7.

5.1K 561 6
                                    

Gudang senjata MGK

Mereka sampai di tempat yang diberitahu pria plontos tadi. Gudang senjata MGK, atau orang-orang sering memanggil MGK. Gudang ini terletak di area hutan, yang membuatnya tidak banyak diketahui orang awam.

Alasan lain kenapa gudang ini tersembunyi adalah karena gudang ini illegal. Ya, sebenarnya pemerintah sudah mengetahui tempat ini, namun tidak ada tindak lanjut apapun.

Mereka sudah menyusun rencana di dalam mobil tadi. Menurut map di laptop super canggih Jisoo, pelaku itu masih disini.

"Baiklah, bagaimana rencana yang baik untuk eksekusi kali ini?" Tanya Jisoo.

Mereka masih berada di jarak aman dari gudang tersebut. Jeep mereka pun tersamarkan karena warnanya yang gelap.

"Kita masuk, aku dan Jennie menembak membabi buta, kau dan Rose mencari pelaku itu. Done." Ucap Lisa.

Jennie menaikkan satu alisnya, "Mwo? Rencana bunuh diri yang bodoh sekali itu."

Jisoo menyipitkan matanya, "Dengarlah, bahkan kekasihmu tidak setuju. Jika mau bunuh diri jangan ajak-ajak kekasihmu Lisa, haha kau ini." Ia menggeleng pelan.

Rose yang baru saja mengintai keadaan sekitar gudang itu melalui teropong mulai berfikir.

"Disana ada CCTV, bagaimana kita memasukinya tanpa ketahuan?" Tanya Rose, ia melirik Jisoo yang tersenyum sangat tipis.

"Kita lakukan sama seperti yang pencuri ini lakukan saat mencuri RFL." Ucap Jisoo. Tangannya menari lincah diatas keyboard. Tidak butuh waktu lama untuknya, "Yep, sistemnya berhasil kuretas. CCTV ini akan mati selama dua jam kedepan. Kita harus bergerak cepat, tapi tetaplah berhati-hati. Jennie, kau bersamaku. Lisa dan Rose berjaga di luar."

"Wait, what? Kenapa aku dan Jennie harus berpisah?!" Lisa tidak terima. "Bagaimana bisa aku hidup tanpa Nini?" Air mukanya dibuat se-melas mungkin.

Jennie yang melihat itu hanya bisa memutar bola matanya. Ia sudah malas jika Lisa bersikap childish seperti ini, padahal ini sedang dalam misi.

"Ya ampun anak ayam! Jennie hanya pergi bersama Jisoo, bukan berselingkuh ke luar angkasa!" Rose memukul kepala Lisa dan Lisa langsung menatapnya tajam.

"Lisa, kau adalah petarung handal, dan Rose merupakan snipper yang mumpuni. Kalian bisa menjaga kami dari luar. Aku dan Jennie akan masuk dan mencarinya." Jelas Jisoo.

"Tapi unnie, kalau terjadi apa-apa?" Lisa masih saja khawatir.

"Woy anak ayam! Kau lupa siapa Jennie?! Kekasihmu itu hurtless, kau tidak perlu se-khawatir itu, pabo!" Rose lagi lagi memukul kepala Lisa.

Lisa berfikir sejenak, benar kata Rose. Jennie tidak tau apa namanya luka. Ia bahkan sering membantu Jisoo memasak di apartmen, dan saat ia tak sengaja melukai tangannya dengan pisau, darahnya keluar banyak. Namun ia tidak dapat merasakan apa-apa.

Lisa menatap Jennie, ia menatap dalam mata caramel itu. "Berjanjilah untuk berhati-hati."

"Tanpa kau suruh aku juga sudah tau itu, bodoh." Lisa yang mendengar jawaban Jennie langsung memajukan bibirnya. Ia tidak terima dibilang bodoh.

Namun sebuah tangan tiba-tiba memegang dagunya. Ia mendongak dan, cup.

Jennie mengecupnya singkat, "Berjanjilah untuk menjaga Rose." Ucapnya.

Jisoo mengangkat alisnya, "Hei Jendeuk! Harusnya aku yang mengatakan itu pada Lisa." Protesnya. Rose yang melihat itu hanya terkekeh.

"Baiklah, ayo kita bergerak. Don't waste our time, girls." Ucap Jisoo. Ia mengambil peralatannya, dan menatap Rose sejenak.

Rose yang mengetahui ia sedang diperhatikan langsung menoleh. Ia balas menatap Jisoo, ah, aku tau ini. Rose mendekatkan wajahnya, secara otomatis matanya memejam. Cup. Kecupan dengan lumatan singkat itu berhasil membuat hati keduanya menghangat. Rose menjauhkan wajahnya. Ia melihat Jisoo yang masih terpejam. Tangannya terangkat dan memegang pipi kiri Jisoo. Kekasihnya itu lantas membuka matanya perlahan. Ia menatap dalam bola mata coklat milik Rose.

Entah kenapa rasanya Jisoo ingin lebih lama menatap mata itu. Ia sangat menyukainya. Tangan kirinya mengusap tangan Rose yang berada di pipinya. "Berhati-hatilah." Rose yang mendengar itu tersenyum, ia kembali mendekatkan wajahnya. Dan kedua bibir itu kembali bertemu. Kali ini lebih lama.

Mereka melepaskan ciumannya, namun kening mereka masih menempel satu sama lain. Jisoo tersenyum menatap wajah dan pipi chubby kekasihnya ini.

"Kau juga hati-hati." Jisoo mengangguk, ia tau Rose juga sama khawatirnya dengan Lisa. Namun ini jalan terbaik.

Sementara Jenlisa yang melihat adegan itu hanya memutar bola matanya, "ekhem, don't waste our time girls, huh." Protes Lisa. Kedua manusia di jok belakang itu kini hanya tersenyum.

"Kajja! Let's do it!"

Jisoo dan Jennie keluar dari mobil. Mereka memilih masuk lewat pintu samping. Disana tidak ada penjaga.  Kalaupun ada mungkin hanya sedikit.

Lisa dan Rose masih menunggu didalam mobil. Dua orang ini mengawasi Jisoo dan Jennie dari dalam mobil. Mereka berempat terhubung satu sama lain dengan jam tangan khusus agen di tangan mereka.

"Lisa, apa menurutmu ini akan berjalan dengan mudah?" Rose bertanya pada Lisa yang sedang mengawasi pergerakan mereka dari layar laptop Jisoo.

"Tenanglah Rose, we'll through it all together." Lisa sesekali melihat Jisoo dan Jennie dari teropong.

"Yeah, just like the old days." Entah kenapa Rose tidak yakin dengan misi kali ini, mungkin karena sudah lama tidak seperti ini. Benar kata Lisa, tenanglah Rose.

Lisa melihat layar laptop, ia mendekatkan jam tangan ke mulutnya. "Unnie, 5 meter didepan belok kanan, jangan ambil kiri, ada banyak penjaga disana." Jisoo dan Jennie mendengar itu dari earphone mereka, sedetik kemudian mereka berdua mengangguk.

"Aku melihat ada dua orang di lantai atas. Mungkin pelakunya ada disana." Lisa masih memantau pergerakan mereka.

Sementara Jisoo dan Jennie menaiki tangga menuju lantai atas setelah berbelok ke kanan sesuai arahan Lisa.

Di lantai dua, hanya ada satu ruangan. Jennie dan Jisoo yakin ini adalah tempat yang dimaksud Lisa. Mereka berhenti didepan pintu.

"Hati-hati unnie, mereka masih berada di dalam."

Hope Not.Where stories live. Discover now