Bab 18 : Elias

3.7K 275 38
                                    

Aku akui semuanya memang salahku yang terlalu egois. Tapi dalam hidup menurutku, jika tidak egois maka aku tidak akan berhasil. Bagiku, kehidupanku jauh lebih penting dari apapun, termasuk orang-orang yang terlibat di dalamnya.

Aku yakin, jika ada orang lain yang berada di posisiku mereka tidak akan sekuat aku. Masa kecil yang tertekan, masa remaja yang sulit, hingga saat dewasa aku selalu dikhianati orang yang aku percaya. Tapi aku tetap berdiri tegar, dan tidak mau menjadi pria lemah, lantas menjadi goyah. Untungnya aku memiliki mimpi yang tinggi, yaitu keluar dalam keadaan terpuruk itu. Caranya? Ya, cara yang salah menurut kebanyakan orang, orang yang hanya tahu hasil yang aku dapat, bukan proses yang aku lakukan. Tidak peduli dengan mereka, ini hidupku! Aku hidup untuk merawat kakak-ku yang sakit dan keponakanku yang selalu membuatku jengkel, bukan untuk mereka.

Keteguhan itu begitu kuat, sampai akhirnya wanita itu datang. Iya, Sheinna datang dan menghancurkan setiap rencana yang sudah kurencanakan dengan matang. Awalnya aku pikir dia akan sama dengan wanita-wanita yang lain, tapi ternyata salah. Dia berbeda! Dia datang dengan rencana untuk menghancurkan dinding pertahanan diriku yang kukira sudah aku buat dengan kokoh dan tidak akan rubuh. Tapi nyatanya, kini aku malah hancur tak tersisa.

Karenanya aku menjadi luluh, perlahan dia menghancurkan sikap Arrogansiku, kemudian Egoku, dan Dendam yang selama ini aku kira sudah menguasaiku. Kedatangan Sheinna dalam kehidupanku menjadi perantara Tuhan agar membuatku menjadi sadar.

Apa aku lantas menjadi marah dengan keadaan yang berubah drastis ini? Tentu saja iya. Saat aku memandangnya dari satu sudut pandang, tapi setelah aku coba menilai dari sudut pandang lain, ternyata ini tidak buruk. Sheinna datang, dan menghentikanku menjadi pria jahat tak berperasaan. Dia berhasil membuatku mau berdamai dengan diriku, dan aku sadar bahwa ternyata pengaruhnya begitu kuat bagiku.

Sebagai pria yang sedang mencoba memperbaiki diri, rasanya ujian demi ujian yang datang itu begitu berat. Jangan dikira berdamai dengan diri sendiri itu mudah, cukup sulit saat kalian mempraktekannya. Menahan Ego adalah yang paling sulit, pasalnya itu sudah menjadi passion untuku. Elias dan Egonya sudah menjadi karakter yang kuat,  begitulah selentingan yang sering aku dengar.

Karena keegoisanku dan sikapku yang seenaknya, sempat sekali aku kehilangan Sheinna dan aku pikir itu akhir dari segalanya. Tapi beruntungnya aku memiliki keponakan yang super dewasa, dia selalu menasihatiku agar meredam ego dan pergi menemuinya untuk meminta maaf dengan kesungguhan hati. Dan benar saja, cara itu berhasil.

Sebagai Om-nya, aku merasa bangga sudah mendidik Jayden dengan baik.

Sekarang setelah kesalahan fatal yang sudah aku perbuat lagi, aku akan kembali melakukan saran yang diberikan Jayden, dengan datang menemuinya lagi dan meminta maaf lagi. Aku akan menjelaskan segalanya, semuanya dan berjanji tidak akan melakukannya lagi. Aku akan melakukan apapun, agar Sheinna memaafkanku. Sungguh, aku tidak mau kehilangannya lagi, apalagi membayangkan Sheinna yang pergi dan memilih Dean sebagai pasangan hidupnya.

Tidak! Itu tidak akan pernah terjadi. Aku yakin Sheinna akan kembali, dia selalu kembali padaku. Dia sudah menjadi istriku dan selamanya menjadi istriku.

Aku segera menyiapkan makan siang yang sudah selesai aku masak keatas piring dan menyusunnya dengan rapih. Oh, sialnya! Jantungku terus berdebar kencang, membuatku menjadi semakin panik saja.

Suara tawa Sheinna semakin terdengar kencang di telingaku, aku menoleh ke arah lorong dapur dan benar saja Sheinna dan Odite sedang berjalan ke arahku.

"Sialan! Kenapa harus kesini sih?" Aku berjalan mundur lalu berjongkok dan bersembunyi di dekat bak cuci piring.

"Loh ini makanan buat kita?" tanya Sheinna.

I Love You, More! [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang