MINERVO 112 : Sampai Jumpa Lagi

421 24 4
                                    

"Dasar laki-laki bajingan! Apa mulutmu itu hanya bisa mengucapkan kata-kata yang sama berulang kali, hah!? Dasar tidak berguna!" Lizzie sampai terengah-engah saat Paul terus mengatakan hal yang sama--meminta penawar racun--hingga dirinya dibuat ke...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Dasar laki-laki bajingan! Apa mulutmu itu hanya bisa mengucapkan kata-kata yang sama berulang kali, hah!? Dasar tidak berguna!" Lizzie sampai terengah-engah saat Paul terus mengatakan hal yang sama--meminta penawar racun--hingga dirinya dibuat kesal oleh itu. "Bukankah sudah kubilang, kalau kau seingin itu pada penawar racunku, jilatilah kaki-kakiku! Tapi kau sama sekali tidak mematuhi kemauanku! Jadi jangan salahkan aku kalau aku tidak memberikan penawar racunnya padamu!"

"Ini darurat," Akhirnya Paul mengucapkan kata-kata yang beda dari sebelumnya, membuat Lizzie cukup senang mendengarnya. "Jadi, berikan penawar racunnya padaku."

"Aku menolak!" Lizzie menyunggingkan senyuman tipisnya, tampak ingin bermain-main dengan Paul. Meskipun ini tengah malam, sinar rembulan menerangi wujud mereka. Membuat Lizzie bisa memandang ekspresi yang sedang Paul buat. "Aku sudah bilang, kan? Saat kita berhadapan di siang hari, aku pernah mengatakan bahwa aku tidak akan pernah sudi memberikan penawar racunku padamu. Jadi, sekarang pun sama, sampai kapan pun, aku tidak akan memberikannya." Lizzie langsung berjalan lurus sambil menyenggol pundak kiri Paul dengan sengaja. "Lagipula, aku sedang ada urusan lain. Aku tidak punya waktu untuk berhadapan dengan orang mesum sepertimu, dasar bajingan."

Lizzie terus melangkahkan kakinya untuk keluar dari pekarangan rumahnya, dia berniat pergi ke rumah Rara untuk melancarkan aksinya. Lizzie sudah tidak peduli lagi dengan keberadaan Paul, mau orang itu ada atau tiada pun, bukan lagi kepentingannya. Prioritas Lizzie saat ini adalah membunuh seluruh anggota keluarga Rara. Dan Lizzie pun tidak sabar ingin segera melakukannya.

"Berhenti di situ, Brengsek!" Paul tiba-tiba berteriak kencang dari tempatnya berdiri, membuat Lizzie menghentikkan langkah kakinya dan menengok ke belakang.

"Ada apa lagi? Mau menghajar wajahku lagi? Atau mungkin mau bertarung denganku? Hah... sebenarnya aku mau-mau saja. Tapi ini bukan waktu yang tepat, aku sedang sibuk dengan urusan lain, jadi...," Lizzie memelototi Paul dengan tajam. "... enyahlah!"

"Sudah kubilang, INI DARURAT!" Paul langsung mendatangi Lizzie dengan langkah yang gagah, tampak bersungut-sungut meminta pengertian dari gadis tomboi berambut oranye itu. "Nyawa temanku akan mati jika kau tidak memberikan penawar racunnya padaku! Aku tidak bisa membiarkannya begitu saja! Dia sangat berharga! Jadi cepatlah, berikan itu sekarang! Aku juga sama sepertimu! Sedang sibuk mengurusi hal yang penting! Karena itulah! Berikan penawar racunnya, agar kau dan aku bisa fokus pada urusan masing-masing!"

"Memangnya kau siapa, sampai berani mengatur-aturku!? Inilah yang kubenci dari seorang laki-laki, mereka selalu berlagak sok pemimpin dan penguasa! Tingkah mereka, benar-benar menjijikan! Laki-laki seharusnya jadi budak bagi para perempuan! Kalian semua, hanya makhluk hina saja!" Lizzie pun sedikit demi sedikit menampilkan seringaiannya kembali. "Lagipula, apa itu? Kau ingin menyelamatkan temanmu yang sedang sekarat terkena racunku? Hahaha! Aku tidak mengerti harus bilang apa lagi padamu, padahal sudah kubilang beberapa kali, bahwa temanmu itu, sudah tidak tertolong lagi! Mau kuberi milyaran penawar racun pun, hasilnya akan tetap sama! DIA SUDAH MATI!"

MINERVOWhere stories live. Discover now