Part 10

815 24 0
                                    

Entah mengapa hati Valerya terasa tercubit mendengar pertanyaan Alexandrove. Valerya tidak mengenal pria di hadapannya, tetapi dada nya seakan tertusuk ribuan jarum ketika melihat betapa sedihnya Alexandrove.

'Seolah aku melupakan sesuatu. Tapi, apa yang kulupakan? Siapa sebenarnya pria ini? Kenapa aku merasa rindu dan tak rela melihat ia sedih??!' Teriak Valerya frustasi dalam hati nya seraya menekan dada nya, berharap dapat mengurangi rasa sakit yang menderai dirinya.

Valerya memutuskan untuk keluar dari 'benteng' yang dibangun oleh kedua kakak kembarnya. Pergerakan Valerya menarik perhatian Maxime dan Marvello. Mereka berdua sempat bingung dengan tindakan Valerya, tetapi tetap membukakan jalan bagi adik perempuan mereka.

Valerya berjalan perlahan-lahan mendekati Alexandrove. Semua orang kecuali Alexandrove yang menunduk, melihat bagaimana Valerya berjalan menghampiri Alexandrove.

Meski Valerya sendiri yang memutuskan untuk menghampiri pria itu tetap saja dirinya juga takut akan sosok Alexandrove yang menganggunya tadi di bandara. Tetapi, rasa sakit dan rindu yang dirasakannya membuat Valerya melupakan ketakutannya dan mempercepat langkahnya hingga Valerya berdiri tepat 2 langkah dari Alexandrove.

"Hey! Are you okay? Sorry, I didn't mean to make you sad. Nama ku Valerya. Eh, tapi sepertinya kamu sudah mengenalku, mengingat kamu menyebut nama ku tadi. Tapi aku tidak mengenalmu. Hmmm... Bagaimana kalau kita berkenalan lagi? Anggap saja kita tidak saling mengenal dan baru bertemu. Hey! My name is Valerya, and you?" Seru Valerya mengulaskan senyum manis nya seraya mengulurkan tangannya kepada Alexandrove.

Alexandrove sontak mendongak, menatap Valerya dalam. 'Apakah kamu sudah benar-benar melupakanku Vale? Haruskah kita memulai semuanya lagi dari awal? Bagaimana dengan janji kita, apa kamu sudah melupakannya?'

Ditatap seperti itu, kepercayaan diri Valerya meluruh di gantikan rasa gelisah. Valerya berusaha menutupi kegelisahannya dengan tersenyum seolah tidak terjadi apa-apa. Rasa gelisah mulai menghinggapi nya lagi, dan Valerya tidak suka akan hal itu. Tanpa sadar Valerya mulai mengerutkan dahi nya dan hal itu menarik perhatian Alexandrove.

Alexandrove mencoba menahan tawa nya melihat Valerya mengerutkan dahi nya. 'Kamu masih sama seperti dulu Vale, tidak pernah berubah tetap sama seperti dulu. You are mine! And what's mine will always be mine!

Alexandrove menyeringai akan pemikirannya yang telah mengklaim Valerya untuk dirinya sendiri. Alexandrove menampilkan senyum manis nya seraya menyambut uluran tangan Valerya. Valerya yang semula gelisah mulai bernapas lega ketika melihat Alexandrove menyambut uluran tangannya. Tetapi hal itu sepertinya tidak berjalan lama, karena ternyata Alexandrove menyambut uluran tangan Valerya hanya untuk menarik Valerya kepelukannya.

"My name is Alexandrove Zachary Wesley, sweetheart. Tidak apa-apa jika kamu sudah melupakan tentang kita, tapi itu tidak berarti jika aku ingin mengulang semuanya dari awal karena kenyataannya kita berdua sudah saling mengenal satu sama lain sejak lama. But, that's okay, aku berjanji akan mengingatkanmu tentang kenangan kita berdua. Oh yeah, you can call me Xander," bisik Alexandrove di telinga Valerya, memastikan suaranya cukup rendah hingga hanya terdengar oleh mereka berdua saja.

Alexandrove mencium pipi Valerya sekilas sebelum memisahkan dirinya dari Valerya.

Valerya membatu.

Valerya sedikit kesulitan memahami apa yang baru saja terjadi. Tubuhnya menegang kala Alexandrove berbisik dan mencium pipi nya. Pipi Valerya merona merah. Rasa panas menghinggapi tubuhnya. 'OH MY GOD!! HOW DARE HE KISSED ME??! Walaupun di pipi itu masih termasuk ciuman!! But wait, did they see that? I don't think so, if they did this guy would not be here.'

Sudut bibir Alexandrove terangkat sedikit melihat reaksi Valerya. Rasa puas memenuhi dirinya ketika Valerya bereaksi akan perbuatannya.

"Bastard! What do you think you are doing, huh?!" Teriak Maxime tidak terima Valerya di peluk oleh pria asing.

"Jerk! Let her go right now!" Teriak Marvello kesal, mengingat pria gila itu yang membuat dirinya di tinggal oleh kedua saudaranya tadi siang.

Alexandrove memandang sekilas ke arah si kembar dan menaikkan satu alisnya. Hal itu tidak luput dari penglihatan Valerya. 'He's so sexy. Damn Vale! Ini bukan saatnya untuk mengagumi pria gila yang baru saja mencuri 'ciuman' pertamamu!'

"What's your problem dude? Aku hanya memeluknya sebagai tanda perkenalan kita berdua. Lihat, Vale saja tidak keberatan akan hal itu, kan Vale?"

"I-iya, aku tidak apa-apa kok Maxie, Marvy," Valerya mengulas senyum menenangkan kedua kakak kembarnya. Vale terpaksa melakukannya, kalau tidak akan ada perang dunia ke 3 di rumah ini.

"Jangan panggil aku Marvy! Panggil aku Marv atau Marvello seperti biasa. Marvy seperti nama cewek," ucap Marvello jengkel, tanpa sadar menaikkan suaranya satu oktaf.

Air mata mulai menggenang di pelupuk mata Valerya. "A-aku kan hanya ingin memanggilmu Marvy seperti aku memanggil Maxime, Maxie. Me-memangnya salah? Hiks..hiks...hiks... Marv tidak sayang lagi padaku. Huaaa..hiks..hiks," ujar Valerya sambil berlari ke arah Maxime dan memeluknya erat, membiarkan air matanya jatuh mengalir di pipi mulusnya.

Alexandrove, Maxime dan Benedict sontak menatap tajam Marvello yang membuat Valerya menangis.

'Duh, mati dah gua. Kenapa mulut gua ini kagak bisa di kontrol! Bodoh, bodoh, bodoh. Bego banget lu Marv, nyari masalah di rumah Maxwell dimana Daddy dan Maxime termasuk lu sendiri tidak mentolerir siapa pun yang membuat Valerya menangis. Dan sekarang dengan bego nya lu bikin Valerya menangis. Lu dah gali kuburan lu sendiri di sini Marv,' batin Marvello frustasi.

"MARVELLO! DADDY MENDIDIKMU UNTUK MENJAGA VALERYA BUKAN MEMBUATNYA MENANGIS. SEKARANG MINTA MAAF KEPADA ADIKMU," teriak Benedict menggelegar.

"MARVEL, MINTA MAAF PADA VALERYA SEKARANG JUGA" timpa Maxime dingin.

"BERANI-BERANINYA LU MENAIKKAN SUARA LU KE VALERYA? LU UDAH GAK SAYANG NYAWA??! MINTA MAAF SEKARANG JUGA!" bentak Alexandrove tidak terima Marvello menaikkan suaranya pada Valerya.

Marvello meneguk ludah mendengar amarah dari ketiga orang itu. Marvello yang merasa bersalah pun berjalan menghampiri Valerya, memisahkan pelukan Valerya dari Maxime dan memeluknya. "Vale, maafkan aku yaa? Kamu boleh panggil aku Marvy atau apa pun yang kamu suka, okay? Maaf, aku tidak sengaja menaikkan suaraku tadi," ujar Marvello.

Valerya mengangguk sesegukan. "Ti-tidak apa-apa Marvy, maafkan aku juga ya. Sebenarnya bukan salahmu aku menangis, tapi mendengar perkataanmu tadi tangisku seolah keluar begitu saja. Maafkan aku ya, hehehe" Jawab Valerya polos sambil menyapu tangisannya dengan tangannya.

Marvello melongo mendengar jawaban Valerya. Valerya menangis bukan karena dirinya, tetapi ia harus menanggung amarah dari ketiga pria itu. Ingin memarahi adiknya, ia tidak tega. Ingin membalas Daddy dan Maxime sama saja dengan menghantarkan nyawanya sendiri ke dewa kematian. Marvello mendengus kesal, menerima kenyataan.

TO BE CONTINUED
.
.
.
.
.
.
Don't forget to Vote and Comment guys!

Also, share MINE to your friend :)

Happy reading!

Thanks for reading Mine!

MINE (VALERYA MAXWELL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang