xix

635 114 15
                                    

Dan untuk sekian kalinya, aku melenguh nafas kasar sembari mengintip ke arah pintu kamar mandi yang tertutup rapat. Memang benar kata pamanku, wanita membutuhkan waktu hampir selamanya hanya untuk merias diri.

Hari ini adalah hari natal, dan sesuai janjiku aku akan mengajak Irene merayakan natal berdua di luar rumah sakit-tentu saja. Berterimakasih lah pada kelihaian Irene dalam menyusun kata dan berdiksi, sehingga ia berhasil mendapatkan ijin keluar oleh staff staff petinggi rumah sakit dan juga dokter. Dan sebagai seorang pacar yang mungkin dapat di kategorikan romantis, aku akan mengajak Irene ke suatu tempat yang mungkin tidak pernah ia pikirkan atau bahkan bayangkan sebelumnya-namun aku yakin, ia akan menyukainya.

Adrenalin yang berdesir di tubuhku sewaktu sampai di bangsal berangsur surut kala menunggu Irene yang masih saja belum selesai dari acara berhiasnya. Oh, jangan suruh aku untuk mengetuk pintu kamar mandinya. Pamanku pernah berkata kalau wanita yang sedang berhias diri itu segalak kucing betina yang sedang bunting.

Irene pada biasanya saja sudah menyeramkan bagiku, apalagi jika aku mengintrupsinya saat berhias? Bisa bisa aku berakhir di ICU.

Sudah berkali kali aku membuka dan mengeluarkan kembali ponselku. Membuka media sosial, melihat postingan Namjoon tentang isi hatinya yang disusun dengan diksi yang sulit aku mengerti, melihat foto Jimin yang memamerkan kencan natalnya bersama Seulgi, memutar video Yerim-kekasih Jungkook-yang tersedak coca cola, dan masih banyak lagi. Ah, mataku sampai lelah menatap layar ponsel terus.

Kini pandanganku beralih pada kamar Irene yang masih meninggalkan sedikit euphoria sisa perayaan natal kecil kecilan dengan keluarganya. Di ujung kasurnya, aku dapat menangkap beberapa bungkus kado natal yang ditinggalkan kedua orang tuanya dan juga Joy yang masih terbukus rapih dengan pita merah mengkilap di atasnya. Papan tempat Irene memajang foto foto kebersamaannya dengan keluarga juga tampak lebih ramai dari yang terakhir aku lihat.

Aku berani taruh, gadis itu mengambil beberapa jepret dengan kamera instannya dan langsung memajang hasil foto amatir tersebut di papan.

Mataku sedikit memincing kala aku menangkap sebuah id badge holder tergantung di dekat papan penuh foto tersebut. Hampir berjam jam aku menghabiskan waktu di sini dan baru sekarang aku menyadarinya? Fantastis. Tanpa menunggu waktu lama, aku segera beranjak dari sofa velvet tempat aku mendudukan bokongku selama berjam jam. Hatiku sedikit berdesir penasaran dengan id badge holder tersebut.

Karena yang benar saja, benda tersebut sangat biasa aku temukan menggantung di leher para dokter yang bertanggung jawab atas pengobatan Irene.

Tidak mungkin mereka meninggalkan id tersebut di ruangan pasien intensifnya, bukan?

Meraih id badge tersebut, satu alisku terangkat tinggi menangkap apa yang aku lihat pada detik ini. Well, ini memang benar tanda pengenal dari perusahaan yang memberikan sponsor pada pengobatan Irene sekaligus indung dari para dokter dokter mencurigakan itu berasal, yaitu Reve Medical Resource.

Tapi kenapa ada foto Irene terpampang di dalamnya?

Aku mengerjapkan mataku beberapa kali untuk memastikan apa yang aku lihat kali ini bukanlah ilusi atau efek dari mata lelah karena terlalu lama berhadapan dengan sinar biru gadget. Namun aku yakin sekali, gadis dengan setelah rapi bersurai hitam yang tersenyum pada foto ini adalah foto Irene.

Dan lebih mengherankan lagi, nama yang terpampang di bawah foto yang mirip sekali dengan Irene bertuliskan-Bae Joohyun.

Tidak sampai itu, kepalaku semakin pening mendapatkan informasi job description yang tertera tepat di bawah nama Bae Joohyun itu. Drugs receiver? Penerima obat?

Before You Go ✔️Where stories live. Discover now