ii

2.1K 265 10
                                    

A/N: italic disini bisa jadi suaranya Joy/Irene.

***

Irene menyukai kerapihan. Dia menyusun segala sesuatu berurutan mulai dari nomor, guna, ukuran, hingga warna. Catatan tugasnya ditulis dengan sangat rapih dan lengkap, hampir sama lengkapnya dengan buku ensiklopedia. Ia juga suka membuat jurnal harian, sebagai pengingat dan penanda pencapaian kecilnya.

Dia juga sangat bersih. Ia selalu membawa tisu basah, pembersih tangan, dan masker di tasnya. Tidak heran ia selalu membawa tas besar ketika keluar-bahkan saat sedang berkencan yang selalu berakhir di pundakku karena tidak tega melihat tubuh kecilnya membawa barang berat. Dia juga suka memunguti sampah berserakan di trotoar yang awalnya membuatku merasa tidak nyaman dengan memunguti sampah hingga berakhir menjadi kebiasaan untuk diriku juga.

Aku masih ingat balasan ketika menyakan kebiasannya memunguti sampah. Aku ingin melakukan kebaikan sebanyak mungkin sebelum meninggal dan menjaga lingkungan jadi awal yang mudah bukan?

Tapi yang kutemukan sekarang sangat berbeda.

Kondisi kamarnya kacau, gelap, dan berantakan. Buku bukunya berserakan di lantai. Alat tulis yang ia banggakan berserakan. Semua frame foto dan lukisannya berjatuhan. Cheese ball kesukaannnya yang berserakan mulai dikerumuni semut dan ada pecahan beling disana.

Sedangkan Irene-dia tidak kalah kacau dari kamarnya. Rambutnya yang diurai terlihat acak acakan, hidungnya merah, sorot matanya kosong keluar jendela, matanya bengkak dan sembab-sebagai tanda akan banyaknya air mata yang sudah mengguyuri wajah gadis itu.

Orang tua Irene bercerai, ia tinggal bersamaku sekarang dengan ibunya di apartement.

Irene sangat menyayangi kedua orang tuanya, lebih dari apapun. Tanpa perlu bercerita, aku pun sudah tahu. Ia memang tidak pernah mengatakannya langsung kepadaku, tapi sorot mata dan cara bicaranya ketika menceritakan kegilaan kegilaan kecil dirumahnya seakan memberitahuku betapa sayang dan bangganya ia memiliki kedua mereka. Tapi sekarang ia tidak akan memilikinya lagi.

Ia tidak akan lagi mendapatkan kecupan hangat setiap ayahnya pulang kantor. Ia tidak akan membangunkan ayahnya diam diam untuk membuat kejutan di hari ulang tahun ibunya. Tidak akan ada lagi aksi pencurian kukis coklat yang baru ia panggang oleh kedua orangnya. Tidak akan ada lagi perselisihan kedua orang tuanya yang berujung dekapan antara mereka bertiga.

Oh, bahkan mengingatnya saja sakit.

Padahal aku hanya mendengar dan meresapi cerita manis keluarga gadis itu, apalagi Irene yang berada diantaranya?

Dia menolak untuk makan setelah sidang perceraian. Dia belum memakan makanan apapun selain tteokbokki selama disini. Kegiatannya sekarang hanya duduk di window bay dan menatap keluar jendela kamar seharian tanpa bergerak sedikitpun.

Tiga hari setelah perceraian, Irene ditemukan pingsan di kamarnya. Kami segera membawanya ke rumah sakit untuk penangan medis. Menurut perawat yang berjaga, kita tidak perlu khawatir. Tidak ada tanda tanda usaha menyakiti diri atau overdosis obat, dia hanya dehidrasi dan kesulitan bernapas.

Tapi tidak menurut dokter.

Pada saat itu, semua dokter yang berjaga seketika panik melihat keadaan Irene. Mereka semua terus mengatakan "tidak mungkin" satu sama lain. Aku melihat itu dengan jelas, meskipun mereka semua mengatakan "semua akan baik baik saja".

Lima hari setelah masa perawatan dan pengecekan, kami menemukan sesuatu yang langka.

Jika langka identik dengan kata indah dan harus dilindungi, hal ini tidak berlaku dengan kondisi Irene.

Aku menahan nafasku kuat kuat. Seberusaha mungkin tidak terdengar dengusan, lirihan, dan isakan sekecil apapun. Kedua mataku kututup rapat rapat, berdoa yang kudengar tadi adalah hal yang salah dan ini semua hanya mimpi buruk yang kelewat buruk.

Percuma, ini semua kenyataan.

Hal yang kudengar dari Joy beberapa menit yang lalu bukanlah delusi. Hal yang kulihat sekarang bukan ilusi. Semua yang aku hadapi sekarang adalah realita.

Realita paling pahit yang pernah ada.

Semua tes telah dijalani. Dari ECG, Echokardiogram, Scan, MRIsemuanya telah kami coba dan hasilnya masih sama. Tidak ada perubahan. Seperti mimpi buruk yang menjadi nyata.

Hanya 50 orang dari 1 juta populasi.

Ketidakmungkinan yang menjadi nyata.

God, aku benci realita ini.

Tapi Irene lebih benci.

Aku hancur.

Tapi Irene lebih hancur.

Kanker jantung.

Before You Go ✔️Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu