Bab 16 : Garis Takdir

3.9K 224 43
                                    

Sheinna berjalan terhuyung, tangannya yang dingin digenggam erat oleh D. D membawanya keluar dari Hotel, kemudian ia membawa Sheinna masuk ke dalam mobilnya.

Elias berlari di belakang mereka, mengejarnya. Dia bahkan nekat menghadang mobil mereka yang akan melaju, agar mereka tidak pergi.

"Na, dengerin aku dulu!" Pekik Elias, sambil menggedor kaca jendela.

Sheinna tidak mau melihatnya, ia menyembunyikan wajahnya di dada D. Sambil terisak, menangis.

"D, buka pintunya! Aku harus bicara sama Sheinna!" Semakin erat dipeluknya Sheinna oleh D.

D meminta supirnya untuk pergi saja, dan menghiraukan Elias. Tapi Elias terus berlari mengejar mobilnya itu sampai langkahnya pun terhenti, karena saat gerbang hotel itu terbuka, wartawan sudah berkerumun di sana.

Elias kembali berjalan masuk ke dalam hotel, ia tidak tahu kalau hal ini akan terjadi tepat di hari pernikahannya. Elias begitu sangat marah, dan kesal pada dirinya sendiri. Ia begitu menyesal, amat sangat menyesal.

"El.." Elias berhenti melangkah, ia menoleh ke arah Ayahnya yang berjalan mendekat.

"Ayah pasti senang melihatku seperti ini." Ujar Elias kemudian ia membuang muka.

"Ayah merasa menyesal El. Ayah pikir semua ini salah Ayah." Chas berkata dengan suara bergetar, ia bahkan tidak sampai hati menatap anaknya yang terlihat menderita.

"Bagus kalau Ayah sadar." Elias berjalan mendekati Chas. "Kalau saja dulu Ayah tidak mengusir Elena dan Ibu, lalu ikhlas menerima keadaan mereka, mungkin semua ini tidak akan terjadi. Aku tidak perlu membawa Jayden menjauh dari Elena dan berakhir bertemu dengan Sheinna. Semua salah Ayah!" teriak Elias di hadapan Ayahnya.

"Berhenti nyalahin dia, Om!" sergah Jayden yang berjalan menghampiri mereka.

"Jangan ikut campur urusan orang dewasa!" Elias membentaknya.

"Mana orang dewasa? Aku tidak melihat orang dewasa di sini?!" Jayden balas membentak Om nya.

Jayden sudah muak dengan Om nya, dia juga sudah muak dengan keadaan keluarganya. Dia kira cukup sudah untuk menahan segala keresahan yang selama ini ia rasakan. Jayden sudah terbawa oleh suasana.

"Apa itu sikap orang dewasa? Menyalahkan kebodohannya karena keadaan? Apa itu salahnya, yang membuat Om memilih pergi bersama wanita lain saat Om sudah punya Sheinna di samping Om?" Jayden menyerang Elias.

"Dan juga, apa itu sepenuhnya salah Ibu, kalau dia hamil dan merusak reputasimu, Kek? Dan kenapa kau kembali karena merasa menyesal? Apa itu karena Nenek yang meninggal dengan serangan Jantung?" kini dia menyerang Chas.

Jayden berhenti mengambil jeda untuk bernapas.

"Apa begini cara orang dewasa hidup? Dengan menyalahkan satu sama lain? Apa kalian tidak pernah berpikir kalau tidak ada hal yang benar-benar salah di sini?"

Elias terdiam, begitu juga dengan Chas. Mereka seharusnya malu dengan perilaku mereka.

"Cobalah bersikap layaknya orang dewasa, bukan pura-pura menjadi dewasa. Belajar memaafkan dan berhati-hati dalam mengambil sikap."

Jayden kemudian pergi meninggalkan mereka. Anak yang belum genap berusia 17 tahun itu berani mengajarkan tentang apa itu sikap dewasa yang sesungguhnya.

Sheila yang bersembunyi di balik pilar, kemudian berjalan menghampiri Jayden dan menepuk bahunya seraya mengacungkan kedua jempolnya dengan bangga.

"Aku akan menemui keluarga Sheinna." Itu yang Elias katakan, sebelum ia berjalan pergi meninggalkan Chas sendirian.

I Love You, More! [Completed]Where stories live. Discover now