Bagian 21

12 3 0
                                    

Katanya gak mau terluka.
Yaa jangan noreh luka.

--------------------

Althaf membanting tubuhnya di kasur milik davlin. Malam ini ia berniat untuk menginap di rumah sahabat nya itu.

Tadi usai dari rumah Ailve dirinya langsung pulang ke rumah untuk membersihkan diri dan meminta izin pada kirana -mamanya untuk menginap di rumah davlin.

Dan kirana semudah itu mengizinkan anak bungsunya menginap jika itu di rumah davlin, jika bukan, lain lagi ceritanya. Pasalnya, kirana sudah mengenal davlin dari sejak Althaf SMP, mereka berdua satu sekolah dari SMP hingga sekarang.

Althaf membenamkan seluruh wajahnya pada bantal empuk itu. Pikirannya dipenuhi dengan kejadian yang merantai hari ini. Althaf rasa hari ini adalah hari paling buruk baginya.

Di mulai dari kedatangannya ke sekolah pagi tadi, ia langsung di titah untuk menghadap pak surya, wali kelasnya. Lantas apa yang ia dapatkan dari setelah mendatangi pak surya itu.

Althaf di notice oleh wali kelas nya sendiri akibat kemarin membuat kegaduhan di depan sekolah. Berakhir dengan namanya yang tertulis di buku kasus. Meski tidak mendapat hukuman, bersyukur Althaf tidak sampai pada pemanggilan orang tua. Hanya saja, kelakuan Althaf kali ini mampu membuat heran para guru dan sebagian siswa. Karena ini pertama kalinya nama Althaf masuk ruang BK.

Setelah mendapatkan banyak wejangan dari wali kelas dan guru BK, Althaf berlanjut pada dispensasinya untuk turnament futsal. Dan entah memang kebetulan atau memang kondisi Althaf yang kurang baik akhir-akhir ini, poin gol mampu di rebut oleh tim lawan. Dan tim Althaf harus gagal kali ini.

Lantas pulang turnament, Althaf berpisah dengan kawan timnya. Teman-temannya pulang lebih dulu di banding Althaf sang ketua yang harus briefing bersama pelatih futsal dari beberapa sekolah.

Di arah perjalanan pulang usai briefing, Althaf melewati jalanan yang cukup sepi ketika cuaca sudah gelap. Lalu matanya menangkap objek di bahu jalan. Tiga lawan satu, mereka sedang melakukan baku hantam.

Althaf menepikan motornya, menghampiri keempat remaja yang masih memakai seragam biru, ciri anak SMP. Tanpa basa-basi Althaf segera melerai mereka, menolong remaja yang hanya seorang diri melawan tiga lawannya.

"Banci lo semua, tiga lawan satu!" Althaf menatap ketiganya, berusaha mengingat wajah-wajah mereka.

Setelah dirasa cukup, Althaf menatap ketiganya lebih tajam "Pergi atau gue bantu bonyokin muka lo semua" ucapnya yang entah mengapa mampu membuat mereka pergi.

Setelah itu, Althaf segera meraih tubuh remaja yang hanya seorang diri itu, menolongnya, membantu mendudukannya di atas motor dirinya sendiri.

Sebentar Althaf melirik name tag yang bertuliskan nama GEBRAN A. P di dada sebelah kanan remaja tersebut "Gebran" gumamnya.

"Sendiri lo?" tanya Althaf menatap Gebran yang hanya di jawab anggukan oleh pelakunya.

Lalu mata Althaf menyisir sekitar "Lo gak bawa motor atau kendaraan... mobil gitu?" tanyanya lagi setelah tak melihat kendaraan apapun disekitarnya.

Gebran mengedikkan dagunya menunjuk pada lawannya tadi yang sudah menjauh membawa motornya "Motor gue di bawa nohh"

Althaf mengernyit tak mengerti "Kok bisa?"

Gebran hanya mengedikkan bahu enggan untuk menjelaskan.

"Gak usah banyak omong, anter gue pulang mau gak lo?" tanya Gebran sadis.

ALTEONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang