2.Singer!

4.9K 375 2
                                    


Happy Reading.

"Hiks Eomma, Appa kenapa pergi?" Jimin memeluk erat tubuh adiknya yang menangis dipusara kedua orang tuanya. Mereka ditinggalkan langsung oleh keduanya dan jelas ini pukulan untuk mereka.

"Oppa" mendengar isakan adiknya Jimin hanya bisa diam. Mengigit bibir bawahnya agar tidak ikut menangis seperti adiknya. Jimin tidak akan memperlihatkan sisi lemah didepan adiknya. Jimin harus kuat untuk ini. Jimin harus menjadi pelindung adiknya.

"Kajja kita pulang!" Kalista meronta dalam pelukan Jimin. Dirinya tidak mau pulang.

"Aku tidak mau Oppa. Aku mau disini dengan Appa dan Eomma" Jimin mengeratkan pelukannya pada Kalista. Berharap adiknya akan tenang.

"Kalista Oppa mohon" hampir saja Jimin meneteskan air matanya membujuk adiknya untuk meninggalkan makam kedua orang tuanya. Tapi hasilnya nihil, pada dasarnya adiknya hanya anak-anak berusia 14 tahun yang belum bisa mengerti ini.

"Hei!" Keduanya menoleh dan menemukan seorang gadis dengan rambut diikat menghampiri keduanya. Gadis itu menunjukkan senyum manisnya dan duduk didepan Kalista yang masih menangis.

"Hei cantik kau tidak boleh seperti ini. Kasihan kakakmu dan lagi jika kau terus seperti ini kasihan kedua orang tua mu. Mereka pasti tidak akan tenang melihatmu seperti ini" ujar gadis dengan gigi kelinci itu. Wajahnya teduh dan mencoba memotivasi Kalista. Gadis itu tau jika keduanya tidak beranjak dari makan kedua orang tuanya dari tadi.

"Kau siapa? Kenapa kau peduli!" Kalista berteriak tepat didepan gadis itu.

"Kalista? Nona maaf!" Gadis itu hanya tersenyum tipis dan menggeleng. Justru mengusap wajah basah Kalista.

"Aku memang bukan siapa-siapa tapi aku tau kesedihan untuk anak yang ditinggalkan kedua orang tuanya. Mereka pasti sedih dan lagi kesedihan itu tidak bisa berlarut-larut. Hidupmu harus terus berjalan bukan, kau masih punya kakak. Kau bisa menjadikan dia sandaran mu. Kau tidak sendiri cantik. Jadi jangan menangis eoh. Nanti cantiknya hilang bagaimana?" Kalista diam mendengar ucapan gadis itu. Tidak kembali berteriak atau menyela.

"Dengarkan aku baik-baik. Kita memang tidak saling mengenal tapi melihatmu sedih seperti ini aku juga tidak suka. Kau gadis cantik dan gadis cantik tidak boleh menangis. Kau masih muda dan jalan hidupmu masih panjang jadi jangan patah semangat. Apa kau tidak lihat kakakmu Huh? Dia bisa menjadi orang tuamu sekarang. Kalian bisa hidup berdampingan dan mandiri"

"Dan ya ini memang tidak penting bagimu, tapi aku mendapatkan ini dari kakekku yang sudah meninggal. Jadi aku berikan padamu. Anggap ini sebagai hadiah untukmu yang harus menjalankan hidupmu kembali. Kau harus semangat eoh"

"Nona tidak perlu" kata Jimin tidak enak.

"Gwencahanayo. Aku memang ingin memberikan ini pada adikmu" gadis itu melepaskan kalungnya dan memakaikanya pada Kalista. Beruntung Kalista tidak menepis atau berteriak padanya lagi.

"Cantik!" Kalista diam menerima kalung dari gadis itu. Tanganya mengusap kalung yang diberikan padanya.

"Jaga baik-baik ya. Aku percaya padamu dan lagi kau tidak boleh menangis. Kau harus jadi gadis yang kuat. Mengerti!"

"Noona cepatlah. Sampai kapan Noona akan disana!" Ketiganya menoleh dan menemukan sepasangan suami istri dan seorang anak laki-laki yang sepertinya seusia Kalista.

My Young Sister ☑Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon