Bagian 9

77 18 8
                                    

~Jika suatu saat takdir yang kamu takuti yang menjadi alur cerita.
Jangan pernah menyalahkannya.
Sungguh jika kamu ikhlas menerimanya kamu adalah manusia yang hebat~

--------------------

Sejak pagi ailve tidak fokus dalam menerima pelajaran yang diberikan oleh beberapa guru. Hari ini ia lebih banyak diam, melamun.

Seperti pasangan yang baru saja menjalin hubungan, ailve dan bangkunya tidak ingin dipisahkan.

Sejak dirinya datang ke sekolah, memasuki kelas dan mendudukan bokong dibangkunya hingga sekarang dua jam pelajaran terakhir, ailve tak pernah beranjak dari tempatnya

Istirahat pertama ailve hanya meminum satu kotak susu itu pun lalula yang membeli tanpa persetujuannya. Istirahat kedua ailve tak mengizinkan apapun masuk ke dalam perutnya, meskipun roti sandwich tersaji di hadapannya itu pun sama lalula yang membeli.

Kalau sudah begini, lalula tidak tau harus berbuat apa. Menurut penyelidikkannya, kejadian kemarinlah yang membuat ailve hingga begini. Tatapannya kosong, pikirannya entah menjelajah kemana, tubuhnya jelas sekali terlihat lunglai.

Sayangnya lalula tidak mendengarkan percakapan singkat apa antara althaf dan ailve kemarin, hingga membuat ailve terlihat seperti mayat hidup begini.

Ingin lalula terus memaksa ailve bercerita, memperjelas tentang keadaannya yang seperti ini, namun yang ada ailve bisa mengamuk. Lalula tahu betul sifat ailve. Satu setengah tahun bersama ailve, dirasa cukup waktu untuk mengenal lebih dalam masing-masing sifat dan karakter.

Alhasil yang lalula lakukan hanyalah ikut diam dan menuruti apa yang diinginkan ailve, sesekali bertanya tentang keadaannya, tidak lebih di luar batas itu.

Dan jujur demi apapun, lalula tidak nyaman dengan keadaan teman sebangkunya yang seperti ini. Sikap ailve benar-benar membuat lalula galau.

Pergantian jam pelajaran dua jam terakhir telah berlalu, namun guru yang akan menjadi pengganti pelajaran selanjutnya belum memasuki ruangan kelas.

Lalula menoleh ke kanan. Dilihatnya ailve, masih sama tidak ada perubahan ekspresi sama sekali. Lalula beranjak dari tempat duduknya berlalu tanpa pamit, dan ailve masih dengan kondisinya tidak menyadari kepergian lalula.

Jadi percuma saja lalula berpamitan pada ailve jika keadaan ailve seperti ini.

Dan sekembalinya lalula, sambil menenteng satu kantong plastik berisikan makanan dan satu botol minuman. Bukan hal aneh bagi lalula pergi ke kantin disaat jam pelajaran. Bahkan sekalipun ada guru yang sedang mengajar di dalam kelas dengan wajah tanpa dosanya lalula absen ke kantin membawa izin pergi ke toilet.

"Pliss deh ay, gue gak kuat liat lo kaya gini terus seharian" lalula menyimpan kantong plastik tersebut di hadapan ailve.

Ailve masih mempertahankan posisinya. Lalula menghembuskan nafas kasar.  Lalu menggoyang-goyangkan lengan ailve. Dengan kesadaran yang belum sepenuhnya kembali, ailve menoleh pada lalula.

"Cerita ay, ada apa? Gue gak paham sampe segininya sikap lo" tak ada jawaban dari ailve lalula melanjutkan "Kejadian kemarin yang buat lo kaya gini?" ailve mengalihkan pandangan menatap lurus ke depan.

"Apa sih yang lo sama althaf omongin?"

Ailve mengusap wajahnya dengan kedua tangan "La, kenapa kemarin yang lo hubungi althaf?"

Lalula membulatkan matanya menatap ailve penuh "Sumpah ay, yang gue hubungi baga, karena gue taunya arfan anak futsal"  lalula hingga mengangkat jarinya membentuk huruf V.

ALTEONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang