Part 6

1K 26 0
                                    

"Hosh..hosh..hosh... stop! Vale stop!" Teriak Marvello sambil mengatur napasnya.

Valerya tidak memperdulikan teriakan kakaknya itu dan terus saja berlari sambil menarik Marvello untuk pergi menjauh, kalau bisa ke ujung dunia. Entah mengapa Valerya merasa terancam dengan perkataan laki-laki itu dan tanpa sadar pikiran alam bawah sadarnya memerintahkan l dirinya untuk segera pergi menjauh secepatnya.

"I SAID STOP VALERYA ANGGYCA MAXWELL!!" Teriak Marvello sambil menahan tangan Valerya agar mereka berhenti berlari, dan usahanya berhasil.

"What's wrong with you, Vale? Kenapa kita harus lari? Hosh...hosh.. gw capek." ujar Marvello sambil menghirup udara sebanyak yang dia bisa dan menghembuskannya. Lega. Itu yang di rasakan Marvello setelah di tarik untuk lari marathon oleh Valerya.

Marvello melirik ke arah Valerya. Jangan tanya bagaimana perasaannya sekarang.

Capek? Iya. Kesal? BANGET.

Marvello menghembuskan napasnya kasar. Ia berusaha untuk menahan emosinya sebisa mungkin agar tidak menyakiti Valerya.

"Vale, kenapa lari hmm..? Hey, look at me." Ujar Marvello lembut sambil menangkup kedua pipi Valerya. Marvello berusaha menahan dirinya untuk tidak mencubit pipi Valerya, saking kesalnya.

"Ehh...?" Valerya mengerjap-ngerjap, menatap mata Marvello.
"S-sorry, aku juga ga tahu kenapa kita lari. Hehehe... Ermm...kita dimana ya, Marv? Kamu parkir dimana?" Tanya Valerya polos.

Marvello menepuk jidatnya, tidak habis pikir dengan Valerya. Tiba-tiba menarik orang lari dan sekarang berakhir ntah dimana. Kesabaran Marvello sudah di ujung tanduk dan ketika mendengar jawaban Valerya yang kelewat polos itu, ia tahu ia sudah tidak bisa menahan kekesalannya lagi.

Marvello menarik dan menghembuskan napasnya, lalu tersenyum manis. Sekilas senyum itu terlihat seperti senyum maut yang mampu memikat hati semua kaum hawa, tapi bagi Valerya senyum itu adalah awal dari neraka.

Damn it! That smile... Oh no, I'm dead...

"VALERYA! LU TAHU GAK SIH GUA TUH CAPEK, HUH? KOPER LU TUH BERAT BANGET KAYAK BABON. INI KOPER ISINYA APA SIH? BATU??  LU MAH ENAK CUMA BAWA BONEKA. GUA?? GUA NARIK KOPER LU. DAN SEKARANG LU DENGAN GAMPANGNYA BILANG LU GAK TAU KENAPA KITA LARI?!!" bentak Marvello mengeluarkan kekesalan yang sudah menumpuk dari tadi.

Bentakan Marvello mengundang banyak perhatian orang yang berlalu-lalang di sana. Menyaksikan perdebatan antara kedua orang itu.

"Hiks...hiks..hiks" isak Valerya.
"V-Vale kan tidak sengaja kak. Ke-kenapa kakak membentak Vale? Huaaaa" raung Valerya seperti anak kecil yang di marahi orang tuanya.

Marvello sontak kalang kabut melihat Valerya menangis. Ia sama sekali tidak bermaksud untuk membentak Vale. Hanya saja jawaban Vale yang kelewat polos tadi membuat dia...

Arrghh... bego lu Vel. Harusnya lu bisa mengendalikan diri lu sendiri. Gimana coba kalau Daddy atau bahkan Maxime tahu? Kelar udah hidup lu!

Marvello bergidik ngeri membayangkan kalau saja Maxime tahu kalau dia membuat adik kesayangannya itu menangis. Orang itu di pastikan akan berakhir tragis.

Lamunannya terputus kala ia mendengar suara bisik-bisik antara orang-orang yang ternyata menyaksikkan perbuatannya tadi.

Lihat, ada sepasang kekasih yang sedang bertengkar.

Apakah laki-laki itu tidak punya hati membentak kekasihnya di depan umum? Cibir orang-orang yang kebanyakan adalah perempuan.

Lihat, gadis itu menangis sesegukan di bentak oleh kekasihnya.

Miris sekali. Harusnya ia putuskan saja laki-laki seperti itu.

Para pengunjung di sana saling berbisik satu sama lain melihat adegan di hadapan mereka. Mengira kedua orang itu merupakan sepasang kekasih yang bertengkar dan menyalahkan Marvello dengan berbagai umpatan karena telah tega membuat seorang gadis menangis dan menjadi tontonan umum.

Telinga Marvello panas mendengar ucapan mereka yang tidak sepenuhnya benar. Ingin sekali ia berteriak bahwa itu bukan urusan mereka, tapi di urungkannya karena prioritasnya sekarang adalah menenangkan adiknya.

"Vale? Hey, dengar aku tidak bermak-" ucapan Marvello terputus ketika terdengar suara yang dinginnya melebihi es batu.

Marvello sontak panas dingin mendengar suara yang amat sangat di kenalnya itu. Dewi keberuntungan rupanya sedang tidak berpihak pada dirinya saat ini.

Good job, Vel. You are digging your own grave. He's here...

Dosa apa coba gua?? Kenapa dia datang di saat yang gak tepat?? Oh, Dewi keberuntungan kenapa engkau tega meninggalkan diriku pada saat-saat seperti ini.

"Siapa yang berani bikin my sweet bunny cry?" Tanya Maxime dingin, sorot matanya tajam seolah jika bisa mengeluarkan laser orang yang di tatap nya akan lenyap.

Tempat itu mendadak hening. Tak ada lagi yang saling berbisik. Tak ada seorang pun yang berani mengeluarkan suara setelah mendengar nada dingin Maxime. Mereka terdiam. Hanya terdengar isakan tangis Valerya.

Maxime berjalan mendekati Valerya dan langsung memeluknya. Mengusap lembut punggung Valerya yang bergetar karena menangis. Valerya yang merasakan usapan di punggungnya mulai merasa tenang. Ia sesegukan kecil sebelum benar-benar menghentikan tangisnya.

Kepalanya sontak mendongak ke atas melihat siapa yang memeluknya. Senyum mengembang di wajahnya setelah menyadari bahwa Maxime yang memeluknya.

"MAXIE! I MISS YOU SO MUCH!"

Kecup-kecupan kecil mendarat di wajah Maxime. Marvello yang melihat itu merasa jealous.

Gua tadi jemput perasaan gak ada acara cipika-cipiki malah di tarik lari marathon. Lah, si Maxime datang gak di undang pulang gak di antar malah dapat kecupan. Eh, salah. Pulang kita kan bareng jadi dia di antar dong. Astaga! Ngapain lu mikirin hal gak guna Vel??!

"Erhemm" deham Marvello pura-pura agar mereka sadar akan dirinya yang terlupakan.

Kedua orang yang hanyut dalam kerinduan mereka sendiri itu sontak tersadar. Maxime langsung memincingkan matanya menatap Marvello yang merusak moment kebersamaannya dengan Valerya.
Di sisi lain, Valerya mengedip-ngedipkan mata nya polos bak anak kecil.

"So, ada yang bisa mengatakan padaku kenapa Valerya menangis?"
Tanya Maxime tajam.

TO BE CONTINUED
.
.
.
.
.
.
Don't forget to Vote and Comment guys!

Also, share MINE to your friend :)

Hope you guys like it!
Thanks for reading Mine!

*LHM: London Heard Me a.k.a Author of  MINE.

Marvello: Thor, tega amat sih lu siksa gua?
LHM: Itu udah nasib lu bro. Terima aja. *senyum licik
Maxime: Ada apa ini? Thor, jawab siapa yang berani bikin Valerya nangis.

LHM melirik Marvello yang udah panas dingin, sorot matanya terlihat memohon untuk tidak memberitahu Maxime.

Valerya: Maxie, yang bikin aku nangis itu-

LHM: Yakk! Stop sampai di sana. Yang penasaran jangan lupa Vote + Comment yaa!

Next Chapter will be updated soon!

MINE (VALERYA MAXWELL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang