gerakan althaf didepannya.

"Gue perlu ngomong sama lo, gue tunggu pulang sekolah di parkiran, gue harap lo masih mau ketemu gue" pesan althaf di ujung daun pintu setelah mengambil buku absensi milik pak edy, tanpa menoleh sama sekali pada ailve.

×××

Ailve gundah. Lain sisi ia tak ingin bertemu dengan althaf.

Mengapa?

Bukankah ailve tidak sedang menghindar dari althaf.

Bukan.

Hanya saja, topik yang akan di bahas nanti pasti mengenai kejadian saat itu.

ALTEONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang