2

1.5K 194 15
                                    

"aku ingin kita bicara sebentar".

"Bicara saja".

"Kau tidak bosan kita terus saja berkelahi seperti ini. Sudah 3 bulan. Dan ini benar-benar menyiksaku. Begitu juga dengan dirimu kan? Jadi. Bagaimana kalau saling coba mengenal satu sama lain".

Sorot mata dingin jungkook lagi-lagi bertemu dengan netra kecoklatan milik jihyo. Jungkook tidak pernah menginginkan dirinya dekat dengan jihyo. Ia begitu membencinya. Selama ini jungkook selalu berasumsi. Jihyolah penyebabnya,jihyolah yang telah menjebaknya dengan sengaja. Hanya karna mendengar cerita kecil dari mantan pacarnya yang notabenya adalah sahabat jihyo. Kalau jihyo merupakan teman SMA nya dan selalu memperhatikan jungkook dari jauh.

"Tidak akan".

Jungkook melontarkan kata-kata dinginya lagi. Hatinya sudah mengeras. Membenci apapun yang jihyo lakukan untuknya.

"Sekeras apapun,aku akan berusaha".

Jihyo mengurai senyum manisnya. 3 bulan beradu mulut sudah lelah ia jalani. Setidaknya satu harapan yang membuatnya ingin mengenal lebih jauh sosok keras dan dingin yang kini berada di hadapannya.

Jihyo lagi-lagi melirik manik sendu suaminya.

Sangat membenciku ya?

Ingin rasanya jihyo kembali memacu amarahnya. Cara halus seperti ini bahkan cara terakhir yang bisa ia lakukan. Tapi jika cepat menyerah ya bukan jihyo.

Jihyo memberanikan diri menggenggam tangan Jungkook.Entah apa yang membuatnya berani menyentuh sosok berhati dingin itu.

"Aku sudah memutuskan. Aku ingin kehidupan kita berjalan normal. Jika kau masih belum menerima keberadaanku aku minta kita lebih jarang bertengkar dan merusak barang lainnya seperti yang dulu. Setidaknya jadikan aku temanmu meskipun bukan teman dekat".

Jungkook menatap dalam jihyo. Angin apa yang membawanya sampai berfikiran seperti ini. Jungkook sedikit bingung. Egonya tinggi, masih menimang-nimang yang dikatakan jihyo.

Sementara jihyo berharap-harap cemas. Sudah cukup ia membuang ego tingginya jauh-jauh hari ini. Harga dirinya? Sudah ia telan dalam-dalam. Setidaknya harus ada sisi yang harus mengalah dan membawa angin segar. Itulah yang jihyo pikirkan.

"Kau boleh memikirkannya dulu".

Jihyo tersenyum sarkas.

"Jungkook. Bukannya aku tidak menyukai jalan perceraian yang kau sering ucapkan selama kita terus bertengkar. Aku.. hanya tidak ingin menjadi beban lagi bagi orang tuaku".

"Kau bisa tinggal ditempat lain kan."

" Tapi bagaimanapun mereka pasti menghawatirkanku. Dan menyuruhku pulang. Setidaknya perasaanku lebih nyaman disini. Begitu juga dengan perasaan orang tuaku".

Jungkook lagi-lagi menyorot dalam istrinya. Jihyo masih tersenyum. Kali ini ide Jihyo tidak buruk.

"Baiklah. Lakukan sesukamu".

Jihyo tersenyum kecil. Apakah ia sudah berhasil?. Tangannya mengambil buku catatan kecil yang ia letakkan didalam tasnya.

"Oke baiklah!. Dari hal kecil dulu.

Kau menyukai makanan apa?".

"Kalguksu".

"Wahh seleramu tidak buruk. Aku kira ku hanya menyukai ramyeon.

Baiklah berikutnya..

Mmmm warna kesukaanmu?".

"Navy".

Kegiatan wawancara kecil-kecilan itu terus berlanjut meski berjalan sepihak. Ya,jungkook tidak menanyakan hal sebaliknya pada jihyo.

Jungkook melirik jam dinding. Waktu berjalan duakali lebih lambat jika hari libur. Jam menunjukkan waktu makan siang . Jungkook bersiap-siap hendak pergi ke restoran bibi Hwang. Langganannya yang selalu buka 24 jam.

"Tunggu!".

Kali ini jihyo menghalangi jalannya.

"Ayo makan siang dirumah. Aku sudah memasak beberapa menu makanan".

"Memasak?. Kau yakin masakanmu pantas dimakan oleh manusia?".

Jungkook memang selalu meremehkan jihyo. Benar adanya gadis ini memang tak pandai-pandai sekali memasak. Jungkook yang selalu menganggapnya manja dan pemalas memang benar adanya. Tapi apa salahnya mau berubah kan?.

Jihyo tersenyum ragu. Raut wajahnya sedikit sedih. Ia tidak yakin masakannya memang pantas dimakan. Tapi ia sudah mencobanya dan tidak terlalu buruk.

"Baiklah. Ayo kita lihat apa yang kau masak".

Tiga bulan jungkook selalu makan siang dan makan malam diluar rumah. Karna itulah Jihyo semakin malas. Tapi sekarang semoga saja Jihyo benar-benar memasak makanan yang bisa dimakan.

"Kimbab?

Egg roll?

Hey apa sekarang kita sedang sarapan?".

Jungkook bertanya dengan nada merendahkan. Selalu saja perangai sombongnya membuat jihyo merasa ngilu.

"Aaaku.. baru belajar memasak . Jadi mulai dari yang mudah dulu".

"Jangan halangi jalanku. Aku akan pergi makan siang. Jangan sampai selera makanku hilang karna terus menerus melihatmu dan. Yahh menu sarapan SIANG mu ini".

Jihyo membiarkan jungkook berlalu. Ia kembali menatap masakan yang ia tata rapi diatas meja. Mau bagaimana lagi. Ia harus habiskan ini sendirian.

Lagi.

Sehabis makan siang. Jihyo membersihkan seisi rumah, bahkan ia memilih untuk tidak melamar pekerjaan dulu. Baginya meluluhkan pria es batu lebih penting baginya saat ini.

Jihyo memberanikan diri membuka knop pintu kamar jungkook. Ya,tentulah selama ini pasangan amatiran itu tidur terpisah.

Jihyo dihadapkan dengan pandangan takjub. Pemandangan luar angkasa galaksi bima sakti yang mengagumkan. Jungkook sangat menyukai benda-benda luar angkasa. Miniatur astronot di etalase kecilnya dan susunan planet tata surya disetiap dinding kamarnya. Ini,bisa menyala dalam gelap. Satu lagi jihyo mengetahui hal yang disukai jungkook. Jihyo melirik ponselnya yang menunjukkan hampir pukul tuju malam. Sebentar lagi pasti Jungkook pulang untuk mandi. Buru-buru ia pergi melenggang menjauh dari kamar jungkook.

Benar saja. Jungkook baru saja pulang dengan kantung plastik di tangan kanannya yang berisi beberapa mie instan.

Urusan kerjaan lagi.

Ia tidak bisa keluar rumah karna harus menyusun presentasi. Jihyo melihat belanjaan tersebut dan bertanya pada jungkook.

"Malem ini makannya dirumah?".

"Iya. Ada presentasi yang harus diselesaikan".

"Biarku bantu memasak ya".

Jungkook mulai mencuci sayur, jungkook meliriknya.

"Nanti masakannya jadi tidak enak".

"Hanya ramyeon. Bahkan aku sering memasak ini".

"Tapi buatanmu tidak enak".

Jungkook kembali melanjutkan mengaduk-aduk ramyeon. Jihyo hanya berdecih kecil. Dan memasukkan potongan sayurnya ke dalam panci.

Siap. Saatnya makan malam.

"Mau kemana?".

"Kamarku".

"Makanlah disini. Aku juga mau".

"Belilah sendiri".

"Tidak mau".

Jihyo beringsut duduk dimeja makan melahap ramyeon yang mereka masak itu lebih dulu. Jungkook hanya menatapnya.

"Ckk gunakanlah piring. Jangan makan di pancinya langsung. Menjijikan".

"Tidak"

Jika saja jungkook tidak terlalu lapar maka ia tidak pernah mau semeja makan dengan istrinya terlebih untuk berbagi makanan seperti sekarang.

Next?

Komen aja dibawah:)

OOPSS!-This Is Our Wedding!Where stories live. Discover now