1.

20.8K 939 34
                                    

Honne - Me and You

Happy reading!

Training room

Bugh bugh!

Pukulan demi pukulan berjatuhan ke arah Jisoo. Ia terlihat terengah-engah, nafasnya terburu-buru. Ia terus berusaha menangkis pukulan bertubi-tubi dari gadis yang sedang memukulnya kini.

Tak berbeda dengan Jisoo, gadis itu juga terlihat sudah lelah. Keringat membanjiri wajah dan tubuhnya. Rambutnya yang diikat kuda sedikit basah karena pengaruh keringat.

"Hahh hahh.. yak Jisooyaaa kenapa kau tak berbalik menyerangku?!" Tanya gadis itu saat berhenti memukul Jisoo dan ia terjatuh. Ia tidur terlentang di atas matras tipis di bawah mereka.

Jisoo tersenyum tipis. Ia duduk, meluruskan kakinya disamping tubuh gadis itu.

"Kau tau Rosie? Saat kau fighting jarak dekat seperti tadi, kamu terlihat semakin manis. Aku tidak menyerangmu balik karena aku ingin melihat wajahmu yang sedang serius haha."

Ya, dia adalah Park Chaeyoung. Biasa dipanggil Rose, pengecualian untuk panggilan Rosie, itu nama kesayangan dari Jisoo.

"Aishh.. kau membuang tenaga ku sia-sia sayang." Rose semakin kesal. Ia berdiri dan keluar dari ruangan itu. Jisoo hanya menggeleng sambil tersenyum lalu mengikuti Rose keluar dari ruangan training.

Jisoo berjalan ke arah ruang tv yang juga tersambung dengan dapur. Ia melihat Rose sedang berdiri di depan kulkas dan menuang air minum dari botol ke dalam gelas.

Jisoo menghampirinya, memeluknya dari belakang.

"Jangan deket-deket! Aku bau!" Ucap Rose sambil berusaha melepas pelukan Jisoo.

"Ahaaa kau ini, can i get that too baby?" Tunjuk Jisoo pada gelas yang dipegang Rose.

"Of course baby." Rose memberikan gelas beserta isinya untuk Jisoo dan ia mengambil gelas lain untuknya.

Jisoo duduk di bangku meja makan dan meminum air yang diberikan Rose tadi. Rose pun ikut  duduk dan meletakkan botol air minum yang kini tinggal setengah itu di atas meja. Ia minum sambil melirik Jisoo yang menuang air ke dalam gelasnya lagi. Ia benar-benar lelah ternyata, batin Rose.

"Sayang." Panggil Jisoo setelah menghabiskan dua gelas air.

"Yes baby, waeyo?" Jawab Rose.

"Kemana Lisa dan Jendeuk?"

Rose hanya memutar bola matanya. "Baby, dari tadi aku bersamamu. Kalau kamu tidak tahu, aku juga tidak tahu."

Jisoo berfikir sejenak, benar juga. Kenapa aku tidak memikirkannya ya? Batin Jisoo.

"Iya juga ya, ah kenapa kau bodoh sekali Chuu.." Jisoo memukul-mukul kepalanya sendiri.

"Kau ini memang butuh asupan gizi yang baik sayang agar otak kamu bekerja dengan ba-" Ucapan Rose terhenti.

Aaaahhhh Lisaaaaahhhhh

Mereka berdua saling menatap. Rose menaikkan alisnya sedangkan Jisoo hanya mengangkat bahu.

"Ini masih belum jam makan siang, tapi mereka makan duluan. Astaga.." Rose menggelengkan kepalanya.

"Aku berfikir apa Lisa sehebat itu dalam making love sampai Jennie bisa berteriak sekencang tadi. Mereka di lantai dua dan kita di dapur pun masih bisa mendengar suara naas seperti ini siang siang." Jisoo berdiri menyingkirkan gelas dan botol air.

"Jennie-yaaaaaaa!!! Cepat sudahi permainanmu dan turunlah bantu aku memasak untuk makan siang!!" Jisoo berteriak sekencang-kencangnya dari dapur.

Jenlisa room

"Ahhh honey... kau dengar Jisoo sudah memanggil, can we stop it? Ahh."

"Okay babe, let's do it again tonight." Lisa bangkit dan mengecup bibir Jennie sekilas.

Mereka turun dari tempat tidur dan memungut baju mereka.

Jennie tampak kesusahan memakai bra-nya. Lisa yang melihat di dibelakang hanya tertawa kecil.

"Aishh.. can you help me hon? It feels so difficult." Jennie berbalik dan menatap Lisa.

"Hon, that's mine. Pantas susah. Tidak akan muat untuk melonmu haha." Lisa berjalan mendekat dan memberikan bra milik Jennie.

"Aish kenapa kamu tidak memberitahuku sejak tadi! Besok-besok kalau beli jangan yang kembar! Atau setidaknya jangan memakai model yang sama di hari yang sama!" Jennie mengomel sendiri sambil memakai bajunya.

"Iya sayang.. iyaaa.." Lisa tertawa sambil masuk ke kamar mandi.

* * *

Jennie menuruni anak tangga dan berjalan menuju dapur. Ia melihat Jisoo yang sudah mulai memasak dan Rose yang memberi back hug pada Jisoo.

"Ekhem." Jennie berdehem sambil mengecek penggorengan yamg sudah ada diatas kompor.

"Eh, haloo Jennie. It was amazing right?" Goda Rose sambil menaik turunkan alisnya.

"As always Rose, haha." Jennie tertawa kecil. Masalah hubungan mereka bukan hal yang harus ditutup-tutupi lagi diantara mereka. Mereka sudah bersama sejak kecil jadi sudah seperti saudara sendiri.

"Yow yow yoww whatsupp yeorobun!!" Suara Lisa sudah terdengar keras dari arah dapur, padahal mereka tau Lisa baru menuruni anak tangga.

"Lisa ini bukan hutan, jangan teriak-teriak." Jisoo memang sudah seperti kakak yang baik. Mereka tinggal di apartmen yang cukup besar dengan berbagai macam ruangan dan ditambah satu kolam renang indoor disamping ruang untuk bersantai. Mereka bekerja 2 tahun belakangan untuk membeli segala keperluan mereka. Dan ya, they did it. Mereka bisa membeli apartmen mewah dan segala keperluan mereka berempat.

"Ne unnie."

Lisa adalah yang termuda diantara mereka ber-empat. Dia sudah seperti Happy Virus bagi mereka. Namun dahulu saat ia kecil, Lisa sangatlah menderita. Hidup dijalanan sebatang kara, ayah ibunya meninggal dalam tugas. Dia bekerja apapun untuk memenuhi kebutuhannya hingga ia bertemu Jisoo dan Rose di umurnya yang ke 11 tahun saat itu. Mereka membawa Lisa ketempat mereka, dan Lisa dilatih untuk menjadi semakin kuat disini oleh pria yang menurut mereka baik kala itu. Pria itu juga yang merawat mereka bertiga. Hingga Lisa bertemu Jennie dan mereka berteman. Lalu saat kejadian mengerikan itu datang, dimana Jennie dan Lisa melihat sendiri kedua orang tua Jennie dibunuh secara tragis di rumah Jennie. Lisa pun membawa Jennie bersamanya. Mereka berempat tumbuh bersama sejak saat itu.

"Lisa! Lisaaa! Kamu melamun?!" Rose menampar pelan pipi Lisa. Mereka sedang makan siang di meja makan sekarang.

"Ah? Tidak, aku tidak melamun." Elak Lisa.

Jennie menatap Lisa, ia tau Lisa sedang memikirkan sesuatu.

"Lisa makanlah makananmu sebelum dingin dan jangan mela-"

Ting - tong

"Tamu? Siapa?" Rose berdiri dan berjalan ke arah pintu depan apartmen.

"Wait baby, aku ikut." Jisoo menyusul Rose.

Rose membuka pintu dan melihat dua orang pria yang memakai setelan jas hitam dan topi serta kacamata hitam.

Mereka berdua tahu pasti dua orang ini siapa.

"Hanbin? Bobby?"

"Halo Rose, Jisoo. Maaf mengganggu waktu kalian. Tapi kami ingin berbicara hal penting pada kalian." Ucap Hanbin sambil melepas kacamatanya.

Jisoo terkejut. Tidak biasanya Hanbin dan Bobby menemui mereka di apartmen.

"Kami sedang makan siang, bergabunglah bersama kami." Jisoo mempersilahkan mereka berdua masuk.

-

Hope Not.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang