MINERVO 12 : Kembalinya Kedamaian Kota

614 57 5
                                    

Wanita itu melirik Paul

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wanita itu melirik Paul. "Aku yakin sekali, teman-temanmu telah terusir dari kota ini kemarin malam, tapi mengapa yang satu ini masih ada di sini?"

Tersenyum, Jeddy mengalungkan lengan kanannya ke leher Paul dan ia menjawab pertanyaan wanita itu dengan santai, "Yah, apa pun alasannya, pasukanmu mungkin tidak mampu mengusir temanku yang satu ini, bisa dibilang," Jeddy terkekeh,"Kambing Gila tidak ada apa-apanya bagi temanku ini."

Mendengar kebohongan itu membuat wajah Paul terlihat jengkel. Tapi Paul mencoba mengikuti arus agar kebohongan yang diciptakan Jeddy dapat menaklukan wanita bergaun merah itu. Dan akhirnya, walau terpaksa, Paul berusaha menyunggingkan senyuman kecil, agar kebohongan Jeddy terlihat meyakinkan.

"Bagiku! Kambing Gila tidak lebih seperti gerombolan kambing lemah yang dagingnya bisa dimangsa kapan saja!" ucap Paul dengan tersenyum miring. Jeddy tertawa renyah mendengarnya, dia senang akhirnya Paul mau bekerja sama untuk membohongi wanita tersebut.

Menggigit bibir bawahnya, wanita itu tampak kesal, dia termakan tipuan dari Jeddy. Padahal kenyataannya, Paul hanyalah seorang pendatang di kota ini. Tapi wanita itu tidak mengetahuinya, dan dengan bodohnya langsung percaya pada kata-kata mereka. "Kau bilang kami hanyalah gerombolan kambing lemah yang bisa dimangsa kapan saja? Untuk ukuran bocah sepertimu, kau sombong sekali." Wanita itu tersenyum kecut pada Paul. "Tapi tenang saja, aku akan pura-pura tidak mendengarnya. Dengan syarat, kau harus ikut denganku. Sekarang. Ke suatu tempat."

Jeddy mendengus sebal sambil menodongkan pistol yang dipegangnya ke wanita bergaun merah itu, membuat wanita itu terkejut. "Hehehe! Maaf-maaf saja, tapi temanku ini tidak punya waktu untuk bertamasya denganmu," ucap Jeddy dengan tertawa-tawa kecil. "Tapi jika kau mau membawaku juga, aku akan mengizinkanmu."

Paul yakin sekali, pistol yang sedang dipegang Jeddy pelurunya sudah habis semua, tapi lagi-lagi orang itu berniat mengancam wanita bergaun merah dengan tipuannya. Benar-benar manusia yang menjengkelkan, begitulah menurut Paul terhadap kelakuan Jeddy.

"Eh!? J-Jeddy? Jangan main-main dengan benda itu, kau bisa membunuh Ibumu sendiri!" Wanita bergaun merah itu panik melihat Jeddy menodongkan pistol ke arahnya. "B-Baiklah! Aku akan membawamu juga! Jadi buang benda itu sekarang!"

Permintaannya dituruti, Jeddy pun membuang pistol itu ke sembarang arah. Kemudian, wanita itu mengalihkan perhatiannya ke Paul dengan muka gelisah. "Buang pistolmu juga! Aku tidak mau membawa orang yang bersenjata."

Dengan tenang, Paul mengangkat kedua tangannya, membuktikan pada wanita itu bahwa saat ini dia tidak membawa senjata apa pun di tubuhnya. Beberapa menit kemudian, akhirnya Paul dan Jeddy sudah duduk di dalam mobil limousine, di bangku paling belakang. Sementara si wanita bergaun merah itu duduk di bangku bagian tengah. Ketika dalam perjalanan, Jeddy dan Paul berbincang-bincang sampai suara tawa mereka mengganggu wanita bergaun merah itu yang sedang memejamkan matanya di kursi.

"Oi-oi-oi-oi, mengapa kau membawa kami ke sini?" Jeddy tersentak melihat sebuah gedung tinggi bertuliskan 'Markas Kambing Gila' setelah ia turun dari mobil limousine bersama Paul.

MINERVO ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang