>> Part 2

513 95 75
                                    

Keberhasilan sesungguhnya adalah saat kau berani mengambil jalan berbeda, dan tetap melangkah maju meski seluruh dunia menentangnya.


***

Semua orang di sekolah dikejutkan dengan suara alarm kebakaran itu. Guru-guru dengan sigap memandu muridnya menuju gedung evakuasi. Vania tetap mengikuti instruksi meski merasakan hal janggal selama berlari. Dia tidak melihat satu pun tanda-tanda kebakaran di gedung sekolah itu.

Lalu mengapa alarm kebakarannya berbunyi?

Vania membiarkan pikirannya penuh. Siapa tahu, kepala sekolah dan guru tengah merencanakan sesuatu untuk mengumpulkan mereka, Vania menenangkan diri sendiri. Meski, di detik berikutnya, Vania sangat meragukan pemikirannya sendiri.

Saat mencapai gedung serba guna itu, sudah ada begitu banyak murid kelas lain terkumpul berbaris rapi, meski kini terlihat gurat khawatir yang coba disembunyikan di sana. Nampaknya, setidakpeduli apa pun mereka pada urusan orang lain, masih ada perasaan takut jika yang mendapat bahaya adalah diri mereka sendiri.

Setelah dipastikan seluruh murid dan guru masuk ke dalam gedung, pintu yang terbuat dari beton berukuran dengan tinggi dua meter dalan lebar satu meter lebih itu diturunkan, untuk menutup satu-satunya akses keluar-masuk gedung.

Tuas besi yang berada di dinding sebelah pintu diturunkan. Vania memilih berbaris di paling belakang, melihat dari balik punggung, pintu beton yang berderak perlahan saat turun, hingga cahaya dari luar sedikit demi sedikit menipis, lalu semuanya gelap. Lampu besar gedung segera dinyalakan. Namun, tidak ada yang berinisiatif berbicara hingga keheningan mengisi gedung untuk beberapa lama. Seakan, setiap orang masih mencoba menarik napas dalam-dalam setelah beberapa menit berada dalam ketegangan.

Mata Vania berkeliling setelah berhasil mengatur napas. Para murid telah menjadi lebih tenang, sedangkan guru-guru mencoba menghubungi bantuan dengan ponselnya. Ada yang memastikan apakah memang terjadi kebakaran, ada juga yang ingin memanggil nomor pemadam kebakaran. Vania menautkan alis bingung. Itu berarti, alarm kebakaran ini memang menyala. Bukan ulah seorang guru untuk melakukan sesuatu.

Apa mungkin Vania telah melewatkan tanda kebakarannya, atau memang … ada seseorang di balik kejadian alarm kebakaran ini?

“Apa kebakaran benar-benar terjadi? Aku tidak melihat sumber api di mana pun selama berlari.” Celetukan salah satu murid menuai balasan persetujuan dari murid lainnya. Bisik-bisik terdengar. Tuduhan dan kemungkinan digumamkan. Para guru mulai menyadarinya dan segera berdiskusi.

Vania kembali memandang sekitarnya. Dari apa yang ia dengar dari percakapan murid lain, tidak ada siapa pun di antara mereka yang melihat sumber api atau pun asap yang menguar dari gedung sekolah. Hingga, sebuah pertanyaan lain muncul dalam benaknya.

Lalu, mengapa alarm kebakarannya berbunyi?

Vania cukup yakin, seluruh fasilitas di sekolah ini berfungsi dengan baik. Setiap tahun, semua fasilitas diperiksa oleh teknisi handal. Sekolah sama sekali tidak pelit untuk membuat setiap murid di sekolahnya nyaman. Menghadiahi setiap murid dengan fasilitas lengkap adalah salah satu alasan mengapa sekolah ini menjadi sekolah terbaik. Jadi, kejadian kesalahan teknis seperti ini baru pertama kali terjadi.

Atau, sebenarnya, ini memang bukan karena sebuah kesalahan teknis. Mungkin, memang ada seseorang yang menyalakan alarm-nya.

Namun, siapa?

Kepala Vania refleks menoleh ke depan saat seorang pria dengan setelan kemeja rapi dan rambut klimis berjalan menuju podium. Itu Pak Yudhistira. Umurnya masih awal empat puluhan. Namun, dengan kerutan dalam di dahi, juga mata yang memancarkan kegeraman bagai api membara, membuatnya terlihat lebih tua, kolot, dan keras kepala. Mulutnya turun dua senti hingga terkesan bahwa dia adalah guru galak--ah, sebenarnya bukan terkesan, tapi dia memang guru yang galak.

SAY NO! Où les histoires vivent. Découvrez maintenant