xiii

752 117 4
                                    

"tidak apa apa, lagipula bukannya aku tidak pernah memintamu datang setiap hari?"

Well, damn. Ucapan Irene via telfon barusan berhasil membuat nafasku melengos keluar begitu beratnya. Ya, berat. Sama seperti aku yang tidak bisa menemui Irene selama satu bulan kedepan.

Dasar ujian sialan. Jika saja ujian itu tidak penting, aku akan jauh lebih memilih melengos ke rumah sakit menemui Irene daripada bertatap muka dengan lembaran soal ujian itu.

"jahat sekali. Memangnya satu bulan kedepan siapa yang akan menemanimu treadmill? Siapa yang akan menemanimu fisioterapi?" ucapku mencerocos padanya.

"Suster Emma?"

Aku melenguh nafas kesal, "astaga, Rene. Apa kau tidak menyadari betapa old fashioned Suster Emma? Semua jokes yang keluar dari mulutnya adalah dad jokes yang dia salin dari penghuni kamar sebelah atau mungkin 9gag."

"tidak kah kau menyadari betapa bersinar like a sunshine keberadaanku disisimu?" imbuhku penuh kekesalan.

"well, kau tidak sebersinar Hoseok, Tae. Keep dreaming."

Pernyataan Irene barusan langsung mengundang gelak tawa dari teman temanku yang memang sengaja menguping pembicaraanku dan Irene melalui fitur loudspeaker ponselku. Semua teman temanku tertawa-termasuk Hoseok yang sempat menjadi topik pembicaraan kami. Senyum dan aura cerah lelaki itu memang bersinar terang. Apalagi saat menertawakanku seperti ini.

"well, jika Hoseok adalah sunshine, kau pasti moonlight, Tae." ucap Namjoon berbisik sembari membenarkan bingkai kacamatanya.

Harapanku naik seketika. Namjoon adalah orang paling pintar sekaligus paling bijaksana di antara segelintir teman temanku yang tingkat kewarasannya di bawah rata rata. Yah, meskipun terkadang Namjoon kewarasannya tengkurap pun, at least his IQ 148 won't lie.

"kenapa?" ucapku penuh pengharapan, berharap pria itu akan menyiramiku dengan berparagraf paragraf kalimat motivasi diri.

"karena bulan mencuri sinar dari matahari." dan-tawa itu kembalik tergelak geli. Menertawaiku bersamaan dengan hatiku yang terinjank injak.

Aku menatap teman temanku malas, "well done, guys. Well done." aku kembali menempelkan ponselku ke samping telinga dan mendapatkan SUARA IRENE YANG IKUT MENERTAWAKANKU?

"kalian semua jahat sekali." ucapku mencibir.

"jangan terlalu kau pikirkan, Tae. Lagipula aku suka moonlight, meskipun sinarnya dicuri dari matahari, tapi rasanya berbeda. Lebih lembut dan nyaman. Persis seperti kau." ah, inilah kata kata yang perlu aku dengarkan pada detik ini.

Bukannya mendengarkan suara tawa teman temanku yang dibarengi dengan desisan yang mengatakan aku warewolf.

"satu bulan bukan waktu yang lama, kok. Joy saja hanya bertemu dengan Sungjae hampir tiga bulan sekali."

Aku mendesis, "mereka kan idol, wajar kalau begitu. Sedangkan kita? Hanya pelajar akhir tahun. Lagipula mereka pun masih memegang ponsel 24 jam. Sedangkan aku kedepan? Bisa menyentuh saja bersyukur."

"jangan berlebihan, Tae. Lagipula kurasa ini saat yang tepat untuk mendapatkan teman di rumah sakit." suara Irene terdengar bersemangat dan penuh harapan. "kemarin aku lihat ada anak laki laki yang keluar dari kamar di ujung. Guess, I'm gonna make friend with him."

Dahiku mengkerut, "laki laki?" aku kembali membuka bibirku, "don't you even dare cheat on me."

"siapa yang mau coba?" tawa manis Irene kembali mengalun di loudspeaker ponsel. Ia terkekeh pelan, "kututup, ya. Jangan lupa belajar. Aku akan menceritakan semua yang terjadi pada satu bulan kedepan kalau ujianmu sudah selesai."

Before You Go ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang