>> Part 4

216 36 56
                                    

Banyak pelajar tidak lagi bermimpi, dan hanya memikirkan 'yang penting mendapat pekerjaan'.

Dibutakan oleh doktrin orang dewasa sejak kecil; jadilah kaya, maka kau akan bahagia. Dapatkanlah status tinggi, maka semua akan menyenangkan.

Sebenarnya, mereka semua berlomba untuk apa?

::::

22 April 2045, Jumat
04.30 (WITA)

Langit di luar sana masih gelap. Cakrawala masih terlelap, dan hewan-hewan masih beristirahat. Namun bagi mereka, para manusia yang hidup di Indonesia saat ini—mau pelajar ataupun pekerja—sekarang sudah waktunya untuk terbangun dan mulai bersiap. Gila kerja, entah untuk tujuan apa. Rasa bahagia dan kenyamanan coba dibeli dengan uang, mengejarnya seperti orang tak waras. Namun kenyataannya, tingkat depresi di masyarakat terus meningkat saja.

Arga pun telah menyadari hal itu sekarang. Sebenarnya, mereka semua berlomba untuk apa? Kehilangan tujuan sebenarnya dari hidup, setelah dibutakan oleh doktrin orang dewasa sejak kecil; jadilah kaya, maka kau akan bahagia. Dapatkanlah status tinggi, maka semua akan menyenangkan.

Sekarang dia meragu. Apakah benar hanya dengan kekayaan dan status itu, bisa menambal kekosongan di hati setiap orang?

Tangannya merapikan rambut hitam legam di depan cermin. Sebuah helaan lepas dari bibirnya, bersamaan dengan tangan yang memasang baju olahraga berwarna hitam dan sedikit garis putih di ujungnya itu dengan mata yang sedikit hampa. Arga sendiri tidak tahu. Selama ini dia telah terbawa arus, mengejar apa yang orang dewasa idamkan dan akhirnya menjadi sosok individualis. Tidak peduli dengan nasib orang lain, dan hanya memikirkan diri sendiri.

Dan sekarang, saat dia telah sadar, dia juga berharap; akan yang ada berubah. Mungkin tidak akan mudah. Tapi, jika saja mereka, seluruh rakyat Indonesia, bisa mengubah pola pikir yang sekarang—mungkin mereka akan bisa berubah. Dan Arga berharap, keberadaan Freedom yang ingin mengubah sistem pendidikan di Indonesia saat ini bisa menjadi langkah awal perubahan itu.

Setelah selesai bersiap, dia mengembuskan napas perlahan. Mengambil tas yang berisi baju seragam dan juga sebuah kamera kecil yang tersembunyi dalam kacamata. Arga menutup mata sekali, merasakan dada maupun perutnya bergejolak lebih daripada biasa karena pembicaraannya dengan ketua Freedom kemarin.

“Pukul 10 pagi, datanglah ke asrama sekolah. Arsen akan mengurus bagaimana kamu bisa masuk ke sana, kamu hanya perlu fokus untuk melakukan apa yang kusuruh.”

Dia mengulang perkataan Indira di dalam kepalanya. Sebenarnya, misi yang diminta sedikit aneh. Namun, ia tahu gadis itu tidak akan melakukan hal yang sia-sia. Karenanya, Arga memilih percaya sepenuhnya.

Kaki panjangnya dengan cepat membawa pemuda itu mencapai lantai bawah. Menghela napas saat menyadari ayahnya tidak ada di kamar dan berjalan menuju dapur. Pasti ayahnya tidak pulang karena masih melakukan pencarian terhadap jejak-jejak kelompok Freedom.

Meski begitu, tidak ada satu pun rasa bersalah dalam dirinya—yang telah resmi menjadi anggota kelompok itu. Ia mengingat jelas konversasinya dengan pria itu kemarin; Dhamar malahan seperti menyuruh Arga untuk bergabung ke kelompok Freedom, agar bisa menegakkan kebenaran yang tidak bisa ia tegakkan karena beban seorang polisi.

SAY NO! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang