iv

1.5K 207 3
                                    

Hari ini tidak ada bedanya dengan hari kemarin. Matahari bulan Juli masih memanasi seluruh kota. Semua orang menggunakan pakaian musim panas terbaik mereka. Tabir surya seakan menjadi bagian baru di kulit semua orang. Omzet penjualan ice cream dan minuman dingin seketika naik drastis. Dan langit biru cerah tanpa awan seakan mengajak semua orang bersuka cita menyambut musim panas tahun ini.

Semua orang terlihat bahagia, terkecuali aku.

"sudah ada peningkatan?"

"sayangnya belum." ucap Joy dari ujung telfon. Suaranya terdengar frustasi, "Kami juga belum menemukan rumah sakit yang bersedia merawat Kak joohyun, mereka semua menolak mengobati penyakit itu."

Aku kembali mendengus kasar.

Kanker jantung bukanlah hal yang biasa di dunia medis. Keterbatasan informasi, tenaga kerja, dan research membuat Irene-ku semakin menderita. Selang lima hari setelah hasil scan MRI terakhirnya keluar-sekaligus hari terakhirku melihatnya-ia masih belum di rawat atau ditangani lebih lanjut oleh pihak medis. Ini membuatku, bibi, Joy, dan Irene sendiri semakin frustasi.

Belum lagi bayang bayang video penjelasan kanker jantung yang ku tonton beberapa hari lalu yang masih teringiang di otak. Tidak ada obat untuk kanker jantung dan kemungkinan hidup pengidap sangat rendah.

"omong omong, kau tidak berniat menjenguknya lagi?" tanya Joy dari sebrang sana.

"tidak sepertinya, dia menyuruhku pergi."

Gadis itu mendecak dari ujung sana, "payah sekali. Ternyata kau mudah sekali menyerah ya."

Bibirku mengulum tipis sembari membenarkan dudukku lalu menatap ke arah langit biru cerah yang sialnya terlihat indah hari ini. Andai saja Irene bisa melihatnya. "bukannnya menyerah, aku hanya mendengarkan apa kata pacarku."

"padahal aku dan ibu percaya kau bisa membujuknya. Setidaknya untuk makan sesuatu yang lebih bergizi daripada tteokbokki, dia sekurus zombie sekarang."

Aku memejamkan kedua mataku, membayangkan gadis yang sangat kucintai mengurus dan kian mengurus setiap harinya.

God, ini menyakitkan.

Aku merindukan senyum hangat-manis yang ia terbar setiap melihatku. Aku rindu gurauan dan tawa gelinya yang selalu menggiringku untuk ikut tertawa. Aku rindu suara lembutnya yang terdengar hangat. Aku rindu sifat jahilnya yang selalu berhasil membuatku kehilangan kata. Aku rindu rona cherry di pipinya setiap aku mengatakan hal manis untuknya. Aku rindu aroma manis yang menyeruak dari tubuh kecilnya setiap kali memelukku. Aku rindu wajah kesalnya setiap kali aku mencubit pipi merona itu. Aku rindu kepeduliannya terhadap sampah dan pemanasan global. Aku rindu saat ia membawaku kepelukannya yang hangat sambil berbisik kata kata yang membuatku merasa lebih baik.

Aku rindu dia.

"jadi, bagaimana rencana kalian?" ucapku tenang, berusaha menyingkirkan denyutan perih di dadaku yang datang setiap kali memikirkan Irene.

"kami berniat membawanya ke Jepang minggu depan jika belum ada rumah sakit yang bersedia." astaga, semua ini semakin menyakitkan.

Joy melanjutkan ucapannya, "sebenarnya aku ingin dia tetap dirawat disini. Apalagi mengingat pekerjaanku, pekerjaan ibu, dan kau yang hanya berotasi disini. Tapi keadaan memaksa kami. Maafkan aku."

"tidak apa-apa, lagipula ini untuk kebaikan Irene bukan?"

Sial, suaraku bergetar.

Ayolah Kim Taehyung, kau pasti bisa menahan tangisanmu.

Dengan nafas tercekat, aku berkata. "sampaikan salamku pada bibi dan Irene. Juga katakan pada Irene kalau aku mencintainya."

Air mataku jatuh selesai mengucapkan kata kata itu. Persetanan menangis di halte bus, tapi tangisku sudah tidak lagi bisa tertahan. Semua rasa sakit, kecewa, dan sedih yang kupendam beberapa hari ini seketika tumpah. Satu tanganku menutup bibirku yang mengeluarkan isakan yang mungkin kini terdengar oleh Joy.

Aku memang seberusaha mungkin untuk menjadi kuat untuk diriku sendiri dan orang lain. Ini semua demi Irene, Joy, bibi, dan keluargaku yang bergantung padaku. Tapi melihat-tidak, memikirkan kondisi Irene yang sampai saat ini belum ada peningkatan dari segi psikis, fisik, dan bantuan medis yang sampai sekarang belum menyentuhnya seakan menyadarkanku bahwa aku belum siap dengan semua kemungkinan yang ada. Entah baik atau buruknya kemungkinan itu.

Karena sesungguhnya yang paling aku takuti sekarang adalah kepergian Irene

"aku turut-KAK TAEHYUNG! DIA KELUAR KAMAR! KAK IRENE KELUAR KAMAR!"

Before You Go ✔️Where stories live. Discover now