MINERVO 92 : Tersedak

371 28 4
                                    

"Uhuk!" Elena terbatuk saat kelopak matanya dibuka

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Uhuk!" Elena terbatuk saat kelopak matanya dibuka. Saat sudah terbuka dengan lebar, Elena bisa melihat bahwa ada dua orang yang familiar di dalam kamarnya, sedang duduk di sisi-sisi ranjang, mengawasi dirinya yang tengah terbaring di ranjang. Elena tersenyum saat tahu kalau dua orang yang kehadirannya sempat buram, adalah Koko dan Paul. Mereka tampak seperti sedang menunggu Elena bangun dari tidurnya. Dan dugaan itu benar, Paul dan Koko terlihat gembira melihat Elena yang terbangun. "Paul?" Elena menggeserkan pantatnya ke tepian tembok dan membangkitkan dirinya untuk duduk di ranjang sembari menyandarkan punggung di tembok kamarnya. "Kau sudah pulang, ya? Lalu, di mana Cherry dan Naomi? Apa mereka pulang bersamamu?"

"Jangan katakan apa pun!" sergah Paul dengan muka yang serius. "Jangan katakan apa pun, Bu!"

"Eh?" Elena bingung saat mendengar omongan Paul yang cukup aneh. "Mengapa begitu?"

"Dari pada Ibu nyerocos tidak jelas! Lebih baik," Paul mengambil semangkuk bubur yang sudah tersedia di nakas dekat ranjang--itu adalah bubur buatan Koko yang merupakan makanan pertama yang ia buat dalam hidupnya, disertai dengan cara otodidak--dan Elena menerimanya dengan perlahan. "Makan ini!" kata Paul, melanjutkan kata-katanya. "Bubur ini masih hangat dan rasanya mungkin enak! Jadi cepatlah makan, Bu!"

Elena memegang mangkuk hangat berisi bubur yang masih panas, ia pun tersenyum seraya menatap muka Paul dan Koko. "Kalian perhatian sekali. Aku senang." Elena pun menyentuh sendok yang tersedia di atas bubur, dan ia pun mulai menggerakan sendok itu untuk mengambil segunduk bubur untuk dimasukkan ke dalam mulut. "Rasanya lumayan, siapa yang membuatnya?"

Koko, dengan malu-malu, mengacungkan lengan kanannya. "Itu... aku yang membuatnya. Aku senang kalau rasanya enak. Padahal... itu masih dalam tahap percobaan."

"Tahap percobaan?" Elena tersenyum mendengarnya. "Apa maksudnya itu?"

"Selama ini... aku belum pernah memasak apa pun, jadi, aku masih sangat asing dengan dunia dapur. Tapi... melihat Tante Elena sakit, aku tidak bisa berdiam diri saja. Hanya dengan air kompresan, menurutku... itu masih belum cukup. Jadi, aku mencoba memikirkan makanan yang biasa dimakan oleh orang yang sedang sakit. Dan... aku mengingat tentang bubur," Koko berhenti sejenak. "Tapi... aku tidak tahu bagaimana cara membuat bubur. Jadi... aku terpaksa melakukan percobaan untuk membuat bubur. Aku menuangkan ini, memasukan itu, mengaduk ini, mencairkan itu, hingga akhirnya, terciptalah bubur pertama buatanku. Dan sebetulnya... aku masih khawatir, aku takut buburnya tidak enak dan membuat demam Tante jadi tambah parah. Tapi setelah mendengar Tante Elena bilang rasa buburnya lumayan, aku jadi... sangat bahagia."

Koko menampilkan senyuman tipisnya yang begitu hangat pada Elena dan Paul, menunjukkan kalau dirinya saat ini benar-benar senang.

"Baik hati sekali kamu ini, Koko," Elena menelan bubur panas itu ke dalam kerongkongannya dengan tersenyum pada Koko. "Aku benar-benar berterima kasih padamu. Terima kasih banyak."

Koko mengangkat dua alisnya dengan kaget. "E-Eh? T-Tidak usah berterima kasih. Aku masih... belum pantas untuk mendapatkan rasa terima kasih dari orang lain. Karena usahaku... tidak sebanding dengan usaha orang lain. Aku tidak ada apa-apanya."

MINERVOWhere stories live. Discover now