Part 26

288 6 1
                                    

"Daddy?"

"Yes princess?"

"I want ice cream," pinta Valerya sambil mengedip-ngedipkan matanya.

Benedict seakan tertarik kembali ke masa lampau. Valerya selalu meminta dibelikan vanilla ice cream ketika sakit.
Benedict selalu membelikannya dan selalu berakhir dimarahi oleh istrinya.
Mengingat hal itu Benedict terkekeh geli.

Tak terasa waktu sudah berlalu dengan cepat. Anak-anaknya sudah tumbuh dewasa. Si kembar duo yang nakal dan putri kecilnya kini sudah beranjak dewasa.

Benedict menatap Bella yang sedang diperiksa oleh dokter tidak jelas itu.

It was worth it Bella.

Benedict tersenyum.

Kilasan perjuangan masa lalu mereka berdua hingga sampai pada titik ini.

Dari masa pacaran, menikah, hingga dikaruniai tiga anak yang meramaikan suasana rumah mereka.

"Daddy!"

Teriakan Valerya sontak menyadarkan Benedict dari lamunan masa lalu.

Valerya memanyunkan bibirnya, menyiratkan betapa kesalnya dirinya tidak ditanggapi oleh Benedict.

Istilah lainnya adalah "ngambek mode on" ala Valerya.

"Iya sayang, nanti Daddy belikan."

"Now Daddy!"

"Setelah ini ya sayang? Daddy mau memastikan keadaan Mommy terlebih dahulu." Ucap Benjamin.

"Tuan Maxwell, Nyonya Maxwell baik-baik saja. Ia hanya kelelahan dan membutuhkan istirahat yang banyak," tutur Dokter Damian.

"Kami akan segera memindahkan Nyonya ke ruangan lain dan memantau keadaan beliau, Tuan."

"Tidak perlu, biarkan saja dia beristirahat di sini."

"T-tapi Tuan-"

"Tidak ada tapi-tapian. Saya akan memindahkannya ke ranjang Valerya. Kamu panggil suster ke sini untuk memantau keadaan istri saya."

"B-baik Tuan."

Mengiyakan lebih baik dibandingkan ditatap terus menerus oleh tatapan maut batin Dokter Damian.

"Kenapa kamu masih ada disini? Cepat panggil suster sekarang juga!"

Dokter Damian langsung mengacir keluar, lari dari amukan Benedict. Kalau bisa sejauh-jauhnya.

"Daddy?"

"Kenapa dokter itu lari terbirit-birit? Seperti melihat hantu saja," tanya Valerya polos.

Benedict mendengus kesal mendengarnya. Masa dirinya yang tampan ini disamakan dengan hantu.

"Mungkin dia kebelet kali."

Valerya mengangguk-anggukkan kepalanya, mengiyakan jawaban Benjamin yang masuk akal.

"Let's go daddy!"

"Sebentar ya sayang, Daddy perlu memastikan keadaan Mommy terlebih dahulu."

Pintu ruang kamar Valerya kembali terbuka. Terlihat dokter Damian yang terengah-engah, seperti kehabisan napas.

"P-permisi Tuan Maxwell. S-saya t-telah membawa perawat sesuai perintah anda tadi."

"Bagus, sekarang tugas kamu memantau keadaan istri saya. Saya akan membawa Valerya keluar sebentar dan kembali secepatnya."

MINE (VALERYA MAXWELL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang