Bab 6 : Yakin

5.3K 253 20
                                    

"Bagaimana hasilnya?" Tanya Emma saat Sheinna keluar dari kamar mandi.

Sheinna dengan enggan mengiyakan permintaan Emma untuk melakukan tes kehamilan. Sheinna yakin dirinya tidak mungkin hamil, karena mereka selalu bermain dengan aman.

"Kenapa murung begitu? Kau benar-benar hamil?" Emma berjalan mendekati Sheinna. "Sudah kubilang, kau pasti hamil." Emma merebut tes kehamilan itu dari tangan Sheinna.

Sheinna mendengus lalu ia berjalan melewati Emma dan menjatuhkan tubuhnya ke atas tempat tidur.

"Tidak hamil?" Emma terlihat kecewa saat melihat tes kehamilan tersebut.

Tentu saja, Sheinna tidak mungkin hamil. Tidak akan pernah hamil.

"Hah, kau harus berusaha lebih. Aku yakin Elias akan sangat bahagia kalau kau hamil." Emma melempar alat tes tersebut ke dalam tempat sampah. Lalu ia duduk di sebelah Sheinna di atas tempat tidur.

"Aku tidak mau hamil." Jawabnya lemah.

"Belum, kau belum mau." Emma menjatuhkan tubuhnya, kini ia terlentang menatap langit-langit.

"Dulu, aku sama sepertimu. Aku tidak mau hamil, aku masih ingin melakukan banyak hal. Bahkan aku dan Nick sempat bertengkar hebat."

Sheinna memposisikan tubuhnya mengahadap Emma, ia menopang kepalanya dengan tangan dan mendengarkan cerita Emma dengan penuh perhatian.

"Aku besar dengan keadaan yang cukup miskin, aku belajar keras hingga bisa mendapatkan beasiswa. Hidupku benar-benar berat Na, aku harus mencari pekerjaan paruh waktu untuk memenuhi kebutuhan yang tidak dibayarkan beasiswa."

"Kemudian kau bertemu Nick." tebak Sheinna, namun tebakannya kurang tepat.

"Aku satu jurusan dengan Elias, dia satu-satunya temanku dan dia yang selalu menolongku saat aku mengalami kesusahan."

"Setelah itu kau bertemu Nick." tebak Sheinna lagi dan Emma mengangguk.

"Ketika liburan, Elias mengajaku ke rumahnya. Lalu aku bertemu tetangganya yang menyebalkan, Nicky. Dia selalu menggodaku dan mengejek caraku berpakaian."

"Buruk?" Sheinna menyeringai.

"Bagi sebagian orang dan Nick mungkin juga dirimu, iya. Tapi bagiku tidak." Emma menaikan bahunya. "Aku mencintai kaos polos dan celana jeans yang kupakai sampai lusuh. Aku tidak berdandan dan aku tidak peduli komentar orang lain."

"Benar-benar buruk." timpal Sheinna sambil tertawa. Dan kemudian Emma juga ikut menertawai dirinya.

"Intinya, hidupku cukup berat dan miskin juga buruk rupa. Tapi aku beruntung memiliki otak yang pintar."

Sheinna mengacungkan jempolnya.

"Aku terjebak hidup dengan 2 pria ini dan Nick tidak memberiku kesempatan untuk melarikan diri. Semakin jauh, aku semakin terikat dan tidak bisa lepas."

"Karena kau mulai mencintainya." timpal Sheinna.

"Ya dan Tidak."

Sheinna mengernyitkan dahinya.

"Aku memang mencintainya, tapi aku jauh mencintai diriku. Aku sudah bilang itu padamu."

"Tapi kini kalian menjadi sepasang suami istri dan kalian akan memiliki anak, kembar 3."

"Nick menjebakku, dia membuatku hamil dan mau tak mau aku setuju menikahinya. Nick itu licik. Aku marah padanya, dan kita bertengkar hebat. Sampai akhirnya kita berbicara baik-baik dan menemukan kesepakatan."

Sheinna kemudian tertawa terbahak-bahak. Seketika ia teringat dengan Ibunya. Ibunya selalu meminta Elias menghamili Sheinna jika Sheinna tidak mau menikahinya. Bedanya, Elias tidak melakukannya, Elias sangat menghargai keputusan Sheinna. Berbeda dengan Ramon, suami Sheryl yang melakukan hal tersebut hingga akhirnya mereka berdua menikah. Dan ibunya bangga. Bangga anaknya hamil di luar nikah.

I Love You, More! [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang