Bab 5 : Hamil ++

7.2K 296 28
                                    

*Ehem! Warning!*

"Berhenti main-main sayang."

Elias mengangkat wajah Sheinna dan membawanya ke atas lalu menciumnya lagi.

"Ini udah hampir pagi, aku nggak bisa lama-lama."

Elias tak bisa menahan dirinya saat Sheinna menggigit rahangnya.

"Na.."

"Ini buat satu minggu."

"Fuxk!" Elias mengumpat, lalu membalikan tubuh Sheinna hingga terlentang di bawahnya.

"Jangan salahin aku, kalau selesai ini kamu susah jalan." Ancam Elias, dan Sheinna langsung menegang dan menelan ludah kasar.

Elias masih mengurung Sheinna diantara kakinya, lalu ia meraih kotak di atas laci dan mengeluarkan alat kontrasepsi dari sana.

"Setelah menikah, aku nggak perlu pakai ini lagi."

Sheinna langsung merebutnya tersebut dan membukanya, dengan tatapan gelapnya Elias memperhatikan Sheinna memasangkannya.

"Kenapa malam ini kamu jauh lebih cantik dibanding malam-malam sebelumnya?"

"Berhenti bicara Elias, waktu kita nggak banyak." balas Sheinna.

Akhirnya mereka menutup hari yang memuakkan dan melelahkan dengan penyatuan yang mendamaikan.


🔥

Elias membuka matanya karena terusik dengan suara berisik. Ia melirik ke sebelahnya dan Sheinna sudah tidak ada di sampingnya. Elias melihat ke arah jam dan masih jam 6 pagi.

"Aww!" teriak Sheinna.

Sheinna mengusap lututnya yang terbentur meja.

"Ngapain sih Na?" tanya Elias dengan suara parau.

"Kamu udah bangun El, ini lagi siapin keperluan kamu buat ke New York." jawab Sheinna seraya berjalan masuk ke wardrobe.

Elias bangkit dan mengintip.

"Ini masih jam 6, sini balik ke kasur. Biar itu Ed yang urus!" teriak Elias.

"Nggak mau! Biar aku aja!"

"Banana..."

Jika sudah memanggilnya seperti itu, tandanya Elias mulai kesal. Sheinna mencebik lalu meninggalkan kopernya dan berjalan menghampiri Elias.

"Masih bisa jalan ternyata." Goda Elias, tapi Sheinna tak menanggapinya dan naik ke atas tempat tidur.

"Padahal aku mau beresin keperluan kamu selama di sana, kurang perhatian apa lagi coba aku?"

"Iya aku tau, calon istri yang baik." Elias mengecup dahinya.

Mereka berdua berbaring di atas tempat tidur saling berhadapan. Elias sangat mengagumi bagaimana Sheinna yang terlihat begitu cantik meski baru bangun tidur. Wajahnya begitu bercahaya dengan pipi merah dan bibir merekah.

"Kenapa liatin aku kaya gitu?"

"Cantik."

"Basi."

"Cantik kamu nggak pernah basi."

Sheinna mengangkat sebelah alisnya seraya menahan senyumnya.

Siapa yang tidak senang dipuji cantik? Terutama oleh seseorang yang kita cintai, dan dipuji cukup sering. Bahkan dalam keadaan wajah bengkak sehabis menangis pun Elias tetap memuji kecantikan Sheinna.

"Sengaja bilang cantik biar aku ngerasa baik-baik aja. Tapi jujur El, berat banget rasanya ditinggal seminggu doang." Sheinna merengek seraya mendekatkan tubuhnya meringkuk dalam dekapan Elias.

I Love You, More! [Completed]Where stories live. Discover now