MINERVO 97 : Pelayan Kedai

381 31 7
                                    

"Berani-beraninya kalian mendahuluiku! Brengsek!" Paul membentak Abbas dan Isabella setelah dirinya sampai di aula terbuka di lantai dasar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Berani-beraninya kalian mendahuluiku! Brengsek!" Paul membentak Abbas dan Isabella setelah dirinya sampai di aula terbuka di lantai dasar. Di sini suasananya cukup ramai, banyak pengunjung yang berlalu-lalang di tengah aula, meskipun begitu, mereka tidak berisik, sangat tenang dan tertib, hanya terdengar suara langkah sepatu saja yang mengetuk-ngetuk lantai. "Lagi pula, tidak perlu menungguku pagi-pagi begini! Aku tidak pernah bilang kita bakal berangkat pada pukul setengah enam pagi! Karena biasanya aku selalu berangkat pukul tujuh atau delapan! Dan kalian malah membuatku malu! Kesannya aku seperti orang yang telat di sini! Brengsek!"

Isabella dan Abbas--yang tengah duduk berendeng di kursi besi yang disediakan di tepian tembok aula--menolehkan pandangannya pada Paul yang baru datang, dan anehnya, lelaki itu malah memarahi mereka seakan-akan mereka berdua telah melakukan hal yang salah. Alhasil, Isabella menggeleng-gelengkan kepalanya sembari merespon ucapan Paul dengan nada yang menggoda.

"Ya ampun, kau ini ada ada saja, ya?" Isabella menyunggingkan senyuman tipisnya dengan kesan terheran. "Padahal kami sudah berusaha bangun lebih awal, karena kami telah terpilih untuk menemanimu ke Kota Barasta, dan tentu saja kami berjuang sekuat tenaga untuk bangun lebih pagi dari biasanya agar tidak mengecewakanmu. Tapi apa ini? Kau malah memarahi kami dengan begitu ganasnya? Seharusnya kami mendapatkan pujian karena bisa datang lebih awal darimu," Isabella mendecakkan lidahnya dengan tatapan datar. "Kalau kau masih saja seperti itu," Isabella menjilat bibirnya dengan penuh nafsu. "Aku akan menggigit tongkat yang menggantung di selangkanganmu itu, hingga tak tersisa."

Paul tersentak mendengarnya, sambil membayangkan alat vitalnya digigit oleh Isabella hingga patah, rusak, hancur, dan berdarah-darah. Paul cepat-cepat menggelengkan kepala dengan cepat, agar imajinasi mengerikan itu lenyap dari kepalanya. Ia pun langsung menoleh pada muka Abbas, untuk mendengar respon yang mungkin akan diberikan padanya. Tapi sayangnya, Abbas hanya diam dan diam, dengan memasang muka 'biasa saja' pada Paul. Alhasil, Paul kembali bersuara untuk membalas perkataan Isabella.

"Baiklah! Aku minta maaf!" kata Paul dengan blak-blakan meminta maaf pada mereka, membuat dua muridnya itu terkejut, terutama Isabella yang tidak pernah menyangka orang sekasar Paul bisa meminta maaf secara langsung pada orang lain. "Pokoknya aku berterima kasih karena kalian telah bersedia menemaniku berkunjung ke Kota Barasta!" Paul memandang muka Isabella dan Abbas, bergiliran. "Sekarang! Ayo kita berangkat!"

Paul langsung memandu Abbas dan Isabella untuk keluar dari area hotel. Dan sesampainya di teras hotel, Paul berseru pada mereka berdua, "Sebelum itu, kita harus sarapan dulu! Aku tahu kalian pasti belum sempat sarapan, kan!? Maka dari itu! Ayo kita mampir ke Kedai Colin!"

"Ah, sarapan, ya?" Isabella tersenyum tipis. "Kalau begitu ayo kita ke sana, sekalian juga," Isabella terkikik. "Aku ingin bertemu dengan orang yang bernama Colin." Isabella memasang muka penasaran. "Kira-kira seperti apa, ya? Dia itu?"

"Kurang lebih! Colin itu seorang pecundang! Pengecut! Tak berguna! Dan berisik!" jawab Paul dengan tegas, mendeskripsikkan kepribadian Colin pada Isabella--walau yang disebut hanya keburukannya saja.

MINERVO ✓Where stories live. Discover now