viii

1.1K 158 15
                                    

Hal pertama yang kulakukan setelah menaruh box berisi barang barang milik Irene di atas kasur adalah menatap papan berukuran besar yang sengaja diletakan tepat berhadapan dengan kasur rawat yang akan Irene tempati mulai hari ini. Sepertinya pihak rumah sakit sengaja menaruhnya di setiap bangsal khusus penyakit kanker.

Mulai hari ini, Irene resmi di rawat inap di salah satu rumah sakit swasta berkelas internasional yang pada awalnya kukira tidak akan menerima pasien dengan kondisi langka seperti Irene. Tapi nyatanya, kondisi langka Irene malah mengundang para petinggi dan professor dari rumah sakit tersebut untuk meneliti sekaligus menyembuhkan penyakit yang Irene derita.

Dalam istilah kasarnya, drugs trial. Dan ya, Irene menjadi bahan percobaan obat.

Kita semua menolak mentah mentah tawaran itu pada awalnya. Dipikiran kami saat mendengar kata drugs trial tidak jauh dari kelinci lab yang disuntik berbagai macam cairan yang belum tentu berbuah baik. Apalagi untuk seorang pecinta film aksi mutan sejati sepertiku. Kepalaku tidakbisa berhenti membayangkan kekuatan super macam apa yang akan ia miliki.

Yah, aku memang terlalu banyak menonton Deadpool dan X-men.

Namun setelah mempertimbangkan kesempatan, lokasi, finansial, dan kesehatan Irene sendiri, akhirnya kami menyetujui program drugs trial tersebut. Toh ini rumah sakit mewah bertaraf internasional yang tidak bisa pungkiri kinerja dan eksistensinya. Jika suatu hari terjadi hal hal yang tidak diinginkan, tidak akan sulit membawa kasusnya ke meja pengadilan.

Dan yang lebih menggiurkan lagi, program ini 100% dibiayai sponsor.

Meskipun Irene berasal dari keluarga mampu dan adiknya sendiri, Joy, adalah artis berpenghasilan besar, tidak bisa dipungkiri biaya yang harus dikeluarkan untuk treatment dan pengobatan Irene benar benar menguras kantong. Terlebih dengan kondisinya yang langka membuat segalanya semakin membutuhkan biaya lebih.

Biaya satu paket treatment dan pengobatan Irene sebanding dengan harga apartment mewah di Pyeongchang, by the way.

Jadi tidak aneh kan mengapa segi finansial sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan beresiko ini?

"bahkan dari pewangi ruangannya pun aku sudah merasakan dollar berterbangan disini." celetuk Joy saat masuk kedalam ruang inap dengan koper silver di tangan kirinya.

Ia kembali membuka mulutnya, "aku yakin pewangi ruangan mereka seharga parfum Jo Malone."

"ku akui rumah sakit ini sangat mewah dan mahal," ucapku sembari mengingat lampu kristal berukuran besar yang menyambut kami di lobby tadi, kutebak harganya pasti miliyaran. "tapi bukannya artis sepertimu seharusnya sudah biasa dengan kemewahan tingkat sultan seperti ini?"

Joy mendesis, "memang benar. Hanya saja untuk kali ini aku tidak bisa menahan diri. Aku tidak pernah menginjakan kaki di tempat yang memiliki atmosfer kekayaan dan kemewahan sebesar tempat ini."

Mata bulat Joy kini jatuh pada papan yang sedari tadi menjadi objek pandangku. Wanita itu seketika mengantupkan bibir berpoles liptint merahnya dan menatap nanar papan tersebut.

"itu papan yang sama seperti di mading sekolah bukan?" cicit Joy.

"melihat dari bahan dasar, tipe, dan ukuran yang dipakai, aku bisa berkata demikian." tapi yah, tidak ada sekolah yang menggunakan papan mahal ini sebagai alas mading.

Wanita itu terkekeh miris. Aku dapat mendengar suara isakan tertahan dari mulutnya. "Irene sangat menyukai menghias mading, kau tahu? Makanya dia mengikuti ekskul mading di sekolahnya, dulu."

Before You Go ✔️Where stories live. Discover now